TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Temuan kasus Covid-19 di sekolah yang terjadi di beberapa daerah, harus menjadi catatan bagi pemerintah.
Teranyar klaster sekolah ditemukan di Purbalingga dan Jepara.
Sementara di Semarang dan Blora sudah dipastikan kasus covid-19 di lingkungan sekolah bukan dari klaster tatap muka.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Lingkungan Sekolah Jateng Terus Bertambah, Bermula dari Curi Star PTM ?
Anggota DPRD Kota Semarang dari Fraksi Gerindra, Abdul Majid, mengatakan, pihaknya tidak ingin PTM menjadi penyebab timbulnya klaster baru dan menjadi penyebab ledakan Covid-19 gelombang ketiga.
Maka dari itu, dia meminta seluruh pihak tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan.
Vaksinasi bagi pelajar perlu segera diselesaikan untuk meminimalisir terjadinya penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
"Jangan sampai PTM jadi pemicu timbulnya gelombang ketiga. Fraksi Gerindra meminta Dinkes memvaksin semua siswa. Sekolah juga harus konsisten terhadap protokol kesehatan, menyediakan masker, cuci tangan, sanitizer, dan disinfektan," tegasnya, Rabu (22/9/2021).
Baca juga: Respons Dinas Kesehatan DKI Soal Temuan 25 Klaster Covid-19 Selama PTM
Majid menyampaikan, aturan PTM yang disiapkan oleh Dinas Pendidikan sudah sangat detail.
Pembatasan diberlakukan 50 persen.
Jam masuk dan pulang aekolah pun tidak dilakukan secara serentak untuk meminimalisir kerumunan.
Siswa harus diantar dan dijemput orang tua.
Bahkan, siswa diimbau membawa bekal dari rumah.
Menurutnya, straregi Dinas Pendidikan dalam pelaksanaan PTM sudah terbilang baik.
Adanya temuan kasus positif 7 Covid-19 di lingkungan sekolah menjadi evaluasi.
"Kadang-kadang terlena, sudah PPKM level 2. Kami perlu mengaktifkan lagi tinjauan lapangan untuk mengecek bagaimana aturan (PTM) berjalan atau tidak. DPRD bersama komite sekolah perlu melakukan pengecekan serta pencegahan agar tidak terjadi penularan di sekolah," papar Majid.
Dia pun mengapresiasi upaya skrining yang dilakukan Dinas Kesehatan.
Upaya itu dapat mengetahui lebih dini jika terjadi penularan. Ini perlu dilakukan secara berkala.
Di samping itu, peran serta keluarga dalam menyukseskan PTM pun sangat diperlukan. Disdik mengimbau siswa untuk diantar dan dijemput orangtua merupakan bagian dari upaya mencegah penularan. Siswa diharapkan tidak keluyuran seusi pulang sekolah. Protokol kesehatan di rumah juga perlu diperhatikan.
"Anaknya di sekolah sudah tertib dan baik tapi ternyata orangtuanya bekerja tidak pakai masker. Itu membawa dampak tidak baik, bisa membawa virus ke rumah dan menulari anggota keluarga," ujarnya.
Dinkes Jateng Pastikan Temuan Siswa Positif Covid-19 di Blora Bukan Klaster Pembelajaran Tatap Muka
Kasus positif Covid-19 ditemukan di sejumlah sekolah di beberapa daerah di Jawa Tengah usai diberlakukannya pembelajaran tatap muka (PTM).
Di antaranya di Kabupaten Blora dan Jepara.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo, memastikan temuan kasus positif Covid-19 di sekolah di Kabupaten Blora bukan klaster PTM.
Sebab, kasus di delapan sekolah di Blora tersebut ditemukan melalui screening sebelum PTM dilaksanakan.
"Kalau yang di Blora itu bagus. Sebelum dilakukan PTM, dilakukan screening dulu, lalu ditemukan (positif)," ujar Yulianto, usai Rapat Koordinasi Penangan Covid-19 di Ruang rapat lantai 2 Kantor Gubernur, Selasa (21/9/2021).
Baca juga: Rumah Pecinta Reptil Kebakaran, 80 Ular Mati Terpanggang, Saksi Dengar Ada Ledakan
Bahkan, pihaknya mengapresiasi terhadap langkah Pemerintah Kabupaten Blora dalam menyambut PTM.
Yakni dengan melakukan screening lebih dulu terhadap guru dan siswanya.
"Blora Justru kita apresiasi, ada delapan sekolah melakukan screening (sebelum PTM), dan ditemukan sekitar 40-an kasus. Jadi, bukan klaster sekolah karena menularnya bukan di sekolah," ungkapnya.
