"Karena kami beri pakan itu saja tidak mau," katanya.
Pihaknya akan mempelajari terlebih dahulu karakter semut ini, karena untuk pengendalian maka harus melihat karakter, bio ekologi, seperti halnya rayap.
Kepala Laboratorium Entomologi dan Parasitologi, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto, Dr
Trisnowati Budi Ambarningrum mengatakan, semut di wilayah RT 03 RW 03 Desa Pageraji sudah banyak.
Bahkan di setiap pelepah batang pohon kelapa atau kulit pohon terlihat banyak anakan dari semut tersebut.
Ketika dibuka di masing-masing pelepah kelapa, di situ terlihat sekali ada anakan, ada telur dari semut itu.
Semut terlihat sangat agresif dan ini berkaitan dengan lingkungan sanitasi seperti terlihat banyak sekali tumpukan-tumpukan kayu yang diletakkan di dekat rumah.
Dalam hal penanganannya, seharusnya harus langsung ke sarang-sarang semut tersebut.
Dia menduga, saat ini sarang semut tersebut sudah membentuk sekitar ribuan koloni.
Menurut Trisnowati Budi Ambarningrum, yang harus ditangani adalah sarangnya.
Karena jika yang ditangani hanya yang terlihat, tidak akan memecahkan masalah.
"Yang ada di sini bukan hanya satu koloni, karena ketika populasinya sudah tinggi dia akan memisahkan diri dan membuat koloni baru."
"Dan di situ pasti ada ratu lagi," pungkasnya.
Asal Muasal Teror Semut
Dalam berita yang sebelumnya telah ditayangkan di Tribunbanyumas.com, teror semut meresahkan warga di RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.