Tak hanya itu, menurut Teddy, Herry juga mengalami gangguan penilaian sehingga tidak bisa membedakan mana yang salah dan benar.
"Semua aturan, disiplin dan norma yang berlaku dilanggar untuk memuaskan dorongan id atau nafsunya."
"Super ego atau hati nuraninya dikuasai oleh id atau nafsunya."
"Pada pelaku ditemukan superego lacunae yang karakteristik untuk psikopat," bebernya.
Diketahui, Herry merudapaksa belasan santriwatinya yang ada di pondok pesantren di Cibiru, Kota Bandung, sejak 2016.
Selama itu, ia memperdaya santriwatinya agar menurut padanya.
Baca juga: Jokowi Beri Perhatian Serius Kasus Rudapaksa 12 Santri di Bandung, Sebut Kejahatan Luar Biasa
Baca juga: Perintah Jokowi agar Herry Wirawan Ditindak Tegas, Sebut Kasus Rudapaksa Santri Kejahatan Luar Biasa
Herry Wirawan Tak Hanya Rudapaksa Santrinya
Herry Wirawan ternyata tak hanya merudapaksa puluhan santriwatinya.
Ia juga mengeksploitasi para korban demi keuntungannya.
Diketahui, Herry merupakan pengurus Pondok Pesantren Madani Boarding School di Cibiru.
Menurut Sekretaris RT setempat, Agus Tatang, para santriwati dipekerjakan sebagai kuli bangunan selama proses pembangunan pesantren tersebut.
"Kalau ada proses pembangunan di sana, santriwati yang disuruh kerja, ada yang ngecat, ada yang nembok, yang harusnya mah laden-nya (buruh kasar) dikerjain sama laki-laki."
"Tapi, di sana mah perempuan semua, enggak ada laki-lakinya," ungkap Agus saat ditemui TribunJabar, Jumat (10/12/2021).
Fakta serupa juga disampaikan Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Livia Istania DF Iskandar.