Namun, pihaknya tidak memungkiri telah mendapat laporan adanya klaster di sekolah, seperti yang ada di salah satu sekolah MTs di Kabupaten Jepara.
"Ada laporan dari Jepara, ada satu sekolahan di mana setelah dilakukan screening ada siswa yang positif sekitar 25 siswa (3 guru). Dan, semuanya tanpa gejala," ungkapnya.
Semua yang dinyatakan positif telah dilakukan isolasi, bahkan beberapa di antaranya sudah sembuh.
Selain itu, aktivitas sekolah tersebut kembali ditutup.
"Yang positif diisolasi, juga tracinng dan testing. Semuanya OTG dan sudah banyak yang sembuh," tuturnya.
Sementara, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuturkan bahwa dirinya langsung koordinasi dengan Bupati Blora untuk memastikan terkait temuan kasus tersebut.
Ternyata, temuan kasus positif di sekolah itu karena justru karena dites lebih dulu sebelum PTM dilaksanakan.
"Saya cek di Blora, kontak Bupati dan saya lega ternyata klaster di sana itu karena persiapan PTM dites lebih dulu. Itu bagus. Ya, ada SMK, MTs, SD dan SMP ini komplit," paparnya.
Selain itu, lanjut Ganjar, temuan kasus di kabupaten Blora semuanya dari guru.
Maka, ia pun memerintahkan seluruh Kepala Dinas Pendidikan harus mengecek, pastikan guru sendiri punya kesadaran untuk sehat.
"Yang menarik semuanya itu orang tua, artinya guru. Maka, saya perintahkan seluruh Kepala Dinas Pendidikan harus ngecek, pastikan guru sendiri punya kesadaran untuk sehat. Kalau tidak ini bahaya. Beberapa kejadian MTs di Jepara 28 orang terdeteksi, 25 siswa dan 3 guru. Saya komunikasi dengan kemenag untuk tutup. Jangan sampai kita kasih stempel gagal," tandasnya.
Klaster Sekolah Juga Ditemukan di Jepara, 25 Siswa dan 3 Guru MTs Al Muttaqin Positif Covid
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara menghentikan pembelajaran tatap muka (PTM) untuk semua jenjang di wilayah tersebut.
Kebijakan ini diambil setelah ditemukan klaster penularan Covid-19 di MTs Al Muttaqin di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan.
Dari klaster ini, 25 siswa dan tiga guru terkonfirmasi positif Covid-19.
Bupati Jepara Dian Kristiandi mengatakan, klaster MTs Rengging itu menjadi penekanan kepada orangtua untuk terus mengingatkan putra-putrinya agar selalu taat protokol kesehatan.
Dia juga mengapresiasi kepala sekolah MTs Al Muttaqin yang langsung menutup sekolah, setelah sejumlah siswa dan guru terkonfirmasi positif Covid-19.
"Alhamdulillah, pihak sekolah sangat menyadari bahwa kesehatan siswa menjadi yang utama," kata Dian Kristiandi sesuai meninjau sekolah tersebut, Rabu (22/9/2021).
Menurut pria yang akrab disapa Andi itu, kejadian di MTs Rengging akan menjadi evaluasi terhadap pelaksanaan PTM di Kabupaten Jepara.
"PTM, untuk sementara, kami hentikan. Kalau ditanya sampai kapan, nanti kami evaluasi sampai pada saatnya semua sudah siap," imbuhnya.
Andi juga meminta pasca kejadian ini semua pihak kembali menyadarkan bahwa Covid-19 masih ada.
Kronologi Sumber Penularan Corona 25 Siswa dan 3 Guru MTs Jepara Versi Kepala Sekolah
25 siswa kelas VII dan 3 guru di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Al Muttaqin terkonfirmasi positif Covid-19.
Akibatnya, pembelajaran tatap muka di sekolah yang berlokasi di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara itu mulai hari ini dihentikan.
Kepala Sekolah Mts Al Muttaqin, Samudi menerangkan kronologi saat sejumlah siswa diketahui positif covid-19.
Pada 13 September 2021, terang Samudi, sejumlah siswa hendak vaksinasi di Puskesmas Pecangaan.
Namun, ada 24 siswa yang tidak lolos screening.
Pada 14 September 2021, pihaknya mengantarkan 60 siswa itu untuk melakukan swab.
Dua hari berikutnya, kata Samudi, 16 September 2021 hasil tes keluar dan menyatakan 11 anak terkonfirmasi positif.
Kemudian tambah lagi 2 anak, total 13.
