TRIBUNNEWS.COM - Proses penyaluran bantuan logistik ke beberapa pos pengungsian di Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, harus terkendala karena akses jalan yang sulit dilewati.
Warga Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Wiwis, mengatakan jalan kecamatan tersebut adalah jalan penghubung beberapa desa di Kecamatan Ulumanda.
Di antaranya Desa Kabiraan, Desa Tandeallo, Desa Panggalo, Desa Ulumanda, dan Desa Popenga.
Setelah terjadi gempa, jalan penghubung tersebut hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua.
Sehingga para relawan terpaksa harus berjalan kaki sambil memikul bantuan logistik ke beberapa pos pengungsian di Kecamatan Ulumanda.
"Karena tdak bisa dilalui kendaraan kecuali sepeda motor, beberapa relawan berkunjung membawa bantuan dengan berjalan kaki sambil memikul bantuan logistik," terang Wiwis saat dihubungi Tribunnews.com pada Kamis (28/1/2021).
Baca juga: Warga Desa Sambabo Akui Masih Trauma dan Takut, Meski Sudah Lewat 13 Hari Pascagempa Majene
Baca juga: Operasi Sesar Berjalan Mulus, Bayi Perempuan Korban Gempa Mamuju Lahir di RS Lapangan Angkatan Darat
Warga Masih Alami Trauma dan Takut Pascagempa
Walau sudah hampir dua minggu diguncang gempa bumi, mayoritas warga masih ketakutan akan adanya gempa susulan.
Bahkan anak-anak pun merasa ketakutan jika mendengar suara angin dari dalam tenda pengungsian.
Mereka takut angin tersebut menandakan terjadinya gempa susulan.
Wiwis mengatakan hingga saat ini masyarakat masih trauma dan belum bisa melakukan aktivitas keseharian mereka seperti sediakala.
Sampai saat ini, Kamis (28/1/2021), perekonomian wargapun disebut belum bisa normal kembali.
Baca juga: Pengungsi Gempa Sulbar Capai 90 Ribuan, Kebutuhan Pokok Masih Mendesak
Baca juga: BNPB Kerahkan Helikopter Distribusi Bantuan ke Desa-desa Terisolir Pascagempa di Sulbar
"Bahkan belum ada yang bekerja sama sekali," terang Wiwis.
Mayoritas warga masih ragu untuk bekerja karena takut akan adanya gempa susulan atau longsor.