Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG BARAT - Keberadaan air panas di kaki Gunung Tikukur yang berada di kawasan PLTA Saguling tepatnya di Kampung Cipanas, Desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) hingga kini masih menjadi tanda tanya.
Padahal Gunung Tikukur sendiri bukan gunung aktif atau gunung berapi.
Menurut Kepala Sub Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami wilayah Barat Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Ahmad Solihin, dilihat dari letak Gunung Tikukur berada di bentangan Sesar Cimandiri.
"Dilihat dari lokasinya air panas itu dekat dengan Sesar Cimandiri, Desa Rajamandalan masuk ke bentangan sesar itu, jadi kemungkinan mata air panas muncul akibat kalau tidak ada gunung api, berarti dari sesar atau Patahan Cimandiri itu," ujar Solihin kepada Tribun Jabar, Senin (3/8/2020).
Solihin menjelaskan bentangan sesar Cimandiri itu cukup panjang, dimulai dari Kecamatan Padalarang sampai Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
Ia menjelaskan menurut data dari Pusat Gempa Bumi Nasional, sesar Cimandiri ini masuk sesar aktif dan harus diwaspadai.
Baca: Pamukkale, Kolam Air Panas di Turki Tempat Berendam Para Raja Yunani Kuno
"Sesar Cimandiri dan Sesar Lembang, keduanya merupakan sesar aktif, namun karena letaknya yang berbeda, jadi penamaan sesar itu diambil dari nama daerah tersebut," jelasnya.
Solihin menambahkan adanya dua sesar aktif di wilayah khususnya KBB itu harus diwaspadai terutama yang letak bentangan sesar itu disarankan agar tidak ada pembangunan dan harus ruang terbuka hijau.
Misteri Mata Air Panas Muncul dari Batu
Mata air panas muncul dari dalam bebatuan Gunung Tikukur tepatnya di Gunung Tikukur, Kampung Cipanas, Desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Hingga kini mata air panas itu keberadaannya masih menimbulkan tanda tanya.
Banyak peneliti mengunjungi lokasi keberadaan air panas tersebut untuk bahan penelitian.
Menurut warga asli, Supiatin (47), penelitian tersebut juga belum banyak mengetahui sumber air panas tersebut berasal dari mana.
"Pernah banyak penelitian ke sini yang datang ke sini, dari penelitian kepada bebatuannya dan sumber air panas juga diteliti, tapi masih misteri karena itu rahasia Pencipta dan rahasia alam," ujar Supiatin di lokasi, Minggu (2/8/2020).
Namun dikatakan Supiatin, keberadaan air panas yang tak diketahui asalnya itu sebagai penanda atau dimaknai untuk rezeki masyarakat di sini.
Kini sumber air panas itu dijadikan lokasi pemandian bagi masyarakat luar kampung itu untuk berobat berbagai penyakit seperti penyakit kulit dan stroke.
"Alhamdulillah, ya air panas ini sebagai perantara saja, dan sudah ada khasiatnya bisa sembuh penyakit gatal-gatal, jadi tempat pengobatan untuk warga luar," ucapnya.
Baca: Dokter Tegaskan Minum dan Mandi Air Panas Tidak Bisa Matikan Covid-19
Lokasi Pemandian Cipanas Rajamandala ini, letaknya masuk ke kawasan PLTA Saguling. Sekitar dua kilometer dari gerbang PLTA Saguling, keberadaan air panas itu berada di sebelah kiri.
Saat masuk dari gapura pintu masuk air panas tersebut, sampai sumber air panas itu sekitar 500 meteran melewati warung-warung dan pemandian.
Saat Tribun Jabar berkesempatan melihat sumber air panas itu ditutup selember seng oleh warga sekitar.
Ketua RW 1, Sulayro (63) memperlihatkan kondisi sumber mata air cipanas itu, yang hingga kini, warga sekitar pun tak tahu asal muasal munculnya air panas tersebut.
Sumber air panas itu berada di atas dua pohon yakni pohon randu dan pohon beringin.
Bebatuan karang pun terlihat dilokasi kawasan pemandian air panas tersebut.
Baca: Gunung Telomoyo dan 4 Destinasi di Magelang yang Sudah Dibuka Kembali
Sulayro mengatakan pihaknya masih bingung keberadaan air panas itu, lantaran Gunung Tikukur tersebut diduga bukan aktif atau gunung berapi.
"Ya kan Gunung Tikukur ini katanya bukan gunung aktif atau gunung berapi, tapi kuasa Pencipta bisa ada sumber air panas itu," jelasnya.
Supiatin menambahkan dirinya yang asli warga setempat, sempat merasakan tradisi sekitar lokasi sumber air panas yang sering datang selalu melakukan ritual memberikan sesajen dan tradisi lempar koin ke dalam sumber mata air panas tersebut.
"Yang warga yang ingin berendam disini selalu nginep, sebelum aksesnya sudah bagus seperti ini, jadi harus nginep tapi harinya harus ganjil, terus tradisi itu sekarang enggak ada karena faktor modernisasi," jelasnya.
Sementara itu, warga yang berniat ingin berendam di air panas Rajamandala ini tiket masuk sebesar Rp 2.000 dan harga parkir motor Rp 1.000.
Kini sumber air panas itu sebagai mata pencaharian warga sekitar.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Mata Air Panas yang Muncul dari Batu di Cipatat Diduga Kuat Terkait Sesar Cimandiri