TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 12.200 tanaman rusak akibat berlangsungnya demo menolak omnibus law di Semarang.
Jumlah itu didapat setelah Pemerintah Kota Semarang menginventarisasi kerusakan sejumlah fasilitas publik pasca demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan buruh di kompleks depan kantor Gubernur dan DPRD Jawa Tengah, pada 7 Oktober lalu.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman, Ali melakukan tinjauan ke lokasi terjadinya demo sepanjang Jalan Pahlawan, Kamis (8/10/2020). Setelah dilihat, ada beberapa kerusakan tanaman yang ada di median Jalan Pahlawan.
Baca: 2 Mobil Polisi sampai Terbalik dan Puluhan Motor Rusak, Begini Situasi Demo Omnibus Law di Palembang
Namun, Disperkim tak langsung mengganti tanaman yang rusak dengan yang baru. Dia akan menunggu setelah demo benar-benar tidak dilakukan lagi.
"Saya tidak berani langsung menyikapi karena kelihatannya akan demo lagi. Kami tunggu betul apa tidak. Kalau demo sudah selesai baru kami sikapi," papar Ali.
Ali menyebutkan, ada 12.200 tanaman yang rusak di sepanjang Jalan Pahlawan.
Rinciannya, 200 soka, 1.500 bougenville, 700 trikalor, 1.300 pangkas kuning, 2.500 sambang darah, 500 melati paris, dan 5.500 kacangan.
"Kami sudah evaluasi kerusakan-kerusakannya. Tanaman apa saja yang rusak, berapa biji, sampai jenisnya apa saja sudah kami hitung," paparnya.
Baca: Tameng Jebol, Polisi Ada di Tengah Amukan Massa Demo UU Cipta Kerja dari Segala Arah: Kami Dikepung
Lebih lanjut, Ali belum dapat menyebutkan berapa anggaran yang dikucurkan untuk mengganti tanaman yang rusak. Pihaknya masih memiliki beberapa bibit tanaman di kebun bibit milik Disperkim.
"Belum saya hitung, yang di kebun bibit ada masih tanamannya," ucap Ali.
Tak hanya Disperkim, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang juga langsung bergerak cepat pasca demonstrasi.
Kepala DPU Kota Semarang, Sih Rianung mengatakan, kerusakan infrastruktur tidak begitu parah.
Hanya ada beberapa keramik trotoar yang mengalami pecah-pecah serta coretan-coretan di fasilitas umum.
"Kalau kerusakan kita di bagian infrastrukur tidak begitu berarti. Utamanya, kami mengembalikan agar tidak kotor dan tidak pating slengkrah (berantakan). Ada tong sampah di got. Ada beberapa coretan. Pecah-pecah sedikit tidak kami hitung," jelas Rianung.