Warga mengungsi ke lereng perbukitan. Termasuk warga di Adonara Barat, Pulau Adonara.
Kepanikan masyarakat ini juga dikarenakan punya pengalaman traumatis saat terjadi gempa dan tsunami Flores pada 12 Desember 1992.
Baca juga: Cerita Kepanikan Warga Saat Gempa M 7,4 Guncang NTT, Rambut Pelanggan Olga Salon Putus
Selain itu, masyarakat juga termakan informasi tidak benar yang menyebar di media sosial.
Namun setelah BMKG kembali merilis perkembangan informasi kegempaan pada pukul 11.45 Wita, bahwa tidak berpotensi tsunami sehingga kepanikan masyarakat mulai berkurang.
"Jika masi ada panik, balita, lansia, ibu hamil dan difabel mengungsi beberapa waktu ke kampung-kampung di perbukitan," imbuhnya.
Wabup Agus Boli mengatakan, pemerintah bekerja sama dengan TNI/Polri serta NGO dan berbagai pihak senantiasa memberi informasi terbaru, mengedukasi masyarakat.
"Kita bentuk pos ronda, memantau kondisi laut dan tanda-tanda alam lainnya, kemudian menginformasikan kepada masyarakat," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Kesaksian Warga Flores Timur Saat Terjadi Gempa, Laut Berbuih Putih dan Batu-batu Berguguran