TRIBUNNEWS.COM, KISARAN - Kisah haru dan menyayat hati melanda satu keluarga di Kabupaten Asahan setelah seorang ibu dan bayinya meninggal dunia karena diduga kelalaian medis.
Adapun korbannya Ripa Nanda Damanik (24) warga Pasar XI, Kelurahan Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan Sumatera Utara.
Ripa Nanda Damanik kala itu hendak melahirkan anak pertamanya.
Dia dibawa ke Rumah Sakit Bunda Mulia Kisaran.
Sayangnya, saat hendak melahirkan anaknya itu, Ripa Nanda Damanik diduga sempat dibiarkan terlunta-lunta.
Pihak keluarga mengatakan bahwa tim medis memaksa agar Ripa Nanda Damanik melahirkan dalam keadaan normal.
Karena kondisi Ripa Nanda Damanik yang tidak memungkinkan, keluarga sempat meminta agar korban dioperasi.
Sayangnya, permohonan itu ditolak rumah sakit hingga akhirnya Ripa menjalani operasi namun anaknya meninggal dunia lalu Ripa pun ikut meninggal dunia.
Dalam unggahannya itu, Yulia Sinaga menceritakan bahwa kakak iparnya itu awalnya dibawa ke puskemas pada Sabtu (15/5/2021) kemarin.
Baca juga: Istri Sapri Pantun Melahirkan, Ruben Onsu Tanggung Semua Biaya Persalinan
Karena kondisi Ripa Nanda Damanik tidak memungkinkan untuk bersalin di puskesmas, bidan menyarankan agar keluarga membawanya ke rumah sakit.
Lantaran Ripa Nanda Damanik hendak melahirkan anak pertama, suami korban, Jamudthar Sinaga membawa istrinya itu ke Rumah Sakit Bunda Mulia Kisaran.
Sekira pukul 23.00 WIB, Ripa Nanda Damanik tiba di Rumah Sakit Bunda Mulia Kisaran untuk bersalin.
Kala itu, Ripa Nanda Damanik sudah dalam kondisi kesakitan, dan keluarga minta agar korban dioperasi saja.
"Tapi ada perawat dan ada juga bidan yang bilang ini masih bisa lahiran normal, karena masih bukaan dua," kata Yulia Sinaga dalam postingannya.
Karena bidan menyarankan demikian, pihak keluarga awalnya ikut saja.
Keesokan harinya, persisnya Minggu (16/5/2021), petugas rumah sakit tetap menyarankan agar Ripa Nanda Damanik melahirkan dengan cara normal.
Sekira pukul 14.00 WIB, kerabat korban, Lukya Betaria Sinaga mengatakan bahwa detak jantung anak yang ada di dalam kandungan masih berdetak.
Baca juga: Sudah Sembunyi di Pikap Tertutup Terpal, Pemudik Tetap Ketahuan, Ngaku Jenguk Saudara Melahirkan
Dia pun meminta rumah sakit melakukan operasi.
"Kemudian kakak saya masih sempat bertanya ke perawat dan bidannya yang sedang santai duduk-duduk main HP, apakah eda (kakak ipar) saya bisa segera dioperasi saja, karna eda saya benar-benar sudah tidak kuat,"
Dan akhirnya kurang lebih pukul 5 sore lewat (16 Mei 2021), eda saya selesai operasi. Dan dinyatakan bahwa bayinya meninggal," kata Yulia Sinaga.
Saat itu, keluarga tak bisa menahan kesedihannya.
Apalagi Ripa Nanda Damanik kondisinya benar-benar lemah.
Dalam postingannya itu, Yulia Sinaga menyebut bahwa setelah kakak iparnya operasi, dokter tak juga kelihatan.
Dia meluapkan kekesalannya, lantaran pihak rumah sakit terkesan abai dengan keselamatan pasien.
Singkat cerita, sehari setelah melahirkan dengan kondisi bayi meninggal dunia, pada Senin (17/5/2021) Ripa Nanda Damanik ikut mengembuskan nafas terakhir.
Atas peristiwa ini, keluarga pun kecewa berat dengan pihak rumah sakit.
Penjelasan Rumah Sakit
Sementara penanggungjawab Rumah Sakit Bunda Mulia Kisaran, dr Binsar P Sitanggang, kematian bayi dari Ripa Nanda Damanik karena solusio plasenta atau putusnya plasenta dari sang bayi saat berada dalam kandungan.
"Benar, memang ada keluarga pasien saat itu.
Kalau saya tidak salah mereka itu masuknya malam," kata Binsar, Selasa (18/5/2021).
Meski mengatakan Ripa Nanda Damanik mengalami solusio plasenta atau putusnya plasenta dari sang bayi, namun kondisinya saat itu dalam keadaan normal dan bagus.
"Bagus dan normal. Berat bayi 2.850 gram, kemudian kepala mengarah ke bawah sehingga tidak perlu dilakukan operasi.
Baca juga: Fakta Kasus Pemalsuan Surat Rapid Test di Surabaya: Bisa Dapat Hasil Non Reaktif & Kisaran Tarifnya
Kami sudah menjalankan seluruhnya SOP sesuai dengan standar yang di atur WHO," kata Binsar.
Dia mengatakan, sebelum dioperasi, kondisi bayi mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
"Bayinya maju beberapa senti dari bibir rahim namun karena orang hamil, wajar ada namanya kontraksi, dimana perut terasa kejang," kata Binsar.
Lantas, soal ribut-ribut dari pihak keluarga, Binsar mengatakan bahwa keluarga korban sempat memaksa masuk ke ruang pasien dan mengajak pasien melakukan jalan jongkok.
"Tidak masuk diakal seorang yang sedang hamil tua dibuat jalan sambil jongkok sejauh 5 meter selama 2 jam," katanya.
Akibat hal itu, perut pasien mengalami kejang dan mengakibatkan solusio plasenta.
"Dimana plasenta terlepas di dalam perut," kata Binsar.
Saat dilakukan pembedahan, dari perut pasien ditemukan memar akibat trauma akan benturan.
"Trauma, jadi terputus.
Ada beberapa hal yang menyebabkan plasenta terputus, salah satunya trauma," ujarnya.
Soal kematian Ripa Nanda Damanik, Binsar mengatakan bahwa korban mengalami sakit kepala.
"Sakit kepala, kemudian tidak berapa lama meninggal dunia," pungkasnya.
Kendati menyampaikan alasan-alasan medis, namun Binsar tak mengomentari soal tudingan mengenai para suster sibuk bermain handphone saat pihak keluarga meminta bantuan. (Tribun-medan.com/Alif Al Qadri Harahap)