News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bukit Maras Bangka Tengah Lokasi Hilangnya Pendaki, Dikenal Angker dan Banyak Pantangan

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mendaki Bukit Maras. Foto diambil Sabtu (4/7/2020)

TRIBUNNEWS., BANGKA  -- Menyusul menghilangnya seorang  pendaki di Bukit Maras yang hingga kini masih belum diketahui nasibnya,  hal-hal mistis bukit ini kembali diungkap.

Bukit Maras jadi bahan obrolan mulai dari pantangan hingga kepercayaan warga sekitar tentang keangkerannya.

Diberitakan sebelumnya, seorang pendaki hilang diduga tersesat di Bukit Maras, Desa Berbura, Kecamatan Riausilip, Kabupaten Bangka, kemarin Minggu (6/9/2020) pukul 10.00 WIB.

Pendaki yang diketahui bernama M Hermansyah Putra (35) warga Palembang yang berdomisili di Perum Mutia Indah, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah.

Kepala Pencarian dan Pertolongan Kelas B Pangkalpinang (Basarnas Babel) Fazzli mengatakan Informasi tersebut didapat dari Camat Bakam, Kabupaten Bangka Imran yang menyebutkan satu dari empat pendaki Bukit Maras hilang.

"Benar ada orang yang hilang diduga tersesat di Bukit Maras, saat ini sudah dibentuk tim gabungan (timgab) untuk melakukan pencarian, terhadap korban tersebut," ujar Fazzli, Minggu (6/9/2020).

Belum diketahui apa sebab pendaki tersebut hilang.

Baca: Jalur Pendakian Dibuka, Ini Syarat Bagi Pendaki yang Akan Naik Gunung Prau

Pada Oktober 2019 lalu, juru kunci Bukit Maras, Damino bercerita tentang pantangan dan hari pendakian terburuk menjelajah puncak tertinggi di Pulau Bangka ini.

Damino mengatakan kebanyakan pendaki yang ingin mendaki ke Bukit Maras selalu datang setiap Sabtu malam Minggu.

Dia berasumsi bahwa waktu tersebut adalah santai bagi mereka.

Sebetulnya menurut Damino, waktu yang paling baik untuk mendaki bukit ini hari Kamis malam Jumat, bukan hari Sabtu malam Minggu.

"Kalau saya boleh sarankan hari Kamis malam Jumat itu paling baik mendaki Bukit Maras, biasanya saya sering malam itu, kalau Sabtu malam Minggu itu kurang baik untuk mendaki," terang Damino.

Damino mengatakan bagi pendaki pemula jarak tempuh Bukit Maras sekitar tiga jam paling cepat, dari kaki hingga puncak bukit.

Namun dirinya dan anak-anaknya butuh waktu satu sampai satu setengah jam sampai puncaknya.

Biasanya kekuatan fisik yang menjadi faktor utamanya, karena jalan yang dilalui saat mendaki hampir semuanya tanjakan dengan bebatuan dan beberapa pohon tumbang.

Namun para pendaki harus menjaga sikapnya saat mendaki, karena ada larangan adat dan umum saat datang ketempat ini.

Larangan umum seperti tidak membuang sampah sembarangan, merusak hingga menebang pohon, minum minuman keras dan membawa senjata tajam.

Sedangkan larangan adat di antaranya bersiul, tidak membawa makanan tertentu seperti telur hewan, pisang, bersiul, bermain gitar sambil menggendong panci dan bagi perempuan sebaiknya tidak mendaki saat haid.

Baca: Batu Besar Jatuh Dari Bukit, Jalan Padang-Painan Terhambar

"Pantangan ini wajib dipatuhi karena ada dendanya, kalau pantangan umum itu seperti membuang sampah sembarangan. Kalau sampah sebaiknya dibawa lagi saat turun, sedangkan pantangan adat ini biasanya lebih ke pribadi, seperti kerasukan, kehilangan atau menambah teman, nyasar dan sebagainya," terang Damino.

