TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Bupati Mojokerto, dr Ikfina Fahmawati Msi berbagi pengalaman dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19 di wilayahnya. Ikfina pun merasakan suka duka sebagai kepala daerah yang dilantik menjadi Bupati Mojokerto di masa pandemi, pada 26 Februari 2021 lalu.
Dia secara totalitas terjun langsung dalam penanggulangan pandemi. Salah satunya ketika dia memutuskan berkantor di Dinas Kesehatan untuk mengawasi sekaligus memonitoring perkembangan kasus Covid-19. Apalagi, saat terjadi gelombang kedua ledakan kasus Covid-19 di Bumi Majapahit ini.
Ikfina membeberkan kepada Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra yang mewawancarainya di Rumah Dinas Pringgitan, Pemkab Mojokerto, Kamis (28/10). Selengkapnya simak wawancara eksklusif berikut ini:
Bisa diceritakan, apa yang Ibu Ikfina rasakan sepanjang menjadi Bupati Mojokerto di masa pandemi Covid-19?
Rasanya deg-degan, khawatir, karena apa? Karena saya menjadi bupati bersamaan di saat pandemi Covid-19. Kita dilantik pada Februari akhir, kemudian persiapan bulan Ramadan, Lebaran (Mudik).
Saat itu benar-benar monitoring dan evaluasi dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi sangat ketat sehingga kita fokus penanggulangan Covid-19. Setelah Lebaran itulah terjadi ledakan kasus Covid-19 gelombang kedua yang membuat kita selalu khawatir dari waktu ke waktu karena harus mengantisipasi untuk keselamatan masyarakat Kabupaten Mojokerto.
Apakah Ibu Ikfina memprediksi adanya gelombang kedua ledakan kasus Covid-19 bakal terjadi?
Belum, karena pada saat itu kita fokus memantau pemeriksaan tes PCR di rumah sakit maupun Labkesda. Angka Covid-19 pada bulan Mei terpantau bagus namun setelah ada kabar ledakan kasus Covid-19 dan pemerintah pusat mengumumkan kebijakan PPKM Darurat Jawa-Bali.
Kita rapat sampai malam bersama seluruh stakeholder Satgas Covid-19, tokoh agama untuk segera menentukan langkah bagaimana penyampaian informasi sehingga masyarakat menerima pembatasan yang begitu ketat ini.
Melihat situasi sekarang ini kasus Covid-19 melandai, apakah Ibu Ikfina melihat perekonomian di Mojokerto mulai bergerak?
Sangat terlihat, meskipun pembatasan-pembatasan belum dilakukan pelonggaran yang signifikan. Ada pelonggaran namun sifatnya pelan-pelan tetapi kelihatannya masyarakat sudah jenuh dan sangat ingin situasi kembali normal.
Sehingga adanya kabar situasi Covid-19 membaik, masyarakat ini tanpa bisa kendalikan mereka sudah bergerak dan mobilitas meningkat yang terpantau juga oleh pemerintah pusat.
Banyak lokasi pariwisata di Kabupaten Mojokerto saat ini sudah dibuka atau belum?
Belum. Jadi kita masih dalam status PPKM level 3 sehingga belum diizinkan membuka tempat pariwisata. Tetapi, pemerintah dalam peraturan Imendagri memberikan kelonggaran terkait tempat makan. Jadi memang pariwisata ditutup namun tempat makan boleh dan inilah yang dimanfaatkan masyarakat.
Seberapa pengaruh tempat pariwisata yang belum dibuka terhadap pendapatan asli daerah (PAD)?
Penutupan tempat pariwisata berpengaruh terhadap PAD dari retribusi wisata dan hiburan. Namun, persentase PAD Kabupaten Mojokerto tidak hanya dari pariwisata tetapi juga dari pajak dan lainnya.
Apakah ada keluarga dekat maupun rekan yang terpapar Covid-19 hingga kondisinya fatal?
Kalau saudara Alhamdulillah tidak ada sampai fatal. Namun saya sendiri sudah merasakan terpapar Covid-19, cuma saya masih varian alpha sebelum varian delta.
Saya mengalami gejala klinis cuma gejalanya tidak dalam sisi pernafasan melainkan demam tinggi dan lemas. Perawatannya, karena saya orang medis jadi saya melakukan terapi sendiri sehingga isolasi mandiri di rumah selama tiga minggu dinyatakan negatif. Kemudian mengonsumsi obat dan vitamin serta istirahat yang cukup selama satu bulan.
Adakah hikmah yang diperoleh sesudah terpapar Covid-19?
Ketika Pandemi melanda dan menimbulkan ketakutan sehingga pada saat saya terpapar, rasanya saya harus siap jika terjadi sesuatu. Kita butuh Support dari orang-orang terdekat apalagi saat isoman yang tidak bisa dekat dengan anak-anak meskipun isoman di rumah.
Dari pengalaman itulah, saat terjadi gelombang kedua ledakan kasus Covid-19 saya mendatangi tempat isoman menjenguk orang-orang yang bergejala maupun ringan untuk memberikan Support.
Apa yang dilakukan Pemkab Mojokerto sehingga dapat mencapai tingkat kematian terendah dan tingkat kesembuhan tertinggi?
Tentunya, berbagai hal yang kita lakukan dalam upaya penanggulangan Covid-19 bagaimana masyarakat yang terpapar agar lekas sembuh. Jadi, masyarakat yang terpapar Covid-19 dibagi menjadi dua yakni bergejala dan tanpa gejala.
Jumlahnya lebih banyak tanpa gejala dibandingkan dengan yang memiliki gejala klinis. Sehingga, masyarakat yang terpapar tanpa gejala ini kita berikan support penuh bagaimana dia bisa memandang positif terhadap penyakitnya serta bisa mengupayakan sendiri kekebalan tubuhnya. Seperti berjemur dan mengonsumsi prebiotik dan vitamin.
Sedangkan, terkait tingkat kematian data itu tercatat sesuai faskes, di luar faskes yang tidak terdeteksi. Hanya saja memang kenyataan begitu. Jadi mereka yang kondisinya sudah membaik segera dipindahkan ke ruangan lain tidak bercampur dengan mereka yang keadaannya berat. Lantaran itu sangat membantu dalam penyembuhan. Faskes puskesmas untuk pasien Covid-19 tanpa gejala dan faskes rumah sakit untuk pasien Covid-19 yang bergejala klinis.
Kami mempunyai cara sendiri dalam penanganan pasien tanpa gejala di puskesmas. Misalnya nakes tidak selalu memakai hazmat yang itu dapat secara psikologis dapat membantu penyembuhan. Ada senam pagi dan sore di mana mereka saling menguatkan agar lekas sembuh. Sehingga tahap itulah yang kita pertahankan yang ternyata penyembuhan di puskesmas itu jauh lebih cepat.
Bagaimana capaian vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Mojokerto?
Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Mojokerto jika dibandingkan di wilayah aglomerasi kita tidak termasuk yang cepat. Namun, kita untuk saat ini sudah memenuhi target di mana sudah 73 persen dosis pertama secara keseluruhan. Sedangkan, capaian dosis kedua sekitar 40 persen.
Kendala utama dalam vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Mojokerto?
Kendala utama bagi kami di awal adalah ketersediaan vaksin. Kemudian setelah dievaluasi pemerintah pusat kami diberikan jumlah vaksin yang lebih banyak sehingga segera dilakukan vaksinasi. Bahkan sehari mencapai 25 ribu orang. Kendala lain, dari penderita komorbid hingga sebagian masyarakat yang belum yakin divaksin.
Adakah pengalaman unik saat penanggulangan pandemi Covid-19 di Kabupaten Mojokerto?
Saat itu program vaksinasi di sekitar kawasan tempat wisata. Ada bapak-bapak takut suntik. Saya juga bingung. Akhirnya oleh vaksinator ditutup pakai jaket. Ada juga bapak-bapak masih muda pingsan sebelum disuntik vaksin. Ternyata ada yang sangat phobia dengan jarum suntik, namun mereka bukan takut divaksin.
Apa kendala Kabupaten Mojokerto menurunkan PPKM level?
Kendala menurunkan dari PPKM level 3 ke level 2 salah satunya adalah vaksinasi lansia yang harus tercapai 40 persen. Sedangkan level 2 ke level 1 harus terpenuhi 60 persen. Permasalahannya, kita sudah menyisir namun kebanyakan lansia bukan menolak divaksin namun mereka memiliki riwayat komorbid. (m romadoni)