News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wawancara Eksklusif

Klungkung Berjuang Perangi Rabies

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ida Bagus Juanida, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung

TRIBUNNEWS.COM, KLUNGKUNG - Kasus gigitan mengarah ke rabies kembali mencuat di Klungkung, setelah seekor anjing menyerang 16 warga di Lingkungan Pegending, Kelurahan Semarapura Kauh, Klungkung, Bali.

Kejadian ini seakan membuat kasus rabies tidak pernah tuntas di Klungkung, walau upaya terus dilakukan untuk memutus penularan virus penyakit yang juga bisa menular ke manusia tersebut.

Berikut cupilikan wawancara Tribun Bali, dengan Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida, beberapa waktu lalu, terkait upaya pemanganan rabies di Klungkung.

Sejak kapan secara pasti ditemukan kasus rabies di Klungkung?

Berdasarkan catatan kami, virus rabies mencuat di Bali pada 2008. Kasus pertama di Klungkung pada anjing pun ditemukan dua tahun kemudian, atau 2010.

Berdasarkan data dari 2010 sampai 2019, setidaknya ada total 93 kasus rabies pada anjing. Kasus gigitan di Lingkungan Pegending ini merupakan kasus yang ke-7 sejak awal 2021.

Sebelumnya, sempat terjadi di Desa Tihingan, Takmung, dan Desa Sampalan. Sementara kematian warga akibat rabies di Klungkung, terakhir terjadi Mei 2019.

Sejak pertama kali kasus rabies muncul, apakah ada wilayah di Klungkung yang bebas rabies?

Pada 2017 sebenarnya penularan rabies berhasil kami kendalikan. Bahkan saat itu selama setahun penuh, tidak ada kasus gigitan rabies di Klungkung. Tapi hal itu hanya bertahan selama setahun. Pada 2018 kembali muncul kasus anjing terinfeksi rabies.

Namun dari 2017 itu, hingga saat ini hanya wilayah Nusa Penida yang masih bebas dari rabies. Hal itu karena wilayah Nusa Penida merupakan kepulauan, yang secara mobilitas terisolir. Sehingga lalu lintas anjing yang rentan membawa penyakit, susah masuk ke Nusa Penida. Apalagi petugas pelabuhan cukup ketat juga mengawasi keluar-masuknya anjing. Sementara di Klungkung daratan beberapa wilayah masih masuk kawasan zona merah rabies.

Berapa wilayah di Klungkung yang masuk zona merah rabies?

Ada 11 wilayah di Klungkung yang saat ini masih masuk zona merah rabies,  yakni Kelurahan Semarapura Kauh, Desa Kamasan, Selisihan, Manduang di Kecamatan Klungkung. Desa Dawan Kaler, Dawan Klod, Besan, Pesinggahan di Kecamatan Dawan. Desa Takmung, Tihingan dan Desa Nyalian di Kecamatan Banjarangkan.

Mengapa masalah rabies di Klungkung tidak kunjung tuntas? Apa kesulitan pemerintah dalam mengatasi masalah ini?

Di Bali, masalah rabies masih ditemui di seluruh kabupaten/kota. Sudah sering saya sampaikan, kebiasaan dan budaya masyarakat dalam memelihara anjing yang menjadi penyebab tidak kunjung tuntasnya masalah rabies. Misalnya masyarakat sering melepasliarkan dan menelantarkan anjing peliharaanya begitu saja.

Mengubah kebiasaan masyarakat bukanlah hal yang mudah dan harus ada komitmen bersama. Memutus rantai penularan rabies harus mulai dengan mengubah kebiasaan masyarakat dalam memelihara hewan peliharaanya.

Misal, menjaga anjingnya dengan baik, dengan dikandangkan dan tidak dilepasliarkan. Termausuk rutin memberikan vaksin dan tidak membuang atau menelantarkan anjinya begitu saja.

Masih ada perilaku masyarakat kita yang justeru membudaya, misal anjinya memiliki anak, ditelantarkan begitu saja di suatu lokasi. Itu yang membuat populasi anjing liar susah kami kendalikan, dan berkontribusi terhadap penularan rabies.

Apakah ada faktor lain yang membuat rabies sulit dikendalikan di Bali?

Selain itu secara geografis, Klungkung daratan yang berada di antara kabupaten lain, seperti Bangli, Karangasem dan Gianyar juga menjadi faktor yang harus diperhatikan untuk menuntaskan masalah rabies.

Penuntasan rabies ini tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Harus ersama-sama dengan daerah lainnya, khususnya daerah tetangga. Mengingat mobilitas anjing itu cukup tinggi dan daerah Bali yang kecil, membuat penyebaran cepat terjadi. Misal saja pada 2017 kita bebas rabies, sementara daerah sekitarnya belum. Sehingga pada 2018 kembali muncul rabies di Klungkung.

Dengan kondisi tersebut, bagaimana upaya Dinas Pertanian untuk mengendalikan penyebaran rabies di Klungkung?

Guna menekan penyebaran rabies, kami menargetkan vaksinasi sekitar 18.000 ekor anjing, dari estimasi populasi anjing di Klungkung yang mencapai 21.000 ekor. Kami sebenarnya tidak ada data riil, tapi data ini berdasarkan estimasi dengan sampel dibandingkan per luas wilayah dan jumlah penduduk.

Sampai April ini, vaksinasi sudah dilakukan di 7 desa di Klungkung antara lain Desa  Besan, Desa Dawan kaler, Dawan Kelod, Desa Pesinggahan, Desa Manduang Desa Selisihan, dan Desa Tihingan.

Jumlah sementara populasi anjing yang kami vaksinasi berjumlah 1.666 ekor. Karena situasi pandemi seperti saat ini, kami tidak bisa mengumpulkan warga sekaligus untuk vaksinasi di desa. Kami jemput bola ke rumah-rumah warga, sehingga tahun ini membutuhkan waktu lebih untuk tuntaskan target vaksinasi.

Sementara terkait ketersediaan vaksin saat ini, masih tersedia sekitar 8.000 dosis vaksin rabes untuk anjing, dan pengadaan dari APBD Klungkung 5.000 dosis. Sisanya kami masih menunggu suplai dari pemerintah provinsi atau pusat.

Bagaimana cara warga jika ingin memvaksin hewan peliharaanya secara mandiri?

Kami memang sangat mengharapkan keaktifan dan insiatif warga untuk memvaksin anjingnya. Karena kami akui keterbatasan tenaga, apalagi situasi pandemi membuat kami kesulitan menuntaskan vaksinasi semua populasi anjing yang berada di Klungkung.

Sebenarnya kami sudah memiliki Pos Keswan di setiap kecamatan, dan warga bisa datang langsung membawa anjingnya ke sana. Sampai saat ini, vaksinasi masih gratis. Biasanya untuk anjing, jika usia sudah 4 minggu sudah bisa divaksin. (mit/tribunnetwork/cep)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini