TRIBUNNEWS.COM - Kepala desa (kades) Wotgalih, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Rini Kusmiyati (38) angkat bicara soal penggerebekan dirinya dengan staf-nya.
Ia menyampaikan empat bantahan terkait dugaan perselingkuhan yang dialamatkan padanya.
Mulai dari soal tanpa busana hingga menyebut staf-nya dipaksa buka baju.
4 bantahan bu Kades Wotgalih ini diungkapkan seusai membuat laporan pencemaran nama baik di Polres Pasuruan Kota, Jumat (26/3/2021).
Ini kemunculan pertama bu Kades setelah digerebek sang suami, Eko Martono bersama stafnya yang menjabat Kasi Pelayanan dan Pemerintahan bernama Salam di sebuah rumah.
Rini Kusmiyati pun membantah telah berselingkuh dengan anak buahnya.
Baca juga: Babak Baru Kasus Penggerebekan Bu Kades Wotgalih, Bantah Punya Hubungan Spesial, Kini Lapor Polisi
Berikut bantahan bu Kades yang bertolak belakang dengan pengakuan sang suami:
1. Bahas pencairan beras
Pertama, bu Kades membantah memiliki hubungan asmara dengan Salam.
"Saya tidak memiliki hubungan spesial dengan dia. Hubungan saya dengan dia, hanya sebatas kepala desa dan staf.
Hanya hubungan kerja, tidak lebih," kata Rini usai melapor ke Polisi.
Dia menjelaskan, awalnya itu, ia dan Salam memang sudah janjian untuk membahas pencairan beras bulanan untuk warga.
Dikatakan dia, Salam adalah operator di setiap proses pencairan bantuan ini.
"Kita ketemu di pinggir jalan. Lah akhirnya, tidak enak.
Pemilik rumah yang digerebek itu kebetulan kenal pak Salam, akhirnya menyampaikan mengobrol di dalam rumah itu saja," sambung dia.
2. Bukan rumah kosong
Ia juga menepis kabar jika rumah tempat dia digerebek suaminya adalah kosong.
Menurut dia, rumah itu ada penghuninya.
Bahkan, yang mempersilahkan masuk itu pemilik rumah sendiri. Pemilik tidak tahu, ia adalah kepala desa.
"Terus saya diperbolehkan masuk oleh pemilik rumah, terus saya langsung digerebek.
Sekali lagi itu bukan rumah kosong,ada orangnya," urainya.
Baca juga: Klarifikasi Bu Kades Wotgalih soal Penggerebekan, Lapor Polisi, Bantah Punya Hubungan Spesial
Baca juga: Wanita 27 Tahun Ngaku Dihamili Pak Kades tapi Tak Kunjung Dinikahi, Diancam Dibunuh hingga Disantet
3. Bantah tak berbusana
Kades juga berkilah saat penggerebekan itu ada di dalam kamar.
Ia menyebut,saat itu ada di ruang tamu bersama Salam.
"Yang nyebut saya tidak pakai busana itu juga tidak benar. Saksinya anak saya," paparnya.
Menurutnya, saat penggerebekan itu, ia ada duduk di ruang tamu bersama anaknya.
"Saya ndak kabur. Saya ada sama anak saya duduk di ruang tamu," ungkapnya
4. Sebut Salam dipaksa lepas baju
Ditanya soal Salam yang tidak pakai baju, ia mengatakan, saat ramai itu, Salam langsung dikejar oleh warga.
Warga meminta Salam untuk lepas baju, dan celana.
Tapi, Salam tidak mau, dan akhirnya bajunya aja yang dilepas.
"Iya dipaksa sama yang mengejar untuk melepas bajunya," tambahnya.
Bertolak belakang dengan pengakuan suami
Sebelumnya, Eko Martono, suami bu Kades menyebut jika dia menggerebek sang istri berduaan di rumah saudara Salam.
Dia pun melaporkan sang istri atas dugaan perzinahan di Polres Pasuruan Kota.
