Di sekeliling tempat tinggal Nenek Wartino terdapat sebuah empang dengan tumpukan perobotan rumah yang sudah rusak.
Bagian kamar mandi tampak tanpa menutup.
Hanya tirai kain sebagai penghalang.
Baca: Tak Mau Menikahi, Pria di Serang Racuni Pacarnya yang Hamil hingga Tewas, Nyaris Ditenggelamkan
Baca: Kepala Satpol PP Kota Serang Push Up di Depan Wakil Wali Kota, Ternyata Pernah Janji Hal Ini
Tempat tinggal Wartino menghadap muara dengan sejumlah kapal nelayan yang biasa mencari ikan ke laut.
Nenek Wartino hidup bersama sang cucu kedua, Masrifah.
Masrifah menceritakan, sang nenek semula tinggal di Indramayu Jawa Barat.
Namun, Nenek Wartino terpaksa dibawa ke Serang lantaran tidak ada lagi keluarga yang menjaganya di sana.
Hidup Masrifah di Kota Serang terbilang serba kekurangan.
Ia merantau dan tinggal di Kampung BTN Cengkok sejak tahun 1996.
Tanah yang ditempati untuk membangun tempat tinggalnya merupakan tanah milik negara, tepatnya milik Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Tanah Nasional.
Masrifah mengatakan anak dari Wartino sudah meninggal sejak lama.
Ia menceritakan, Nenek Wartino dengan kondisi lemah masih mengisi hari-harinya di pembaringan balai dengan bersholawat.
Bahkan, Nenek Wartino masih bisa menghafal Alquran semasa sehat.
Namun, kondisi sang nenek semakin renta dan terbaring di balai.