Sebab keberadaan umpan pancing yang tidak lazim, membuat buaya mengeluarkan energi negatif.
"Tidak boleh mancing pakai umpan ikan air laut," katanya.
Pantangan yang kelima, jangan pernah mempermainkan buaya agar predator buas ini tak menyimpan rasa dendam.
"Karena tempohari ada oknum aparat saya lihat mancing (buaya) main-main pakai umpan bebek. Begitu saya datangi dia (oknum) lari, itu tidak boleh karena bikin buaya kesal," kata Ademi seraya menyebut pantangan ke enam agar masyarakat tidak membuang bangkai ayam atau usus ke aliran sungai agar tak memancing kemunculan buaya.
Sementara itu saat ditanya apakah ada gangguan gaib ketika Mang Ademi akan turun memancing buaya pemangsa manusia di sungai ini? Ayah delapan anak, empat cucu yang "ditokohkan" warga itu mengakuinya.
Dalam dunia kasat mata di luar akal sehat, Mang Ademi mengaku sempat mendapat semacam serangan atau gangguan gaib, serta petunjuk.
Maklum buaya ompong berusia 112 tahun yang bakal ia taklukkan menurut kaca mata batinnya, merupakan sosok "buaya peliharaan" seorang dukun di daerah lain.
Namun apapun yang terjadi, Mang Ademi tak berubah pikiran, tetap melanjutkan perburuan buaya karena telah mengganggu penduduk setempat.
"Ya...ada gangguan, ada petunjuk dalam mimpi," katanya tanpa memperjelas bentuk gangguan dalam mimpi yang ia maksud.
Buaya Ompong Pernah Sambar Kaki Dullah
Nasib Abdullah alias Dullah (30), warga Desa Kayubesi Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka masih beruntung.
Ia selamat walau buaya ganas seberat setengah ton menerkam kaki dan bagian pahanya saat berada di sungai desa setempat.
Diduga Dullah masih terselamatkan tanpa luka diduga karena buaya pemangsa ini tak lagi memiliki gigi alias ompong.
"Korban bernama Abdullah alias Dullah (30) disambar buaya beberapa waktu lalu di dekat kebun sawit Pak Yusroni tepi Sungai Kayubesi.