Sehingga mereka pun mengikuti cara saya untuk berangkat sendiri ke rumah sakit," jelasnya.
Pada hari pertama ia belum diberi apa-apa dari pihak rumah sakit. Namun ia mengatakan bahwa dirinya mendapatkan makan dan minum.
"Setelah hari kedua, barulah saya diberi obat. Kemudian saya menanyakan kepada perawat yang memberi obat, ini obat apa ? obat ini berdasarkan apa ? Setelah saya masuk ke sini saya tidak pernah ditanyakan tentang keluhannya apa, sakit apa, terus tiba-tiba saya diberi obat," tuturnya.
"Kemudian pihak perawatnya hanya menjawab berdasarkan data pasien.
Tapi ketika saya minta soal datanya, mereka enggan memberikan. Ini membuat saya bertanya-tanya," ungkap Okta.
Ia mengatakan dirinya tetap diberikan obat dan kemudian ia menanyakan kepada teman-temannya yang juga diisolasi di sana, bahwa mereka semua diberikan obat yang sama.
Baca: Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat Dikarantina karena Covid-19
"Sayakan langsung searching itu obatnya. Nama obatnya saya baca itu klorokuin.
Saya mencari tahu tentang obat ini dan informasi yang saya dapatkan dosis dari obat ini tinggi," lanjutnya.
"Beberapa teman saya ada yang mual-mual dan muntah-muntah setelah minum obat ini.
Keadaan beberapa teman saya yang awalnya baik-baik saja menjadi lemas dan nafsu makan berkurang," beber Okta.
Namun, ia mengatakan bahwa dirinya tidak bermasalah saat meminum obat tersebut.
Setelah berhari-hari ia di rumah sakit, Okta dan teman-temannya belum ada kunjungan dari pihak dokter.
Padahal dari petugas dinkes memberitahukan bahwa akan ada dokter spesialis yang menangani mereka di rumah sakit.
"Kemudian hari ini yakni hari ke empat, baru ada dokter yang datang mengunjungi saya. Itu pun dihari-hari sebelumnya kami ramai dulu di grup WA yang isinya ada saya, teman-teman, dan petugas dinkes yang mengabari hasil swab kami sebelumnya," ujarnya.