News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Setelah Temuan 2 Pocong Mini di Situs Watugenuk Boyolali, Kini Ada Arca Lembu Andini

Penulis: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Arca Lembu Andini di Situs Watugenuk, Desa Kragilan, Kec Mojosongo, Boyolali.

TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI - Situs Watugenuk di Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali ternyata memiliki beragam cerita.

Setelah heboh temuan dua pocong mini.

Kini ada cerita aneh yang berkembang di tengah warga, soal patung Lembu Andini, berikut kisahnya.

Patung Lembu Andini Pernah Dipindahkan, Puluhan Sapi Warga Mati

Narto Widodo warga sekitar yang turut menjadi pekerja penggalian situs itu mengisahkan jika dulu sekitar tahun 70 atau 80-an, pernah patung Lembu Andini ini dipindahkan dari tempatnya.

Arca Lembu Andini ini dibawa warga Dukuh Krajan, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo untuk di tempatkan di gapura masuk dukuh.

Namun, upaya memidahkan patung batu ini bukanlah perkara yang mudah.

Meski ada belasan orang yang mencoba mengangkat patung lembu ini, patung tersebut sangat sulit untuk diangkat.

Sampai-sampai, warga juga mencambuk arca Lembu Andini (Sapi) dengan harapan patung bisa dengan mudah dibawa.

“Akhirnya patung lembu andini ini dipindahkan ke tempat yang dituju,” katanya.

Arca Lembu Andini di Situs Watugenuk, Desa Kragilan, Kec Mojosongo, Boyolali.

Namun, petaka menghampiri warga yang memindahkan Lembu Andini ke dukuhnya itu.

Tak berselang lama, sapi-sapi peliharaan warga mati tanpa sebab.

Tanpa ada gejala sebelumnya, dalam kurun waktu yang tak begitu lama setelah pemindahan itu, ada lebih dari 25 ekor sapi milik warga yang mendadak mati.

“Kalau tidak salah ada 28 ekor. Kayaknya dalam waktu semalam (mati) kalau tidak salah,” tambahnya.

“Nah setelah kejadian itu, arca ini dikembalikan lagi kesini,” ujarnya.

Saat dikembalikan itu, arca sangat mudah diangkat.

Hanya 4 orang saja, arca lembu andini ini bisa dengan cepat kembali lagi ke lokasi ini.

“Jadi pas diangkat itu mudah banget,” ujarnya.

Baca juga: Ada Noda Hitam di Gerbang Rumah Orang Tua Veronica Koman, Bunyi Ledakan Terdengar hingga 300 Meter

Rusmanto warga lain, menambahkan pernah arca ini di pindah ke museum Purbakala Boyolali.

Namun, tidak lama kemudian arca ini dikembalikan lagi.

“Katanya, arca ini nakal,” kelakarnya.

Temuan 2 Pocong Mini saat Penggalian di Situs Watugenuk Boyolali, Diduga Perantara Santet

Penggalian di Situs Watugenuk, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali dilakukan sejak beberapa hari lalu.

Hingga ada temuan di luar dugaan, saat proses penggalian ini, pekerja penggali tanah menemukan benda.

Pekerja menemukan kain mori putih yang dibentuk menyerupai pocong manusia berukuran kecil.

Hanya saja, terdapat tiga tali pocong, yakni bagian atas kepala, perut serta bagian bawah.

Pocong Mini Berisi Gumpalan Tanah, Diduga Perantara Santet

Didalam pocong mini itu, ada gumpalan tanah, benang warna merah putih serta paku.

Keduanya ditemukan di dua lokasi blok penggalian yang berbeda.

Satu ditemukan di blok utara dan satunya lagi di blok tengah.

Kedua pocong yang diduga sebagai perantara santet itu ditemukan di kedalaman sekitar 40 sentimeter dari permukaan tanah.

Saat ditemukan, kedua 'pocong mini' itu terlihat belum terlalu lama dikubur.

Hal itu terlihat dari masih utuhnya kain mori yang telah dikubur di lokasi Situs Watugenuk ini.

Pocong Mini di Situs Watugenuk, Desa Kragilan, Kec Mojosongo, Boyolali. (TribunSolo.com/Tri Widodo)

Keterangan Saksi Mata

Narto Miharjo Widodo pekerja penggali yang menemukan pocong mini itu menjelaskan kronologinya.

Dia mengaku saat menggali di kedalaman 40 sentimeter menemukan benda putih.

Karena proses penggalian dilakukan secara perlahan, kedua pocong mini itu tak ikut terkena alat penggali.

"Yang satu di sini, yang satu disana," ucap laki-laki berusia 65 tahun itu sambil menunjukkan lokasi temuan benda seperti pocong itu.

Dia mengaku baru kali ini menemukan benda aneh tersebut.

Meski begitu dia tak takut atau gemetar saat menemukan kain mori ini.

"Kerjaan saya menggali kubur. Ketemu tengkorak manusia sudah biasa," ujarnya.

Baca juga: Akun Twitter Polresta Bogor Kota Sukai Unggahan Porno, Twitter Satlantas Polresta Banyumas Diretas

Temuan ini sempat menjadi perbincangan lucu saat proses penggalian situs ini.

Dari beberapa perbincangan yang TribunSolo.com dengar ada yang menduga jika benda menyerupai pocong itu digunakan untuk menyantet orang.

"Kayaknya ini untuk memisahkan orang. Karena dikubur di lokasi berbeda," tutur warga yang enggan disebutkan namanya.

Gundukan tanah di wilayah Dukuh Watugenuk Diyakini Masyarakat Merupakan Bangunan Candi

Gundukan tanah di wilayah Dukuh Watugenuk, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo diyakini masyarakat sekitar merupakan bangunan candi.

Apalagi, sejak tahun 2016 lalu telah ditemukan struktur batu yang diduga merupakan bangunan candi.

Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng kembali melakukan penggalian situs Watugenuk, untuk menguak candi kuno tersebut.

Pamong Budaya Ahli Muda BPCB Jateng Winarto mengatakan penggalian ini dilakukan untuk meneliti dugaan situs Watugenuk ini.

Penggalian kali ini merupakan kelanjutan kegiatan serupa pada tahap pertama tahun 2016 lalu.

“Penggalian kali ini berhasil menemukan struktur batu lain. Digali dengan kedalaman sekitar 1,5 meter, ditemukan adanya struktur batu candi,” ujar Winarto.

Suasana penggalian Situs Watugenuk Boyolali di Dukuh Watugenuk, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo. (TribunSolo.com/Tri Widodo)

Dia mengatakan, saat penggalian 2016 lalu, pihaknya berhasil menemukan candi induk dan susunan struktur batu candi lainnya. Namun belum diketahui apakah struktur itu berupa perwara atau struktur pagar.

“Ini memang sampel, jadi penggalian dengan beberapa blok. Dari temuan ini akan dijadikan bahan untuk kajian," ujarnya.

Hanya saja, berdasarkan temuan ini, situs Watugenuk ini diprediksi merupakan sebuah tempat ibadah masyarakat hindu pada abad 9 lalu.

“Ada candi disini, juga pagar di sisi barat atau talut sekiling. Talut memang sudah kelihatan. Dulu ini merupakan tempat pemujaan, terlihat tanahnya lebih tinggi. Candi ini peninggalan abad 9 atau 10,” ujarnya.

Dia menambahkan masih akan terus melakukan penggalian hingga dua hari kedepannya.

Hal itu dilakukan agar mendapatkan data yang lebih banyak mengenai situs Watugenuk ini.

Sehingga dapat memutuskan apakah situs ini memenuhi syarat untuk dipugar atau tidak.

“Kami belum tahu karena struktur terpendam tanah," ujarnya. (tribun network/thf/TribunSolo.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini