TRIBUNNEWS.COM - Beredar video seorang pria di Boyolali, Jawa Tengah membawa jenazah ibunya memakai bronjong di sepeda motornya.
Video berdurasi 47 detik tersebeut tersebut menjadi viral di media sosial.
Kasat Reskrim Polres Boyolali Iptu AM Tohari, mengatakan, pria itu bernama Sutejo (50) warga Dukuh Bantulan RT 003, RW 004, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali.
Sutejo terekam saat membawa jenazah ibunya Ginem Suharti (80) dari Desa Jembungan, Banyudono menuju ke Desa Kedunglengkong, Simo, untuk dimakamkan.
"Iya, benar. Peristiwa itu terjadi pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB," kata Tohari, Jumat (30/10/2020), seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel "Fakta Pria di Boyolali Bawa Jenazah Ibunya Pakai Bronjong, Jadi Viral dan Penjelasan Polisi".
Viral di media sosial
Tohari mengatakan, Sutejo saat itu membungkus jenazah Ginem dengan kain jarit. Lalu, menaruhnya di bronjong yang sudah diberi papan.
Jenazah lalu tampak diikat agar tidak terjatuh oleh Sutejo.
Setelah itu, menurut Tohari, warga menyarankan agar jenazah dimandikan terlebih dahulu ke rumah duka sebelum dimakamkan.
"Sama warga disarankan jenazah dibawa ke rumah duka terlebih dahulu untuk dimandikan," kata Tohari.
Diduga alami gangguan jiwa
Menurut keterangan warga, Sutejo mengalami gangguan jiwa. Lalu, saat ini jenazah sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Randu Alasa Sucen Wetan, Kedunglengkong, Simo, sekitar pukul 13.00 WIB.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ginem meninggal diduga karena sudah berusia lanjut.
Warga yang ikut memandikan jenazah, tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh Ginem.
Reaksi Warga
Sebuah video yang memperlihatkan pemotor membawa jenazah yang ditaruh di atas beronjong di bagian belakang sepeda motor viral di media sosial.
Peristiwa tersebut diduga terjadi di jalan raya wilayah Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali.
Dalam video tersebut terdengar suara perempuan yang mempertanyakan benda yang dibawa pemotor.
"Iki gowo opo cobo, kok medeni banget lho, (ini bawa apa coba, menakutkan sekali)," ucapnya.
Baca juga: POPULER NASIONAL: PA 212 Tanggapi Kekesalan Megawati yang Dituduh PKI | Pengumuman Hasil CPNS 2019
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini, Jumat 30 Oktober 2020: Virgo Menyenangkan, Capricorn Jangan Menyerah
"Daerah simo gowo opo sih ? (di daerah Simo bawa apa sih)," katanya lagi.
Tak berselang lama perkataan perempuan itu ditimpali suara laki-laki.
"Iki wong opo udu, astaga," ujarnya.
Kapolsek Banyudono AKP Marjoko membenarkan kejadian pemotor membawa jenazah di atas beronjong yang diletakkan di jok belakang.
Kejadian itu bermula dari Sutejo, warga Dukuh Bantulan RT 03 RW 04 Kelurahan Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali merawat ibu kandungnya, Ginem di rumahnya.
Itu dilakukannya bersama istri dan kedua anaknya.
Ginem kemudian meninggal dunia pukul 08.00 WIB.
"Sutejo membawa jenazah menggunakan sepeda motor dengan memakai beronjong," kata Marjoko kepada TribunSolo.com, Kamis (29/10/2020).
Fakta Sebenarnya
Marjoko mengatakan, pihaknya telah mencari tahu bagaimana fakta sebenarnya asal muasal Sutejo membawa jenazah ibunya.
Dari keterangan Perangkat Desa Jembungan, Suwardi, semula Sutejo bersama istri dan 2 anaknya merawat ibu kandungnya, Ginem, yang sakit di rumah.
Ginem diketahui meninggal dunia Kamis (29/10/2020) pukul 08.00 WIB.
Dari keterangan Sutejo, ia awalnya berencana memakamkan ibunya itu di pekarangan rumah.
Lalu, ia merasa jengkel karena dilarang warga memakamkan ibunya di pekarangan rumah.
Menurut Sutejo, warga beralasan ibunya bukan berasal dari desa tersebut.
Sutejo jengkel, kemudian membawa jenazah Ginem menggunakan sepeda motor dengan memakai bronjong.
Tujuannya, untuk dimakamkan pekarangan rumah keluarga yang berada di Desa Kedung Lengkong, Simo, Boyolali tempat kelahiran ibu Ginem.
Padahal, jarak rumah Sutejo dengan desa ibunya itu cukup jauh, sekitar 10 kilometer.
Ia membawa jenazah itu di jalan raya di siang bolong.
Jenazah Ginem, ibunda Sutejo, akhirnya dimakamkan di pemakaman umum yang terletak di sana.
Bukan Ditolak
Kapolsek Banyudono AKP Marjoko meluruskan pernyataan Sutejo bila tetangga Sutejo di Desa Jembungan menolak rencananya memakamkan ibunya di sana.
Warga bahkan tak mengetahui bila ibu Sutejo meninggal.
Belakangan, warga menyebut bila Sutejo merupakan orang yang sangat tertutup pada warga.
Marjoko juga mengakui Sutejo sangat sulit diajak berkomunikasi.
"Tadi Perangkat Desa Jembungan meluruskan, tidak betul isu di media sosial kalau ada penolakan dari warga. Mereka bahkan tidak tahu kalau ibu Sutejo meninggal, karena Sutejo itu orangnya tertutup dengan tetangga," kata Marjoko.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Kronologi Pria Boyolali Bawa Jenazah Ibu di Bronjong Jok Motor, Tempuh Jarak 10 Kilometer