Menurut Damino, ketika musim kemarau pengunjung yang mendaki ke Bukit Maras cenderung sepi. Hal itu dikarenakan sulitnya mendapatkan air sedangkan sumber air yang ada biasanya mengering.

"Kalau hari-hari normal atau musim penghujanlah biasanya penuh pendakian, puluhan hingga ratusan orang apalagi saat liburan, tapi berbeda dengan musim kemarau yang agak sepi," ungkapnya.

Tempat ini akan sangat menarik jika dikunjungi musim penghujan, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang hijau sekaligus air terjun dengan bebatuan khas berlokasi di pos satu.

Pengunjung yang mendaki ke bukit ini tidak dipungut biaya asalkan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, jika berkenan mereka bisa memberikan seikhlasnya.

Mitos Barang Pantangan

Bagi pengunjung yang ingin mendaki ke Bukit Maras Desa Berbura, Kabupaten Bangka harus mematuhi larangan atau pantangan untuk mendaki.

Apa saja pantangannya? Menurut Kepala unit pengurus wisata Bukit Maras Damino, pendaki dilarang membawa tiga jenis pisang.

Seperti pisang raja, pisang emas dan pisang rejang. Kemudian tidak boleh membawa minuman alkohol, telur asin, ketan atau barang sesajen lainnya.

"Kalau tidak mematuhi larangan tersebut mereka akan diikuti dan kerasukan," ujar Damino, Minggu (5/7/2020) di lokasi pintu masuk Bukit Maras Desa Berbura Kecamatan Riausilip.

Sementara itu bagi wanita yang sedang datang bulan diperkenankan naik jika memakai gelang resam yang sudah mereka persiapkan.

Baca: VIRAL Kisah Wanita Cerai karena KB 3 Bulan, Mengaku Jadwal Haid Tak Beraturan, Ini Penjelasan Dokter

"Kami stop tinggal disini kalau ada yang membawa barang larangan adat sering terjadi kerasukan, tertawa sendiri dan menangis. Dan juga kalau wanita datang bulan yang pengen naik kami sediakan gelang resam karena wanita datang bulan sangat rentan," ungkapnya.

Selain pendaki lokal, Bukit Maras ini juga kerap dikunjungi oleh wisudawan atau pendaki internasional.

Seperti dari india, Yunani, dan Jepang, mereka ke sini dengan tujuan meneliti kupu-kupu dan melakukan penelitian lainnya.

"Ada juga pendaki dari luar negeri pernah kesini dari India, Yunani dan Jepang yang sempat meneliti kupu-kupu," katanya.

Sementara itu para pendaki dari luar Pulau Bangka juga kerap datang untuk sekedar mendaki Bukit ini, seperti dari daerah lain paling banyak dari Jawa Tengah dan Bekasi.

"Kami juga menyediakan pemandu untuk menunjukan arah mereka, kadang kami juga menawarkan barang bawaan mereka sampai ke atas," tutupnya.

Misteri Naga dan Atok Putih

Di Bukit Maras tersimpan keindahan alam yang cukup menyita perhatian.

Selain hutan yang terjaga, di lembahnya terdapat beberapa lokasi air terjun.

Kepala Desa Berbura tahun 2016, Asmiati mengatakan pengunjung banyak yang tidak mentaati aturan adat Desa Berbura.

"Misalnya, kalau cewek yang sedang kena men (menstruasi, datang bulan) sebaiknya menunda dulu untuk tidak masuk ke lokasi air terjun atau naik ke bukit, terkecuali memang mendesak harus naik karena kepentingan kerja atau studi, itu nggak apa-apa, tapi kalau nggak mendesak lebih baik jangan naik dulu lah," kisah Kades Berbura Asmiati kepada bangkapos.com, Selasa (10/5/2016).

Dikatakan Asmiati, wanita yang sedang datang bulan, secara adat memang dari dulu tidak diperbolehkan masuk ke Maras.