"Setelah itu kami melakukan koordinasi dengan pihak muspika dan kemenag dan Satgas Covid-19 Kabupaten Jepara," kata Samudi, Rabu (22/9/2021).
Karena sudah ada siswa yang positif Covid, lanjut dia, maka dilakukan tes swab kepada siswa dan guru yang pernah kontak erat.
Hasilnya 3 guru positif dan 12 siswa positif.
Sementara itu, Bupati Jepara Dian Kristiandi mengatakan akan mengevaluasi Pembelajaran Tatap Muka di Kabupaten Jepara pas muncul kluster siswa di MTs Rengging.
"PTM untuk sementara kita hentikan. Kalau ditanya sampai kapan nanti kita evaluasi sampai pada saatnya semua sudah siap," kata pria yang akrab disapa Andi itu sesuai meninjai MTs Al Muttaqin.
Dia meminta para orangtua untuk menekankan kepada anak-anaknya agar menaati protokol kesehatan
Klaster Sekolah di Purbalingga Bertambah, 61 Siswa SMP Negeri 3 Mrebet Juga Positif Covid
Klaster sekolah penularan Covid-19 di Purbalingga bertambah.
Selain di SMP Negeri 4 Mrebet Purbalingga, kasus Covid-19 juga ditemukan di SMP Negeri 3 Mrebet.
Tercatat, ada 61 siswa sekolah tersebut positif Covid-19 hasil tes antigen, Selasa (21/9/2021).
Kondisi tersebut dibenarkan Kepala SMP Negeri 3 Mrebet, Septi Winarni.
Septi mengatakan, hasil tersebut diperoleh setelah pihak sekolah menggelar tes antigen kepada siswa, karyawan, dan guru, sebagai persiapan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM).
"Tes antigen menyasar 392 siswa dan 37 guru serta karyawan. Hasilnya, ada 61 siswa yang positif," ujar Septi saat dikonfirmasi, Rabu (22/9/2021).
Baca juga: 1.296 Sekolah Laporkan Klaster Penyebaran Covid Saat PTM, Paling Banyak Tingkat SD Capai 581 Sekolah
Septi mengatakan, mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah siswa. Dari hasil tes yang dilakukan, tak ada guru dan karyawan sekolah yang terpapar virus corona.
Terkait hasil ini, pihaknya pun telah melakukan upaya lokalisasi.
Berdasarkan saran dari camat Mrebet, sekolah mengarantina 61 siswa di SMP Negeri 3 Mrebet, sama seperti yang dilakukan SMP Negeri 4 Mrebet.
Diberitakan sebelumnya, 90 siswa SMP Negeri 4 Mrebet terkonfirmasi positif Covid-19 hasil tes antigen, Senin (20/9/2021).
Mulai Selasa, para siswa tersebut menjalani karantina terpusat di sekolah mereka dan menunggu tes PCR lanjutan.
Sebelum 90 Anak Positif Covid, SMP Negeri 4 Mrebet Purbalingga Ternyata Gelar PTM Tanpa Izin Satgas
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purbalingga meminta klarifikasi dari kepala SMP Negeri 4 Mrebet terkait kasus Covid-19 yang menimpa 90 siswanya.
Pasalnya, sekolah tersebut belum mendapat izin menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) dari Satgas Penanganan Covid-19 kabupaten.
Kepala Bidang Pembinaan SMP Dindikbud Kabupaten Purbalingga Joko Sumarno mengatakan, pihaknya masih menggali informasi dan klarifikasi dari kepala SMP Negeri 4 Mrebet.
"Pembelajaran tatap muka (PTM) kan sebenarnya juga belum berjalan, apa itu kucing-kucingan atau bagaimana, ini yang masih akan kami cari tahu dari kepala sekolahnya," kata Joko saat dikonfirmasi, Selasa (21/9/2021).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Purbalingga Hanung Wikantono mengatakan, SMP Negeri 4 Mrebet sempat memulai pembelajaran tatap muka (PTM) sebelum ada keputusan Satgas Covid-19.
"Sudah berlangsung (PTM) selama satu-dua pekan. Kemudian, ada yang bergejala dan banyak yang mengalami hal serupa, demam, flu," kata Hanung.
Dari temuan itu, kepala sekolah berinisiatif menghubungi dinkes untuk melakukan rapid test antigen secara massal.
Dari 350 sampel usap, 90 siswa menunjukkan hasil positif Covid-19.
"Hari ini, kami putuskan isolasi terpusat di gedung sekolah," ujar Hanung, Selasa (21/9/2021).
Isolasi terpusat, lanjut Hanung, dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya klaster penularan Covid-19 baru di Purbalingga.
"Opsinya, hanya isolasi terpusat, tidak ada isoman, 90 kalau dibuat pohon faktor jadi ledakan klaster. Kami tidak mau ambil risiko itu," ujarnya.
Dia menjelaskan, puluhan siswa akan menjalani isolasi selama 13 hari terhitung Selasa.
Satgas Covid-19 Kabupaten Purbalingga masih melakukan sosialisasi kepada wali murid agar tidak muncul penolakan.
"Hampir semua pasien tanpa gejala (OTG) atau gejala ringan. Kami menyiagakan tenaga medis lengkap dengan fasilitasnya agar seluruh siswa dapat terpantau," ujarnya.
Hanung menambahkan, puluhan siswa tersebut nantinya menjalani tes swab PCR.
Dari hasil PCR itu, Satgas Covid-19 akan melakukan tracing kontak erat hingga lingkungan keluarga siswa
Jalani Karantina Terpusat, 90 Siswa SMP Negeri 4 Mrebet Purbalingga Tempati 9 Ruang Kelas
Sembilan puluh (90) siswa SMP Negeri 4 Mrebet Purbalingga yang dinyatakan positif Covid-19 mulai menjalani isolasi terpusat di sekolah tersebut, Selasa (21/9/2021).
Mereka menjalani isolasi di sembilan ruangan yang telah disulap menjadi tempat karantina dan dalam pengawasan tenaga kesehatan dan petugas.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan, setiap ruangan isolasi diisi 10 anak.
Sementara, ruangan lain di sekolah tersebut, digunakan tenaga kesehatan dan petugas yang berjaga.
"Para siswa dibagi per ruangan ada 10 siswa. Selain itu, ada nakes dan petugas," ujar Tiwi, sapaan bupati, Rabu (22/9/2021).
Tiwi menjelaskan, mayoritas siswa positif Covid-19 tersebut masuk kategori orang tanpa gejala (OTG).
Meski begitu, untuk memudahkan pengawasan dan mencegah perluasan penularan, mereka diminta menjalani karantina terpusat.
Sebelumnya, sejumlah orangtua keberatan anak mereka dikarantina terpusat di gedung eks SMP Negeri 3 Purbalingga.
Mereka beralasan, lokasi tersebut jauh dari tempat tinggal anak-anak.
Akhirnya, Satgas Penanganan Covid-19 memindahkan tempat karantina terpusat di SMP Negeri 4 Mrebet.
Apalagi, pascatemuan kasus Covid-19 klaster sekolah, kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di Purbalingga dihentikan.
"Sebetulnya, sudah disiapkan di eks SMP Negeri Purbalingga. Namun, karena satu dan lain hal maka isolasi dipusatkan di SMP Negeri 4 Mrebet," imbuh Tiwi
Polres Purbalingga Bangun Dapur Umum, Pasok Makanan untuk Siswa Mrebet yang Jalani Isolasi Terpusat
Polres Purbalingga mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan 151 siswa di Mrebet yang menjalani isolasi terpusat di Purbalingga, Rabu (22/9/2021).
Diketahui, 151 siswa yang menjalani isolasi terpusat itu adalah 90 siswa SMP Negeri 4 Mrebet dan 61 siswa SMP Negeri 3 Mrebet.
Mereka terkonfirmasi positif Covid-19 hasil tes antigen pada Senin (20/9/2021) dan Selasa (21/9/2021).
Saat ini, mereka menjalani karantina terpusat di masing-masing sekolah.
Kabag Sumda Polres Purbalingga Kompol Supriyanto mengatakan, dapur umum didirikan untuk membantu kebutuhan makanan siswa yang menjalani isolasi.
"Ini merupakan bentuk dukungan kepolisian bagi para siswa yang sedang menjalani isolasi terpusat. Harapannya, para siswa bisa tetap bersemangat menjalani isolasi sehingga bisa cepat sembuh," ucapnya dalam rilis yang diterima, Rabu (22/9/2021).
Dijelaskannya, hari ini, dapur umum dioperasikan Satsamapta, mulai menyiapkan peralatan, berbelanja bahan makanan, memasak, dan menyiapkan makanan untuk selanjutnya dibagikan.
Total, ada sekitar 200-250 paket makanan yang disiapkan untuk didistribusikan.
"Kami bekerja sama dengan sejumlah organisasi masyarakat dalam pendistribusian makanan dari dapur umum sampai ke para siswa di lokasi isolasi," jelasnya.
Supriyanto memastikan, dapur umum akan tetap beroperasi dan mendistribusikan makanan selama para siswa menjalani isolasi terpusat. (tribun network/thf/TribunBanyumas.com/TribunJateng.com)