TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Gunung Guntur menunjukkan misteri yang ada di dalamnya lagi lewat Muhammad Gibran Arrasyid (14).
Gibran merupakan pendaki yang hilang sejak Minggu (19/9/2021) yang akhirnya ditemukan pada Jumat (24/9/2021) sore.
Dalam pengakuannya, Gibran dilingkupi cerita mistis selama hilang.
Di Garut, Gunung Guntur merupakan gunung kedua tertinggi di setelah Gunung Cikuray.
Gunung Guntur berada di ketinggian 2.229 MDPL dan Gunung Cikuray 2.821 MDPL dan mayoritas area di Gunung Guntur berstatus cagar alam.
Gunung yang disebut-sebut sebagai miniaturnya Gunung Semeru itu memiliki banyak kisah tersendiri.
Kisah tersebut dimulai dari hilangnya tiga orang pendaki dalam kurun waktu 12 tahun terakhir.
Baca juga: Jalan-jalan Tanpa Tujuan, 7 Remaja Asal Bandung Telantar di Masjid Pameungpeuk Garut
Namun ketiga pendaki tersebut berhasil ditemukan dengan ceritanya sendiri.
Ade Leji (55), kuncen Gunung Guntur, mengatakan, ada tiga pantangan yang tidak boleh dilanggar para pendaki Gunung Guntur.
"Tidak boleh bersiul, tidak boleh memainkan suling dan tidak boleh menanyakan jalan," ujar Ade Loji saat diwawancarai TribunJabar.id, Sabtu (25/9/2021).
Ade menjelaskan, selain pantangan tersebut terdapat tempat yang tidak boleh didatangi pendaki yakni Curug Sawer.
Tempat tersebut, menurutnya, memiliki medan yang terjal dan berbahaya jika dilalui oleh pendaki.
"Bahaya tebingnya, beratus meter, penunggunya juga ganas, namanya Mbah Derwak," ucapnya.
Ade Leji merupakan orang yang pertama kali menemukan Muhammad Gibran Arrasyid, pendaki hilang di Gunung Guntur selama enam hari.
Berikut ini deretan ceritanya :
1. Gibran ditemukan di curug Cikoneng
Menurut pengakuannya, Gibran ditemukan di Curug Cikoneng.
"Sudah tiga kali ada yang hilang di Guntur, tapi alhamdulillah semua atas kehendak Allah, mereka bisa ditemukan selamat," ucapnya.
Sejak tahun 1979, Gunung Guntur sudah ditetapkan statusnya menjadi cagar alam oleh Kementerian Pertanian dengan SK 170/KptsUm/3/1979.
Baca juga: Cerita Gibran yang Hilang 6 Hari di Gunung Guntur, Tak Merasakan Malam dan Adanya 5 Sosok Misterius
Lalu, pada tahun 1990, diadakan perluasan cagar alam dengan SK 110/Kpts-II/1990.
Terakhir, pada tahun 1994, penetapan ini diperbaharui lagi oleh Kementerian Kehutanan dengan SK 433/Kpts-II/1994.
Walau begitu, Gunung Guntur tetap menjadi bagian dari Cagar Alam Kamojang hingga saat ini.
2. Ada Pertanda Sehari Sebelum Ditemukan
Ade mengaku mendapat pertanda Gibran akan ditemukan, sehari sebelumnya, Kamis (23/9/2021).
"Saya berangkat hari Jumat pukul tiga sore.
Sendirian karena saya tidak boleh berangkat dengan banyak orang, nanti susah ketemu," ujarnya.
Lokasi yang ia tuju adalah Curug Cikoneng, sebuah air terjun kecil yang memiliki ketinggian hampir 100 meter.
Di tempat itu Ade mengaku mendapat pertanda, Gibran ada di gua kecil di air terjun tersebut.
3. Tancapkan Paku Bumi
Saat berada di lokasi itu, Ade Leji langsung melakukan tawasul dan berserah diri kepada Allah.
Lalu saya tancapkan paku bumi ke batu di curug itu," ucapnya.
Tidak lama setelah membenamkan paku bumi itu, Ade kemudian melihat Gibran yang perlahan mulai menampakkan diri.
Menurutnya, saat itu, Gibran masih tidak bisa bicara dan terlihat linglung.
"Saya tepuk pundaknya, 'Gibran' kata saya, dia kemudian sadar.
Langsung saya beri makan dan saya tanya-tanya, dia bilang, 'kok saya ada di sini'," ucapnya.
Ade menjelaskan, Gibran tersadar saat mendengar teriakan dirinya yang terus memanggilnya.
4. Merangkak Naik ke Tebing
Saat itu ia coba menghubungi relawan namun tidak berhasil karena tidak ada sinyal lantaran berada di lembah Curug Cikoneng.
Ade pun kemudian menggendong Gibran seorang diri menaiki tebing.
"Saya merangkak-rangkak menaiki tebing,
Gibran saya pangkon," ucap Ade.
Saat mendapati sinyal, Ade pun langsung menghubungi keluarganya.
"Saya telepon keluarga saya, tolong sampaikan ke tim pencari Gibran sudah ketemu," ujarnya.
5. Paku Bumi Berwarna Emas Bertuliskan Arab
Ade sempat mengabadikan momen saat dirinya hendak membenamkan paku bumi di sebuah batu yang menempel di Curug Cikoneng.
Saat diwawancarai, Ade memperlihatkan paku bumi yang ia gunakan untuk menemukan Gibran.
Paku bumi tersebut berupa paku berwarna emas bertuliskan arab dengan panjang 7 cm.
Dari foto yang diperlihatkan Ade, diketahui perincian waktu saat dia menyelamatkan Gibran, menunjukkan pukul 16.40 WIB.
Makhluk gaib
Gibran menceritakan keadaanya selama berada di Gunung Guntur seorang diri termasuk bertemu dengan sosok makhluk halus.
Selain itu ia juga mengaku selalu diajak main ke rumah makhluk gaib tersebut, namun ia kembali menolak ajakan tersebut.
"Ayo, katanya main ke rumah, nolak saja, saya takut," kata Gibran di Puskesmas Tarogong, kemarin.
Namun di waktu sebelum ia ditemukan tim pencari, ia sempat mengikuti sosok yang mengajaknya.
"Terakhir pas mau pulang, saya mengikutinya. Dia bilang, 'ayo ikut biar cepat bisa pulang'," ucapnya.
Gibran akhirnya mengikuti sosok tersebut kemudian ia terjatuh di satu tebing gunung hingga membuat kedua kakinya luka-luka.
Baca juga: Cerita Mistis Gibran 6 Hari Hilang di Gunung Guntur: Bertemu Orang Berbusana Putih, Suguhkan Makanan
Setelah ia terjatuh, Gibran mendengar teriakan warga yang tidak jauh dari tempatnya yakni di kawasan Curug Cikoneng.
"Pas jatuh saya mendengar ada bapak-bapak teriak nama," ucapnya.
Selama enam hari bertahan hidup sendiri di Gunung Guntur, dia hanya mengonsumsi dedaunan dan minum air putih di sungai.
Ia juga sempat disuguhi makanan oleh makhluk gaib.
Makhluk gaib itu, menurutnya, berbaju serba putih dengan wajah tertutup kain. Mereka menyuguhkan nasi dan ikan.
Namun Gibran tidak memakan apa yang disuguhkan, ia lebih memilih minum air sungai dan makan dedaunan.
"Tiga orang berbaju putih itu mukanya ditutup kain, perempuan," ujarnya saat diwawancarai Tribunjabar.id.
Selama ia hilang enam hari di Gunung Guntur, Gibran juga menceritakan tak pernah merasakan adanya malam hari.
"Enggak ada malam. Siang hari, terang," ujarnya. (Tribun Jabar/Giri)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kuncen Gunung Guntur Ungkap Tiga Hal yang Tak Boleh Dilakukan Selama Mendaki, di Antaranya Bersiul