Polda Sulsel
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, Irjen Pol Mas Guntur Laupe menyebut, penolakan terjadi karena diduga ada aktor intelektual yang mencoba menprovokasi.
"Justru ini lah yang kita selidiki. Memang kita sangat mengharapkan banyak informasi masuk di kita, sehingga itulah data awal untuk mengusut awal kasus ini nanti," ujarnya, dikutip dari TribunTimur.com, Senin (8/6/2020).
Ia juga sudah menurunkan anggotanya untuk menelusuri aktor di balik aksi penolakan rapid test tersebut.
"Memang anggota kita reserse dan intelijen memang sudah turun ke lapangan untuk menelusuri kira-kira siapa-siapa yang bermain di belakang ini."
"Kalau memang ditemukan ada, itu pasti kita akan proses hukum," terang Guntur.
Kapolda mengimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir dengan rapid test.
Baca: Berstatus PDP, Jenazah Driver Ojol Dimakamkan Tanpa Prosedur Covid-19, Keluarga Bantah karena Corona
Baca: Hari Pertama New Normal di Kabupaten Maros Sulsel, Kasus Baru Positif Corona 10 Orang
Baca: Ashanty Bersyukur Gerai Usahanya Kembali Ramai Usai Tutup karena Wabah Virus Corona
Alasan Warga
Ketua RW 5, Rafiuddin Kasude, menyampaikan tidak ada satupun kasus positif corona di lingkungan mereka.
Sehingga, mereka protes digelar rapid test corona secara massal.
"Mereka menganggap rakyat dibisnisi dengan corona. Tidak ada data corona, di sini zona hijau," ujarnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Senin (8/6/2020).
Selain itu, mereka juga khawatir pada akurasi proses rapid test yang selama ini dilakukan.
"Warga menolak untuk di-rapid test, karena selama ini aman-aman saja di sini," tegas dia.
Baca: Polisi Belum Temukan Indikasi Ambil Paksa Jenazah Corona di Makassar Dilakukan Secara Terorganisir
Baca: Rian DMasiv Kehilangan Pemasukan Rp. 3,5 Miliar Karena Virus Corona
Baca: TEGAS Polisi akan Proses Secara Hukum soal Kasus Warga Ambil Paksa Jenazah Corona di Makassar
Rafiuddin mengungkapkan, warga dari kecamatan lain juga menolak adanya rapid test corona massal.