Baca: Pencarian Dilakukan Hingga Dini Hari, Enam Penambang Timah di Bangka Tengah Ditemukan Tewas

"Sebenarnya itu pantangan, karena orang yang sedang haid kan badannya kotor, itu nggak boleh masuk ke sana, kalau hanya sekedar mau main, tapi kalau mendesak karena urusan kerja dan studi, insyaallah nggak apa-apa," jelasnya.

Asmiati mengungkapkan, berbuat tidak senonoh, berkata kotor, mesum di saat masuk dan berada dalam lingkungan Bukit Maras, adalah pantangan yang sering dilanggar pengunjung, terutama anak-anak muda.

Sebenarnya, pantangan itu ada benarnya kalau ditaati, tujuannya untuk menjaga local wisdom (kelestarian lokal) di hutan tersebut.

"Kalau sudah mentaati aturan adat, tapi mengalami musibah, ya itu bukan kehendak manusia lagi," tandas Asmiati.

Ini di antara syarat masuk ke Bukit Maras:

1. Kalau perempuan yang sedang datang bulan, jangan masuk dan main di Maras, kalau memang tidak mendesak.

2. Anak-muda yang naik, kuatkan niat untuk melihat alam, bukan menyalahgunakan kegiatannya untuk hal-hal negatif dan berbuat senonoh, mesum.

3. Tidak boleh membakar segala hewan berdarah, seperti ayam, di kawasan terlarang Maras.

4. Boleh membawa lauk ayam, tapi dengan syarat tulang-tulangnya dikumpulkan dan di bawa keluar daerah laragan.

5. Syarat utama kalau mau masuk, harus memakai isi resam baik dipakai untuk gelang atau kalung.

NB" Keterangan Kades Berbura Asmiati.

Kisah mistis Naga

Bukit Maras sebagai puncak tertinggi di Pulau Bangka terkenal kental dengan hal-hal berbau mistis.

Bahkan kebakaran yang melanda kawasan tersebut yang terjadi pada OKtober 2016lalu diselimuti kisah mistis.

"Ada warga yang melihat tiga naga keluar dari Maras sebelum kebakaran," kata Kadus Buhir Desa Berbura Karnadi.

"Di tempat kita ada juga warga yang mimpi melihat Maras terbelah dua dan mengeluarkan api," ungkap Karnadi.

Menurutnya, saat kebakaran melanda kawasan lereng bukit Maras hingga dekat permukiman warga Dusun Buhir, warga melihat sosok ular naga yang seakan-akan mengejar manusia.

"Naga itu seolah-olah mengejar manusia. Warga melihatnya jelas lengkap dengan mata dan kumisnya," ucapnya.

Atok Putih

Selian adanya kisah penampakan naga di Bukit Maras, di kasawan tersebut juga ada kisah mistis lainnya.

Kawasan hutan konservasi bukit Maras yang terbakar pada Oktober tahu lalu itu, bagi masyarakat Pulau Bangka kaya akan mitos dan kisah mistis.

Saat kebakaran kian meluas ke pemukiman penduduk di Dusun Buhir Desa Berbura tepatnya di bukit Pasir Putih, ada kisah tersendiri untuk bukit tersebut.

Warga setempat menyebutnya bukit Pasir Putih lantaran sering melihat ada benda putih di bukit tersebut.

"Sering ada penampakan benda putih atau orang nyebutnya atok putih," ungkap salah seorang warga Buhir saat memantau kebakaran yang melanda Bukit Pasir Putih di tahun lalu.

Di Bukit Maras sendiri disebut-sebut ada benda ajaib bernama buluh perindu hingga hewan buas yang disebut cindai dan beragam mitos lainnya.(yik/wan/yuranda)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Pendaki Bukit Maras Hilang, Tahukah Jika Bukit di Bangka Itu Menyimpan Kisah Mistis Buluh Perindu

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini