News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kejadian Pedagang Makanan 'Getok' Pembeli Dengan Harga Tak Wajar di Puncak dan Malioboro

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tarif makanan yang dijajakan di salah satu kedai di Jalan Raya Puncak, Kabupaten Bogor viral di media sosial (medsos).

TRIBUNNEWS.COM -- Kasus pedagang makanan "memukul" pembeli dengan harga kemahalan terjadi di dua lokasi.

Sebelumnya pedagang pecel lele menjual dengan harga "memukul" di Malioboro, Yogyakarta.

Disusul kejadian di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Kali ini seorang netizen yang "dipukul" oleh pedagang mie instan dengan harga tak wajar.

Sebuah unggahan di media sosial membuat heboh.

Ini karena tarif makanan yang dijajakan di satu kedai di Jalan Raya Puncak, Kabupaten Bogor, itu tak wajar.

Alhasil, tarif makanan dan kedai tersebut viral di media sosial.

Baca juga: Viral Harga Mie Instan Pakai Telur Rp 54 Ribu di Puncak Bogor, Camat Cisarua Bakal Cek Kebenarannya

Seorang netizen mengunggah nota pembayarannya atau bill ke medsos.

Ia merupakan pengunjung yang pernah mampir ke kedai tersebut. Harga yang dipatok untuk makanan yang dijajakan kedai ini dinilai tidak wajar hingga jadi perbincangan warganet.

Dalam nota yang beredar tertulis bahwa harga 2 porsi mi instan pakai telur dipatok dengan harga Rp 54 ribu yang artinya 1 porsi Rp 27 ribu.

Namun di nota tersebut harga 1 porsinya ditulis Rp 18 ribu.

Kasir kedai tersebut diduga keliru dalam menghitung tarif makanan yang dipesan pelanggannya hingga tarif yang dibayarkan menjadi tak wajar.

Kemudian untuk sajian lainnya, seporsi nasi dipatok Rp 10 ribu, segelas teh manis hangat Rp 10 ribu, jagung bakar Rp 17 ribu, seporsi roti bakar coklat Rp 25, ribu dan seporsi telur setengah matang Rp 25 ribu.

Setelah nota pembayaran tersebut diunggah di medsos, beredar pula nota pembayaran lain dengan nama kedai yang sama.

Di nota tersebut tertulis 6 gelas teh manis dipatok Rp 90 ribu, segelas kopi hitam Rp 10 ribu, dan segelas teh tawar hangat Rp 8 ribu.

Baca juga: Makanan yang Disarankan untuk Kurangi Efek Asam Urat

Unggahan nota pembayaran di salah satu kedai di Puncak Bogor ini pun di medsos Twitter sampai Selasa (1/6/2021) petang sudah dibagikan lebih dari seribu kali dan dihujani lebih dari 700 komentar.

Camat Cisarua Deni Humaedi saat dikonfirmasi mengaku belum mengetahui pasti soal kedai yang menawarkan harga yang dinilai tak wajar tersebut

Dia mengaku akan melakukan pengecekan terlebih dahulu demi mengonfirmasi apakah harga makanan di Puncak yang viral itu murni kesalahan perhitungan kasir atau ada faktor lain.

"Saya coba tanya (cek) dulu itu yang di mana, saya coba konfirmasi dulu," kata Deni Humaedi saat dikonfirmasi TribunnewsBogor.com, Selasa (1/7/2021).

Kejadian di Yogya

Sebelumnya kejadian pedagang pecel lele dibanderol dengan harga tak wajar diunggah oleh akun @aulroket di Tiktok.

Menurut pengakuan warganet itu, harga pecel lele dibanderol sampai Rp37 ribu.

Dengan rincian, Rp20 ribu untuk seporsi lele, Rp7 ribu nasi putih, serta Rp10 ribu untuk lalapan di sebuah warung lesehan.

"Gua nggak mau nyebut lah, pokoknya di deretan ini, kenapa kapitalis banget, hallo? Jadi, buat kalian, viewer gue orang Yogya, coba kasih tau, kenapa makan di daerah sini tuh harganya suka tak sesuai," ujarnya.

Setelah video tersebut viral, Pemkot Yogyakarta bersama paguyuban pedagang melakukan penelusuran.

Baca juga: Terbaru Viral Video Harga Pecel Lele di Kawasan Malioboro, Sosok Oknum Pedagang Nakal Terungkap

Setelah dilakukan penelusuran, pedagang yang menjual pecel lele dengan harga tak wajar itu akhirnya ditemukan.

Berikut kabar terbaru dari viral video keluhan harga pecel lele di kawasan Malioboro:

1. Sosok Pedagang yang Jual Pecel Lele dengan Harga tak Wajar

Forum Komunikasi dan Koodinasi Perwakilan (FKPP), wadah paguyuban di Jalan Perwakilan kawasan Maliboro akhirya menemukan pedagang yang menjual harga pecel lele dengan harga tak wajar yang viral.

Ketua FKKP, Adi Kusuma mengataan pedagang itu merupakan pedagang baru.

"Perihal video viral yang menyangkut PKL pecel lele yang ada di perwakilan (jalan), kami menyatakan bahwa memang sudah kami temukan oknum PKL tersebut, tetapi saya nyatakan oknum tersebut belum masuk dalam paguyuban kami, karena oknum tersebut ternyata adalah pemilik baru dari pemilik lama yang baru dialihkan," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun Jogja, Kamis (27/5/2021).

Video viral seorang wisatawan curhat soal mahalnya harga pecel lele di Malioboro. (https://www.instagram.com/cetul.22/)

Menurut Adi, pedagang tersebut baru berjualan di Jalan Perwakilan sekira 2 bulan.

Pedagang itu membeli lapak dari pedagang sebelumnya yang tidak mampu mengelola usahanya karena Pandemi Covid-19.

Kepada Adi, oknum pedagang itu mengaku tidak mengetahui bahwa ada paguyuban pedagang di Jalan Perwakilan sehingga alih lapak itu juga tidak dikoordinasikan.

"Tetapi atas adanya video viral yang menyangkut oknum tersebut kami dari paguyuban sudah berkoordinasi dengan kemantren, kelurahan, serta pihak terkait untuk merespon kritik wisatawan tersebut," imbuhnya.

2. Oknum Pedagang Diberi Sanksi

Atas kejadian yang viral, FKPP sudah melakukan peninjauan langsung ke lokasi dan melakukan tindakan tegas dengan memberi sanksi serta akan dilaksanakan penyuluhan ketertiban.

Selain itu, oknum tersebut telah bersedia menerima sanksi dan segala pembinaan dari pihaknya.

"Agar tidak terulang lagi kejadian serupa, kami dalam waktu dekat akan melakukan pendataan ulang di wilayah tersebut dan kami akan adakan penyuluhan ketertiban untuk semua PKL yang ada di Perwakilan (Jalan)," kata Adi.

Seusai Pecel Lele Mahal, Viral Curhatan Pengunjung Tentang Parkir Malioboro (Facebook)

3. Paguyuban Pedagang Maliboro Sayangkan Unggahan Netizen

Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) menyayangkan unggahan warganet yang mengeluhkan harga pecel lele di kawasan Malioboro.

Pasalnya, dari penelusuran, pedagang yang menjual pecel lele dengan harga tak wajar itu tidak berlokasi di Jalan Maliboro.

"Hasil investigasi kami kepada seluruh anggota pedagang lesehan Malioboro, itu (lesehan yang dikeluhkan) bukan di Jalan Malioboro,"kata Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro, Desio Hartonowati dalam rilis yang diterima oleh Tribunjogja, Kamis (27/5/2021).

Desio juga menjelaskan, PPLM selama ini sudah menjalin kerja sama dengan pemerintah Kota Yogyakarta, terutama terkait dengan penerapan harga makanan yang dijual.

Selama ini harga yang dipatok oleh anggota PPLM juga masih dalam batas yang wajar.

Bahkan sebelum libur Lebaran yang lalu, PPLM menurut Desion sudah menyerahkan daftar harga makanan dan minuman yang dijual oleh anggotanya kepada Pemerintah Kota Yogyakarta.

"Kami juga melakukan pemantauan bersama di lapangan,"jelasnya.

Dalam pemberitaan soal harga pecel lele yang mahal tersebut, kata Desio, PPLM cukup menyayangkan unggahan netizen tersebut di media sosial.

Sebab, unggahan tersebut menimbulkan persepsi kalau kejadian yang menimpanya terjadi di Jalan Malioboro.

Hal itu tentunya sangat merugikan citra para pedagang lesehan yang berjualan di sepanjang Jalan Malioboro.

"Kami menyayangkan pernyataan netizen tersebut,"ucapnya.

Untuk mencegah kejadian terulang, PPLM mendorong kepada pemerintah Kota Yogyakarta untuk menyediakan posko informasi dan pengaduan konsumen.

Selain itu juga melakukan sosialisasi secara massif kepada para wisatawan untuk membeli makanan atau minuman yang menyertakan daftar harga.

"Kami mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang sudah diambil oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Kepada para wisatawan, kami juga mengimbau untuk tidak sungkan dan ragu bertanya sebelum memesan,"jelasnya.

4. Tanggapan Pemkot Yogyakarta

Sebelumnya, atas viralnya video keluhan warganet, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi sudah memberi tanggapan.

Heroe Poerwadi menyatakan pihaknya sudah menemui seluruh pedagang dan pimpinan komunitas di sepanjang Malioboro.

Tapi, tak ditemukan pedagang yang dimaksud oleh akun Tiktok bernama @aulroket, dan viral di medsos.

"Tidak ada, hal itu juga sudah ada kesepakatan dengan para pedagang dan komunitas beberapa minggu lalu. Kita sudah ketemu dan menyatakan semua selalu menyajikan harga yang wajar," ungkapnya, Rabu (26/5/21), diberitakan TribunJogja.

"Sejak awal, Pemkot sudah mendeklarasikan, bahwa yang melanggar dilarang berjualan di situ, ya. Jadi, kami sejauh ini belum menemukannya," tambah Heroe.

Baca juga: Menu Inspirasi Buka Puasa: Resep Lele Bakar Kencur hingga Resep Crispy Lele Pop

Ia pun meyakini, meski selama libur lebaran silam kondisi Malioboro tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, para PKL dan komunitas tidak akan melakukan hal tersebut.

Sebab, mereka sadar, jika sekali saja dijumpai perilaku 'nuthuk', maka yang tercoreng adalah Malioboro.

"Saat ini kami masih mencari, jika kemungkinan terjadi di sirip-sirip jalan Malioboro. Kalau sampai ketemu, tentu kita berikan sanksi tegas, tidak boleh berdagang lagi di kawasan Malioboro," ucap Wakil Wali Kota Yogya.

Video itu diunggah oleh akun @aulroket di Tiktok.

Menurut pengakuan warganet itu, harga pecel lele dibanderol sampai Rp37 ribu.

Dengan rincian, Rp20 ribu untuk seporsi lele, Rp7 ribu nasi putih, serta Rp10 ribu untuk lalapan di sebuah warung lesehan.

"Gua nggak mau nyebut lah, pokoknya di deretan ini, kenapa kapitalis banget, hallo? Jadi, buat kalian, viewer gue orang Yogya, coba kasih tau, kenapa makan di daerah sini tuh harganya suka tak sesuai," ujarnya.

Baca juga: Harga Pecel Lele Mahal di Malioboro Viral, Wakil Walikota Akan Tutup Warung Pedagangnya

Setelah video tersebut viral, Pemkot Yogyakarta bersama paguyuban pedagang melakukan penelusuran.

Setelah dilakukan penelusuran, pedagang yang menjual pecel lele dengan harga tak wajar itu akhirnya ditemukan.

Berikut kabar terbaru dari viral video keluhan harga pecel lele di kawasan Malioboro:

1. Sosok Pedagang yang Jual Pecel Lele dengan Harga tak Wajar

Forum Komunikasi dan Koodinasi Perwakilan (FKPP), wadah paguyuban di Jalan Perwakilan kawasan Maliboro akhirya menemukan pedagang yang menjual harga pecel lele dengan harga tak wajar yang viral.

Ketua FKKP, Adi Kusuma mengataan pedagang itu merupakan pedagang baru.

"Perihal video viral yang menyangkut PKL pecel lele yang ada di perwakilan (jalan), kami menyatakan bahwa memang sudah kami temukan oknum PKL tersebut, tetapi saya nyatakan oknum tersebut belum masuk dalam paguyuban kami, karena oknum tersebut ternyata adalah pemilik baru dari pemilik lama yang baru dialihkan," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun Jogja, Kamis (27/5/2021).

Menurut Adi, pedagang tersebut baru berjualan di Jalan Perwakilan sekira 2 bulan.

Pedagang itu membeli lapak dari pedagang sebelumnya yang tidak mampu mengelola usahanya karena Pandemi Covid-19.

Kepada Adi, oknum pedagang itu mengaku tidak mengetahui bahwa ada paguyuban pedagang di Jalan Perwakilan sehingga alih lapak itu juga tidak dikoordinasikan.

"Tetapi atas adanya video viral yang menyangkut oknum tersebut kami dari paguyuban sudah berkoordinasi dengan kemantren, kelurahan, serta pihak terkait untuk merespon kritik wisatawan tersebut," imbuhnya.

2. Oknum Pedagang Diberi Sanksi

Atas kejadian yang viral, FKPP sudah melakukan peninjauan langsung ke lokasi dan melakukan tindakan tegas dengan memberi sanksi serta akan dilaksanakan penyuluhan ketertiban.

Selain itu, oknum tersebut telah bersedia menerima sanksi dan segala pembinaan dari pihaknya.

"Agar tidak terulang lagi kejadian serupa, kami dalam waktu dekat akan melakukan pendataan ulang di wilayah tersebut dan kami akan adakan penyuluhan ketertiban untuk semua PKL yang ada di Perwakilan (Jalan)," kata Adi.

3. Paguyuban Pedagang Maliboro Sayangkan Unggahan Netizen

Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) menyayangkan unggahan warganet yang mengeluhkan harga pecel lele di kawasan Malioboro.

Pasalnya, dari penelusuran, pedagang yang menjual pecel lele dengan harga tak wajar itu tidak berlokasi di Jalan Maliboro.

"Hasil investigasi kami kepada seluruh anggota pedagang lesehan Malioboro, itu (lesehan yang dikeluhkan) bukan di Jalan Malioboro,"kata Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro, Desio Hartonowati dalam rilis yang diterima oleh Tribunjogja, Kamis (27/5/2021).

Desio juga menjelaskan, PPLM selama ini sudah menjalin kerja sama dengan pemerintah Kota Yogyakarta, terutama terkait dengan penerapan harga makanan yang dijual.

Selama ini harga yang dipatok oleh anggota PPLM juga masih dalam batas yang wajar.

Bahkan sebelum libur Lebaran yang lalu, PPLM menurut Desion sudah menyerahkan daftar harga makanan dan minuman yang dijual oleh anggotanya kepada Pemerintah Kota Yogyakarta.

"Kami juga melakukan pemantauan bersama di lapangan,"jelasnya.

Dalam pemberitaan soal harga pecel lele yang mahal tersebut, kata Desio, PPLM cukup menyayangkan unggahan netizen tersebut di media sosial.

Sebab, unggahan tersebut menimbulkan persepsi kalau kejadian yang menimpanya terjadi di Jalan Malioboro.

Hal itu tentunya sangat merugikan citra para pedagang lesehan yang berjualan di sepanjang Jalan Malioboro.

"Kami menyayangkan pernyataan netizen tersebut,"ucapnya.

Untuk mencegah kejadian terulang, PPLM mendorong kepada pemerintah Kota Yogyakarta untuk menyediakan posko informasi dan pengaduan konsumen.

Selain itu juga melakukan sosialisasi secara massif kepada para wisatawan untuk membeli makanan atau minuman yang menyertakan daftar harga.

"Kami mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang sudah diambil oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Kepada para wisatawan, kami juga mengimbau untuk tidak sungkan dan ragu bertanya sebelum memesan,"jelasnya.

4. Tanggapan Pemkot Yogyakarta

Sebelumnya, atas viralnya video keluhan warganet, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi sudah memberi tanggapan.

Heroe Poerwadi menyatakan pihaknya sudah menemui seluruh pedagang dan pimpinan komunitas di sepanjang Malioboro.

Tapi, tak ditemukan pedagang yang dimaksud oleh akun Tiktok bernama @aulroket, dan viral di medsos.

"Tidak ada, hal itu juga sudah ada kesepakatan dengan para pedagang dan komunitas beberapa minggu lalu. Kita sudah ketemu dan menyatakan semua selalu menyajikan harga yang wajar," ungkapnya, Rabu (26/5/21), diberitakan TribunJogja.

"Sejak awal, Pemkot sudah mendeklarasikan, bahwa yang melanggar dilarang berjualan di situ, ya. Jadi, kami sejauh ini belum menemukannya," tambah Heroe.

Ia pun meyakini, meski selama libur lebaran silam kondisi Malioboro tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, para PKL dan komunitas tidak akan melakukan hal tersebut.

Sebab, mereka sadar, jika sekali saja dijumpai perilaku 'nuthuk', maka yang tercoreng adalah Malioboro.

"Saat ini kami masih mencari, jika kemungkinan terjadi di sirip-sirip jalan Malioboro. Kalau sampai ketemu, tentu kita berikan sanksi tegas, tidak boleh berdagang lagi di kawasan Malioboro," ucap Wakil Wali Kota Yogya.

(Tribunnews.com/Daryono/TribunJogja/Azka Ramadhan/Miftahul Huda/Tribun Bogor/Naufal Fauzy)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini