TRIBUNNEWS., BANGKA -- Menyusul menghilangnya seorang pendaki di Bukit Maras yang hingga kini masih belum diketahui nasibnya, hal-hal mistis bukit ini kembali diungkap.
Bukit Maras jadi bahan obrolan mulai dari pantangan hingga kepercayaan warga sekitar tentang keangkerannya.
Diberitakan sebelumnya, seorang pendaki hilang diduga tersesat di Bukit Maras, Desa Berbura, Kecamatan Riausilip, Kabupaten Bangka, kemarin Minggu (6/9/2020) pukul 10.00 WIB.
Pendaki yang diketahui bernama M Hermansyah Putra (35) warga Palembang yang berdomisili di Perum Mutia Indah, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah.
Kepala Pencarian dan Pertolongan Kelas B Pangkalpinang (Basarnas Babel) Fazzli mengatakan Informasi tersebut didapat dari Camat Bakam, Kabupaten Bangka Imran yang menyebutkan satu dari empat pendaki Bukit Maras hilang.
"Benar ada orang yang hilang diduga tersesat di Bukit Maras, saat ini sudah dibentuk tim gabungan (timgab) untuk melakukan pencarian, terhadap korban tersebut," ujar Fazzli, Minggu (6/9/2020).
Belum diketahui apa sebab pendaki tersebut hilang.
Baca: Jalur Pendakian Dibuka, Ini Syarat Bagi Pendaki yang Akan Naik Gunung Prau
Pada Oktober 2019 lalu, juru kunci Bukit Maras, Damino bercerita tentang pantangan dan hari pendakian terburuk menjelajah puncak tertinggi di Pulau Bangka ini.
Damino mengatakan kebanyakan pendaki yang ingin mendaki ke Bukit Maras selalu datang setiap Sabtu malam Minggu.
Dia berasumsi bahwa waktu tersebut adalah santai bagi mereka.
Sebetulnya menurut Damino, waktu yang paling baik untuk mendaki bukit ini hari Kamis malam Jumat, bukan hari Sabtu malam Minggu.
"Kalau saya boleh sarankan hari Kamis malam Jumat itu paling baik mendaki Bukit Maras, biasanya saya sering malam itu, kalau Sabtu malam Minggu itu kurang baik untuk mendaki," terang Damino.
Damino mengatakan bagi pendaki pemula jarak tempuh Bukit Maras sekitar tiga jam paling cepat, dari kaki hingga puncak bukit.
Namun dirinya dan anak-anaknya butuh waktu satu sampai satu setengah jam sampai puncaknya.