TRIBUNNEWS.COM - Di tengah demo menolak omnibus law di halaman Kantor Gubernur Sumatera Selatan, muncul dua sosok berambut merah dan berbaju putih.
Di antaranya adalah seorang wanita yang bicara dengan pengeras suara, Jumat (9/10/2020).
Wanita dengan penampilan nyentrik itu mengajak para demonstran yang didominasi mahasiswa untuk tidak bertindak anarki.
Ia bahkan mentraktir para demonstan yang ada di sana.
Baca: Prihatin atas Demo Besar Terjadi Saat Pandemi, Doni Monardo: Risiko Besar bagi Keluarga di Rumah
Baca: Wanita Rambut Merah di Tengah Demo Omnibus Law Sumsel Traktir Para Mahasiswa: Aku Bukan Istri Polisi
"Aku bukan polisi, aku bukan istri polisi, anak aku tidak ada yang polisi. Keluarga aku tidak ada yang polisi, tapi jangan mahasiswa sampai bentrok dengan polisi."
"Polisi itu hanya menjalankan tugas, mereka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Jadi aku minta, jangan bentrok sama polisi ya," kata perempuan tersebut dengan pengeras suara.
Dengan celotehnya, perempuan tersebut mempersilakan mahasiswa mengambil makanan dan minuman yang dijual pedagang di sekitar lokasi aksi.
Mahasiswa disuruh makan dan minum secara gratis.
Semua makanan dan minuman yang diambil mahasiswa dibayar oleh wanita ini.
Baca: Demo Tolak UU Cipta Kerja di Jakarta Menyisakan Fasilitas Publik Rusak & 398 Ton Sampah
Baca: Polisi Pidanakan 4 Terduga Pelaku Kericuhan Demo Tolak UU Cipta Kerja di Malioboro
"Aku tahu, kalau perut lapar, haus pasti bawaannya marah. Jadi, makan, minum biar kau yang bayar semuanya," teriak perempuan tersebut.
Teriakan perempuan tersebut menggunakan pengeras suara, membuat mahasiswa yang ada di depan gerbang kantor Gubernur Sumsel mendatangi perempuan yang menyuruh mereka mengambil makanan dan minuman. .
Saat mahasiswa mengambil makanan dan minuman, perempuan berbaju putih ini kembali berteriak menggunakan pengeras suara yang dibawanya.
"Sudah makan, sudah minum semua. Janji, aksi ini jangan anarki ya. Janji ya, jangan anarkis," tutupnya sambil membayar makanan dan minuman yang telah diambil sejumlah mahasiswa. (TribunSumsel.com/M. Ardiansyah)
Baca: Prihatin atas Demo Besar Terjadi Saat Pandemi, Doni Monardo: Risiko Besar bagi Keluarga di Rumah
Baca: Demo Tolak UU Cipta Kerja di Jakarta Ricuh, 18 Pos Polisi dan 16 Halte Rusak Parah
Janji Gubernur Sumsel