Selain bahan makanan, kata Asman, para pengungsi juga memerlukan bantuan peralatan masak karena peralatan masak yang mereka punya hilang atau masih tertinggal di rumah mereka yang sempat terendam.
"Kalau bisa kami juga minta bantuan berupa uang," ujarnya.
Baca juga: 16 Pria Terobos Sungai yang Banjir, Bawa Jenazah Tokoh Adat Sejauh 7 Km ke Pemakaman, Ini Kisahnya
Hal senada dikatakan Aminah (47), pengungsi lainnya. Mengemis atau ngencleng, ujarnya, semata ia lakukan untuk bertahan hidup. ia mengatakan, hampir semua pengungsi di sana melakukannya.
"Banyak juga, masing-masing warga. Yang ngungsi aja di sekitar (kampung) Benteng ini ada sekitar 150 orangan," kata Aminah.
Dari hasil ngencleng, Aminah mengaku bisa mendapatkan rata-rata Rp 50 sehari. Uang itu ia gunakan membeli nasi bungkus. Untuk dia dan dua anaknya.
Ia mengatakan, rumah yang mereka tinggali masih terendam sekitar sentimeter. Rumahnya memang berbatasan langsung dengan Sungai Citarum.
"Bantuan sempat ada, tetapi memang enggak cukup," katanya.
Sudah Dibantu
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdan, mengatakan sekelompok warga korban bencana banjir yang terpaksa mengemis di Jalan Ranggagede, sudah mendapat bantuan logistik kembali, Selasa (23/2).
"Sudah saya konfirmasi ke Kepala Pelaksana BPBD Karawang, bahkan kepala desanya yang datang. Itu sudah diberikan distribusi logistik."
"Kemarin sebenarnya sudah diberi logistik, cuma karena mungkin kurang, dengan kondisi pengungsian yang di pinggir jalan raya, jadi ya dimanfaatkan untuk meminta kepada yang lewat. Tapi tadi sudah ditambah logistik lagi ke sana sampai cukup," kata Dani kepada Tribun saat dihubungi melalui telepon, kemarin.
Dani mengatakan kekurangan logistik memang sempat terjadi di sejumlah titik lainnya seperti di Kabupaten Subang, di mana di sama sejumlah pengungsi pun terpaksa mengemis.
Ini karena banyaknya jumlah pengungsi akibat banjir dan lokasi pengungsian mereka yang terpencar, sehingga ada saja yang belum terberi bantuan.
Baca juga: Tempat Pengungsian Korban Banjir Diharapkan Tidak Jadi Klaster Baru Covid-19
Baca juga: Videonya Viral saat Menikah Terobos Banjir, Tetangga Ungkap Sang Pengantin Sempat Takut jadi Ledekan
"Banjir besar seperti ini kan terakhir 2014. Kalau Karawang, bahkan catatannya seperti tahun 2010, artinya ini siklus 10 tahun."