Perwakilan tim kuasa hukum Eko Martono, Aditya Anugrah Purwanto mengatakan, laporan ini adalah laporan dugaan perzinaan. Ia menyebut, berdasarkan keterangan kliennya, apa yang dilakukan oleh terlapor ini bukan sekali ataupun dua kali.
"Sudah berulang kali. Tapi tidak menyadari apa yang diperbuat itu salah. Dan terus berulang, hingga akhirnya kesabaran klien saya ini habis. Informasi yang saya terima, ini yang ketiga kalinya terpergok," kata dia saat memberikan keterangan ke media.
Dia menjelaskan, kliennya ingin mendapatkan keadilan. Dari laporan ini, ia ingin istrinya ini sadar akan perbuatannya yang salah. Kliennya juga berharap istrinya dan Salam bisa mendapatkan sanksi dan hukuman yang setimpal.
Terpisah, Eko Martono mengakui sudah memergoki istrinya selingkuh ini tiga kali. Yang ketiga ini, kata dia, yang paling parah. Karena ia memergoki istrinya dan Salam itu telanjang di dalam kamar. Ia mengklaim, ada banyak saksi yang melihat saat itu.
"Ada anak saya juga yang besar. Dia ikut mendobrak pintu dan melihat ibunya berduaan dengan pria lain. Ini yang paling parah, biasanya saya hanya mengetahui dari chating saja. Sebelumnya, saya hanya memergoki chattingan saja," urainya.
Baca juga: Pak Kades di Pekalongan Dilaporkan Menghamili Wanita, Main Ancam Akan Santet Korban
Diusir dari rumah
Eko Martono mengaku pernah diusir dari rumah oleh Bu Kades.
Itu dialaminya setelah memergoki dua kali istrinya chating mesra dengan Salam.
"Itu tahun 2020 bulan Oktober kalau tidak salah. Jadi, saat kemarin ketahuan berduaan di kamar itu, posisi saya sudag tidak satu rumah. 6 bulan saya pisah ranjang," katanya.
Disampaikan dia, bulan Maret tahun 2020, ia memergoki istrinya chat dengan Salam. Ia sebagai suami sah, mencoba mengingatkannya.
Ia awalnya mencoba percaya jika istrinya akan berubah. Namun, pada kenyataannya, istrinya tidak berubah. Bulan September, ia memergoki lagi.
"Saya saat itu marah. Bahkan, saya sempat lapor ke Polsek Nguling. Di sana, akhirnya difasilitasi untuk mediasi bersama menyelesaikan permasalahan ini," urainya.
Eko pun sempat kecewa karena saat mediasi itu, istrinya tidak diberi sanksi. Alasannya, karena bukti yang ditemukannya belum kuat.
"Karena hanya chat saja. Bukti tidak kuat . Saya berusaha terima dengan lapang dada, saya juga berusaha sabar saat itu," jelasnya.
Dalam mediasi itu, ia mengatakan, istrinya ini sudah membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi.
"Bahkan anak saya yang besar juga sempat ikut tanda tangan dalam surat pernyataan itu. Tapi ternyata terulang lagi seperti ini," tambah dia.
Paska ditinggal istrinya selingkuh dengan Kasi Pelayanan dan Pemerintahan Desa Wotgalih, Salam, Eko juga harus menanggung hutang.
Eko Martono juga bercerita jika untuk modal istrinya pencalonan sebagai kades itu, ia rela berkorban menjual sapi dan memasukkan SK PNSnya.
Eko adalah seorang staf di salah satu SMP di Pasuruan. Untuk modal istrinya itu, ia menjadikan SK PNS sebagai agunan untuk meminjam uang.
"Iya benar. Saya pinjam uang Rp 150 juta untuk modal pencalonan jadi kades itu. Sekarang gaji saya dipotong setiap bulan sampai 15 tahun," urai dia.
Dijelaskan dia, per bulan sekarang hanya mendapatkan sisa gaji setelah dipotong Rp 400.000. Ia mengatakan itu jauh dari cukup.
(Surya.co.id/Galih Lintartika)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul 4 Bantahan Bu Kades Wotgalih Seusai Digerebek Bareng Staf: Soal Tak Berbusana, Dia Balik Tuduh ini