Sesuai rencana, kapal selam ini hendak melakukan latihan tembak torpedo kepala perang, pada Rabu (22/4/2021) dini hari.
Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono menjelaskan, latihan dimulai sekitar 02.30 Wita.
"Sesuai prosedur, pukul 02.30 sudah dilakukan isyarat terbit yakni mulai latihan," kataya saat konferensi pers di Bali, pada Kamis.
Lalu pada 03.00 Wita, kapal buatan Jerman ini izin menyelam pada kedalaman 13 meter untuk persiapan menembak torpedo.
Sesuai prosedur dalam penembakan tersebut kapal selam didampingi sea rider penjejak yang di dalamnya ada Kopaska.
Nantinya jika torpedo meluncur, maka sea rider akan mengikuti.
Saat itu, geladak haluan dan conning tower masih terlihat oleh tim penjejak dalam jarak 50 meter.
Sekitar 03.30 Wita, KRI lain yang terlibat latihan memeriksa torpedo warning dan dalam hal ini unsur lain sudah persiapan torpedo meluncur.
Namun sekitar 03.46 Wita, sea rider memonitor periskop dan lampu pengenal dari KRI Nanggala-402 perlahan mulai menyelam dan tak terlihat.
"Jadi untuk penembakan tersebut harus menyelam," kata dia.
Sejak 03.46 Wita hingga 04.46 Wita, saat jadwal penembakan, pemanggilan terus dilakukan KRI Nanggala tapi tidak ada respons.
"Harusnya saat tenggelam tadi, masih ada periskop pasti kelihatan. Ini tak ada periskop dan komunikasi saat itu tidak terjalin," kata dia.
Pada saat penembakan ini harusnya KRI Nanggala-402 meminta otorisasi untuk penembakan.
Begitu dipanggil untuk diberikan otorisasi, tak ada respons.