Sementara empat mobil milik Polres Maluku Tengah juga rusak.
Bentrok berawal ketika tim dari Polres Maluku Tengah yang dipimpin langsung Kapolres AKBP Rosita Umasugi berniat menangkap 11 terduga pelaku pembakaran kantor desa.
Kabid Humas Polda Maluku menyebut, polisi terpaksa mengambil tindakan tegas dengan menangkap para terduga pelaku karena upaya persuasif yang ditempuh mengalami jalan buntu.
"Polisi sudah lakukan pendekatan persuasif, pendekatan ke masyarakat dan keluarga. Namun karena tidak diserahkan sehingga (pelaku) diambil pagi tadi, tapi setelah tim masuk terjadi pengadangan oleh masyarakat," kata Kabid Humas Polda Maluku Tengah Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat, Selasa.
Polisi terpaksa menembakkan gas air mata ke arah warga.
Namun warga terus berupaya melawan hingga akhirnya polisi menembakkan peluru karet untuk membubarkan warga.
Akibatnya, sejumlah warga pun terluka.
"Saya tidak tahu persis berapa orang, tapi tadi ada tokoh masyarakat Tamilow yang melapor ke Wakapolda ada 15 orang," ucapnya.
Sementara tiga warga yang terluka dievakuasi ke RSUD Masohi melalui jalur laut untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Roem menyebut polisi sudah berhasil menangkap 5 dari 11 terduga pelaku perusakan tanaman dan pembakaran kantor desa tersebut.
Baca juga: Mahasiswa Papua dan Organisasi Patriot Bentrok di Denpasar: Terpancing Karena Orasi
Dibantah Warga
Sementara, masyarakat Tamilouw membantah kronologis bentrok polisi dan warga yang dikemukakan Roem.
Sesepuh tokoh negeri Tamilouw, Habiba Pellu mengatakan, masyarakat setempat dihadapkan dengan mobil 6 truk, mobil water cannon, dan ditambah dengan sejumlah personil kepolisian dengan bersenjata lengkap.
Hal itu membuat masyarakat setempat menjadi panik.