News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pimpinan Aliran Sesat Hakekok Ditangkap, Minta Dibina dan Ingin Tobat

Penulis: Ranum KumalaDewi
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polres Pandeglang menggelar rilis dugaan ritual aliran sesat yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Kamis (11/3/2021).

TRIBUNNEWS.COM - Polres Pandeglang mengamankan 16 orang yang terdiri dari pria dan wanita dewasa serta anak-anak saat melakukan ritual aliran yang diduga sesat.

Enam belas orang tersebut terdiri dari delapan pria, lima wanita, dan tiga anak-anak mandi bersama.

Kegiatan tersebut dilakukan di penampungan air PT GAL yang berada di tengah perkebunan kelapa sawit di Desa Karangbolong, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Kamis (11/3/2021) pukul 10.00 WIB.

Baca juga: Kemenyan Hingga Alat Kontrasepsi Diamankan Polisi Dari Rumah Pimpinan Aliran Hakekok di Pandeglang

Baca juga: Pelaku Curas di Bali Ditembak Polisi Saat Berupaya Kabur, Kena Kaki dan Pantat

Baca juga: Anggota DPR Setuju CCTV Dipasang di Ruang Pemeriksaan Polisi

Pimpinan Hakekok berinisial A (52) dan 15 pengikutnya dijemput polisi di rumah masing-masing setelah adanya laporan keresahan warga tentang ritual mandi bersama antara laki-laki dan perempuan hingga anak-anak tanpa busana dari kelompok tersebut.

Menurut Wakapolres Pandeglang, Kompol Riky Crima Wardana, A melaksanakan ritual mandi bersama yang bagian dari ajaran Balatasuta.

Ajaran tersebut mengadopsi ajaran Hakekok yang dibawa oleh almarhum E alias S.

"Ajaran ini mengadopsi dari ajaran Hakekok, ajaran Hakekok itu dibawa oleh almarhum E kemudian diteruskan oleh A dengan ajaran Balatasuta" ujar Ricky, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Jumat (12/3/2021).

Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pandeglang, Hamdi Ma'ani, menyebut kelompok pengikut Hakekok sudah terdeteksi beberapa tahun lalu di Desa Karangbolong, Cigeulis.

"Sudah pernah dibina, sudah kondusif, muncul lagi sekarang di luar sepengetahuan kami," kata Hamdi, Jumat.

Menurut Hamdi, ajaran tersebut menyimpang dan sudah pernah dilakukan pembinaan oleh tokoh masyarakat dan MUI Cigeulis.

Dikutip dari Kompas.com, Hamdi mengatakan, pihaknya sudah menemui pimpinan Hakekok yang bernama Arya di Polres Pandeglang.

Hamdi menuturkan, A mengakui telah melakukan kesalahan.

"Sudah ketemu, minta dibina dan ingin tobat," ujar Hamdi.

Pimpinan Hakekok dikenal tertutup

Dikutip dari Tribun Banten, seorang tetangga pimpinan Hakekok, Imah (40), mengaku terkejut dengan penangkapan A dan belasan pengikutnya pada Kamis (11/3/2021).

Menurutnya, kejadian tersebut dilakukan pada siang hari menjelang sore.

"Kaget, karena saya juga tidak tahu ada apa sebenarnya. Posisinya disitu lagi ngejemur pakaian, tiba-tiba polisi datang dan menangkap," ujar Imah.

Menurutnya, A terbilang sosok yang tertutup.

A terbilang sangat jarang keluar rumah dan tidak pernah mengikuti acara pengajian rutin yang dilakukan oleh warga sekitar.

Selain itu berdasarkan pengungkapan Imah, A juga hampir tidak pernah bertegur sapa dengan warga.

"Sangat tertutup dan jarang bicara dengan kita. Untuk acara keagamaan saja bahkan tidak pernah," ucap Imah.

Baca juga: Jual Gadis di Bawah Umur untuk Threesome, Pria asal Pasuruan Diamankan Polisi

Baca juga: Bupati Lebak Tetap Setia pada AHY, Tolak KLB Ilegal: Santet Banten akan Dikirim untuk Moeldoko

Baca juga: Dua Kali Gempa di Pesisir Barat Lampung, Getarannya Terasa Hingga ke Panimbang Banten

Lokasi kelompok Hakekok berada di wilayah sepi penduduk

Diketahui, butuh waktu sekitar empat jam menggunakan sepeda motor untuk mencapai lokasi kampung tempat kelompok Hakekok tinggal.

Karena akses jalan yang terjal dan sempit, lokasi desa tempat aliran Hakekok tersebut hanya dapat dilalui sepeda motor atau berjalan kaki selama empat jam.

Sepanjang jalan menuju lokasi, hanya tampak perkebunan dan semak belukar.

Setiba di lokasi, terdapat sebuah perkampungan warga di Desa Karangbolong.

Perkampungan tersebut terbilang sepi. Jarak antar rumah sekitar 300 meter.

Warga kampung tersebut menyatakan masih sangat takut untuk keluar lantaran pengamanan yang dilakukan oleh pihak kepolisian pada Kamis sore.

(Tribunnews.com/Ranum Kumala Dewi) (Tribunbanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan) (Kompas.com/Acep Nazmudin)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini