TRIBUNNEWS.COM - Istri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Atalia Praratya Kamil akhirnya angkat bicara soal tudingan yang menyebut dia menutupi kasus guru pesantren Herry Wirawan (HW) merudapaksa 12 santri di Kota Bandung.
Menurutnya, kasus rudapaksa 12 santri bukan ditutupi, namun hanya tidak terekspos.
Atalia menjelaskan pihaknya telah turun tangan sejak kasus ini terungkap di bulan Mei.
Baca juga: Reaksi Warga Binaan di Rutan setelah Tahu Herry Wirawan Pelaku Rudapaksa 12 Santriwati
Dikatakannya, yang menjadi fokus penting saat ini adalah bagaimana melindungi dan memenuhi hak santri yang menjadi korban.
"Tidak mengekspos bukan berarti menutupi. Jadi saya akan bekerja sesuai porsi. Ada kelola dari Kapolda, UPT PPPA di situ, ada LPSK, ada para psikolog, ada P2TP2A."
"Tugas saya adalah untuk memastikan bahwa anak anak ini terlindungi, termasuk mereka bisa mendapatkan pemenuhan hak yang saat itu mereka sangat minim sekali," jelas Atalia dikutip dari tayangan YouTube TV One, Selasa (14/12/2021).
Saat kasus terungkap di bulan Mei, ditemukan ada 20 santri di dalam pesantren yang kemudian diamankan.
Baca juga: Doktrin Herry Wirawan pada Santriwati Korban Rudapaksa, Lebih Takut Guru Dibanding Orang Tua
Kemudian 13 santri di antaranya merupakan korban rudapaksa HW.
"Pada saat ditemukan, memang ada 5 yang sudah punya anak. Ada 4 juga yang hamil."
"Dari total keseluruhan, ada 8 santriwati yang hamil kalau sekarang sudah melahirkan semua. Satu orang sudah melahirkan dua kali," tutur Atalia.
Dia pun menampik tudingan soal pihaknya tidak melakukan penanganan apa-apa pada kasus ini.
Sejak kasus ini laporkan, Atalia dan tim Forum Anak Daerah (FAD) Jawa Barat sudah turun tangan.
Baca juga: Kondisi Terkini Guru Rudapaksa 12 Santri di Rutan, Herry Wirawan Disebut Telah Mengakui Perbuatannya
Pihaknya juga melakukan pendampingan dan mengurus segala hal yang menjadi hak para korban.
Salah satunya, mengurus ijazah pendidikan para santri.
"Pada tanggal 7 Juni, orang tua mereka dipanggil. Kemudian, sebagian membawa kembali anaknya. Sebagian lagi dibawa ke rumah aman P2TP2A Garut."
"Di sana dilakukan berbagi hal pendampingan ,pemeriksaan, trauma healing, pengurusan ijazah ke Kemenag, kemudian ada juga pendampingan asesmen," jelas Atalia.
Athalia justru khawatir pada efek yang akan diterima korban ketika kasus ini terlalu diekspos.
Baca juga: Herry Wirawan Punya Basecamp untuk Tampung Santri Korban Rudapaksa yang Sudah Melahirkan
Ia mengatakan, apa yang menjadi kekhawatirannya kini menjadi kenyataan.
Kini, ada beberapa korban ingin berhenti sekolah lantaran tidak nyaman kasusnya diketahui banyak orang.
Padahal sebelumnya korban sudah mulai mencoba menerima keadaanya.
"Ini semua orang sudah tahu. kades tahu. Teman-temannya sekolahnya tahu. Ini tidak nyaman bagi mereka."
"Bahkan saya menerima surat dari orang tua, yang memohon untuk tidak diganggu," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Shella Latifa)