TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Lima bocah berusia 10 tahun di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal dunia akibat terjangkit demam berdarah (DBD).
Bupati Belu, Willy Lay mengungkapkan, seluruh penderita DBD yang meninggal itu berasal dari keluarga kurang mampu.
Selain itu, rata-rata dari keluarga korban tersebut juga belum tercover oleh fasilitas JKN-KIS.
Sehingga meski sudah mengetahui keluarganya ada yang sakit, mereka enggan untuk segera membawanya ke rumah sakit karena tidak memiliki cukup uang.
"Jadi pasien yang dibawa ke rumah sakit itu memang sudah dalam keadaan kritis," ujar Willy.
"Mereka takut ke RS karena tidak punya BPJS," tambahnya.
Menyikapi kondisi itu, pihaknya mengaku sudah membuat terobosan untuk menekan jumlah korban DBD di wilayahnya.
Baca: Atasi Corona, Anies Baswedan Tegaskan Tak Lockdown Jakarta: Kami Minta Semua Warga Bertanggung Jawab
Baca: SOD Tayangkan Film Dewasa Gratis Saat Para Karyawan di Jepang Bekerja dari Rumah
Yakni dengan menggratiskan seluruh biaya berobat bagi seluruh pasien DBD yang dirawat di rumah sakit.
Kebijakan yang diambil tersebut, saat ini juga telah diumumkan melalui surat edaran yang telah dikirimkan kepada seluruh instansi, baik desa, lurah, camat, dan lainnya.
"Semua pasien yang datang berobat tidak usah bayar. Gratis dulu, supaya mereka tidak takut datang. Ada BPJS atau pun tidak, tetap harus ditangani," jelasnya.
Langkah yang dilakukannya itu, menurutnya sebagai bentuk kehadiran pemerintah kepada masyarakat. (Kompas.com/Sigiranus Marutho Bere)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Punya Uang untuk Berobat, 5 Warga NTT Meninggal Terjangkit DBD"