TRIBUNNEWS.COM - 'Dulu tempat maksiat kini beri manfaat' kira-kira itulah kalimat yang bisa menggambarkan kondisi Gang Dolly saat ini.
Seperti diketahui, sebelum ditutup oleh pemerintah kota Surabaya pada 19 Juli 2014, Gang Dolly konon katanya merupakan tempat lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara.
Namun kini situasi telah berubah, banyak sentra industri dan UMKM yang tumbuh dan berkembang dari kawasan Gang Dolly.
Sebelum penutupan, gang Dolly memiliki 'The Best Venue' bernama Wisma Barbara, yang merupakan wisma terbesar dan terbaik di kawasan Gang Dolly saat itu.
"Ini the bestnya Dolly. Semakin ke atas, semakin muda dan harganya pun semakin mahal," terang Jarwo, salah seorang masyarakat yang tinggal di dekat Hotel Barbara.
Setelah dibeli pemerintah kota Surabaya, wajah Hotel Barbara disulap sedemikian rupa menjadi wadah yang bermanfaat, dengan menjadikannya sebagai sentra industri.
Hotel Barbara kini digunakan sebagai tempat produksi sepatu dan sendal. Bahkan tak sedikit, hotel-hotel di Surabaya memesan sendal ke tempat produksi ini.
Para pekerjanya pun tak jauh dari warga yang terdampak dari penutupan Gang Dolly.
"Yang dulu buka warung, tukang laundry, dan parkir, kini menjadi bagian dari tempat produksi di Hotel Barbara," kata Ati, ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB).
Program KUB merupakan bagian dari Kementrian Sosial yang membantu para pegiat usaha untuk bangkit saat diterpa keterpurukan.
Sentra industri sendal dan sepatu yang dikomandoi Ati adalah satu diantara banyak contoh perubahan Gang Dolly ke arah yang lebih baik.
Ada juga Bani, yang dulunya bertugas sebagai RT disebuah kawasan Gang Dolly. Dia berpihak pada kubu yang mendukung penutupan Gang Dolly.
"Saya sadar ini (penutupan Gang Doly) keputusan pemerintah, mau-ga mau ini harus ditutup," jelas Bani.
Bani juga menjelaskan, saat ini Gang Dolly sedang dalam proses ke arah yang lebih baik.
Di sekitar tempat tinggal Beni, ada UMKM yang membuat minuman dari bahan dasar rumput laut. Dan ini merupakan minuman satu-satunya yang berbahan rumput laut di Surabaya.
"Tapi ga bikin mabuk ini?" celah Butet dengan tawa saat mencoba minuman rumput laut yang diberikan Beni.
"Tidak, tapi ini mengenyangkan," jawab Beni.
Kisah inspiratif dari perubahan Gang Dolly ini tayang dalam program Blusukan Butet Kertaredjasa di Mola TV.
Untuk bisa mengakses tayangan ini, caranya dengan berlangganan paket Corona Care Mola TV.
Langganan ini bersifat donasi, karena Mola TV bekerjasama dengan PMI dan BNPB dalam membantu pemerintah memerangi Covid-19 di Indonesia.
(Tribunnews.com/Sina)