News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ridwan Kamil Ikut Webinar KSDI Sambil Blusukan di Kaki Gunung Ceremai

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ridwan Kamil.

Berdasarkan geografis, Emil melakukan manajemen penangangan Covid-19 yang berbeda.

Sebab di Jawa Barat ada sejumlah kota yang padat seperti Bekasi, namun juga ada kampung-kampung seperti di kaki gunung Ciremai yang tentu saja harus diperlakukan secara berbeda.

Maka di wilayah Jawa Barat, pertama, ada daerah seperti Bogor, Depok dan Bekasi yang bertentangga dengan Jakarta. Kedua adalah wilayah Bandung Raya dan ketiga adalah wilayah kabupaten/kota lainnya.

“Hingga saat ini Jawa Barat tidak pernah mengendurkan epidemiologi, tiap 14 hari, PSBB di Bodebek itu saya perpanjang. Hanya bedanya , karena wilayah kami ini tidak homogen seperti Jakarta, maka kami gunakan PSBM, atau pembatasan sosial berbasis mikro. Zona merah kita ketatkan, zona hijau kita longgarkan. Karena Covid-19 ini mengajarkan kita harus adil,” ungkap Emil.

Emil mengatakan bahwa di tengah situasi ini memang tidak bisa memenangkan keduanya antara kesehatan atau ekonomi. Pilihannya, pilih kesehatan dengan ekonomi hancur, atau sebaliknya.

Atau berada di wilayah abu-abu, yang kadang geser ke kesehatan atau geser ke ekonomi. Dan pilihan-pilihan ini tentu saja tak mudah.

“Setiap hari kami harus memutuskan bandul geser ke kesehatan dulu, ekonomi kita kurangi. Pada saat memungkinkan bandul bergeser ke ekonomi. Itulah rutinitas pengambil keputusan yang disebut gas dan rem," ungkap Emil.

Terkait dengan testing, Emil mengatakan bahwa Jawa Barat sudah terbesar kedua setelah Jakarta, yaitu sudah 330 ribu, dan saat ini sedang mengejar 500 ribu sebagai 1 persen WHO. Pemerintah Jawa Barat pun meminta lab-lab swasta, perusahaan swasta untuk ikut meningkatkan kapasitas testing dengan per service.

Maka jumlah testing di Jawa Barat ini bisa dibandingkan dengan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Emil pun meminta tak ada pihak yang membandingkan tes corona di Jakarta dan Jabar sebab tidak apple to apple.

"Jadi kalau dibandingkan dengan DKI kami selalu jauh. kenapa? karena fasilitas-fasilitas pemerintah pusat ngumpulnya di Jakarta. Sehingga agak tidak apple to apple membandingkan kapasitas testing. Di mana dukungan pemerintah pusat emang mayoritas ada di Jakarta. Harus diakui tapi tidak di provinsi-provinsi yang bukan Ibu Kota. Jadi kalau mau membandingkan, ya bandingkan yang apple to apple," ungkap Emil.

Lanjut Emil, bila me-lockdown wilayah maka ekonomi hancur. Atau cukup dengan me-lockdown mulut dan hidung dengan menggunakan masker, dan ekonomi tidak hancur.

Dan hal ini berdasarkan kacamata ilmiah bahwa sebenarnya bila pademi mau turun dan ekonomi mau jalan sebenarnya dengan 3 M sambil menunggu vaksin.

Dalam situasi ini, Emil mengatakan bahwa tugas pemimpin adalah memberikan sense of hope, dan bukan sense of fear. Pemimpin harus memberikan semangat dalam ketakutan, bukan memberikan ketakutan dalam situasi perang seperti ini.

“Ketakutan itu wajar, namun kalau pemimpinnya banyak menelurkan kalimat kalimat yang menegangkan, menakutkan itu akan mempengaruhi psikologis dan menurunkan imunitas. Maka kita coba, lebih menjadi sabar, lebih optimis, menjaga lisan dan membnerikan semangat bahwa kita InsyaAllah bisa memenangkan erang ini,” ungkap Emil.

Pengurus KSDI Kiki membacakan kesimpulan dari pemaparan Emil.
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini