TRIBUNNEWS.COM - Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021).
Material vulkanik dilaporkan mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.
Data terakhir yang disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), erupsi Gunung Semeru menyebabkan 13 orang meninggal dunia.
Selain 14 warga meninggal dunia, dilaporkan juga sebanyak 41 orang mengalami luka-luka terutama luka bakar.
Jumlah pengungsi mencapai 902 orang, dengan rincian 305 orang mengungsi di beberapa fasilitas pendidikan dan balai desa di Kecamatan Pronojiwo.
Baca juga: Kementerian ESDM Imbau Masyarakat Untuk Tak Beraktivitas di Radius 1 Kilometer dari Kawah Semeru
Baca juga: Warga Terdampak Erupsi Gunung Semeru Menerima Bantuan Toilet Portable
Lalu, sebanyak 409 orang di lima titik balai desa di Kecamatan Candipuro.
Sementara, 188 orang mengungsi di empat titik yang terdiri dari rumah ibadah dan balai desa di Kecamatan Pasirian.
Karakter Letusan Gunung Semeru
Gunung Semeru yang merupakan gunung Api bertipe strato ini memiliki sejarah panjang terkait dengan letusannya.
Mengutip data laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejarah letusan gunung tertinggi di Pulau Jawa ini tercatat dimulai sejak 1818.
Aktivitas Gunung Semeru tedapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru.
Letusan Gunung Semeru umumnya letusan abu bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam.
Letusan tipe vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya.
Selanjutnya, terjadi letusan bertipe strombolian yang biasanya diikuti pembentukan kubah dan lidah lava baru.