News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Senyum KBA Kemuning, Oase di Tengah Belantara

Penulis: Sri Juliati
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Telaga Kemuning yang berada di KBA Kemuning, Kelurahan Bunder, Kapanewon Patuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sempat dicap terpelosok dan terisolir, kini Dusun Kemuning menjadi dusun unggulan setelah menjadi Kampung Berseri Astra (KBA).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sri Juliati

TRIBUNNEWS.COM - Gapura besi yang menjulang tinggi tampak berdiri kokoh di sebuah perkampungan, di tengah belantara.

Gapura dengan dominasi warna biru bertuliskan Kampung Berseri Astra itu menjadi pembeda di antara rimbunnya pepohonan.

Dengan tinggi lebih dari dua meter, gapura tersebut menjadi pintu masuk sebuah dusun bernama Kemuning.

Saat memasuki desa tersebut, berjejer bangunan rumah beratap genteng dengan halaman yang cukup luas.

Kesan perkampungan tradisional begitu kental terasa. Meski demikian, lingkungan perkampungan ini tertata rapi dan bersih, minim sampah.

Sekitar 400 meter dari gapura, melewati jalan cor beton pada sisi kanan-kirinya, bersemayamlah sebuah telaga seluas 1 hektare.

Dikelilingi pepohonan, suasana hening nan asri pun akan langsung menyapa bagi siapa saja yang datang ke telaga tersebut.

Sementara itu, di tepi telaga, tampak sejumlah orang beraktivitas memasang lampu tenaga surya.

Di antara mereka, ada seorang ayah dan anak yang tengah bercakap-cakap.

Raut bahagia dan senyum seakan tak henti ditebar keduanya.

Siapa sangka, di balik senyum sumringah tersebut, ada usaha dan kerja keras yang telah mereka lakukan bersama sejumlah warga lain.

Mereka adalah Suhardi (47) dan Galuh Rakasiwi (21), dua sosok yang menjadi tokoh penggerak Dusun Kemuning.

Tak ada yang menyangka pula, Galuh sebenarnya pernah merasa malu untuk mengaku sebagai warga Dusun Kemuning.

"Saat duduk di bangku sekolah, saya sempat malu. Namun, kini saya bangga menyebut bahwa saya lahir di Dusun Kemuning, desa di tengah-tengah hutan," ujarnya saat ditemui Tribunnews.com, Minggu (12/12/2021).

Gapura bertuliskan Kampung Berseri Astra (KBA) yang menjadi pintu masuk Dusun Kemuning, Kelurahan Bunder, Kapanewon Patuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). (ISTIMEWA/KBA KEMUNING)

Kalimat yang diucapkan mahasiswa semester 5 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tersebut bukanlah tanpa alasan.

Stereotip 'desa terpelosok dan terisolir' melekat kuat pada Dusun Kemuning. Hal itu ternyata berlangsung cukup lama.

Apalagi akses menuju Dusun Kemuning cukup sulit, jauh dari jalan raya dan berada di ketinggian sekitar 1000 mdpl.

Dusun ini pun dikelilingi tiga kawasan hutan, yaitu hutan Wanagama, hutan kayu putih, dan Taman Hutan Raya (Tahura).

Alhasil banyak yang menilai, Dusun Kemuning yang masuk wilayah administrasi Kelurahan Bunder, Kapanewon Patuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tak akan bisa berkembang.

Kondisi ini semakin diperparah dengan tidak adanya inovasi baru yang diciptakan.

"Stigma tersebut mau tau mau melekat di benak para warga. Imbasnya, para pemuda lebih memilih meninggalkan desa," ujar mahasiswa jurusan Teknologi Pangan tersebut.

Tak ingin terus dipandang sebelah mata, sejumlah tokoh masyarakat di Dusun Kemuning mulai mengembangkan potensi yang ada di desa.

Satu di antaranya adalah Telaga Kemuning yang menjadi 'harta karun' Dusun Kemuning.

Telaga yang sebelumnya hanya dimanfaatkan warga untuk memandikan sapi tersebut 'disulap' sebagai tempat wisata.

Gayung pun bersambut. Usaha untuk mengembangkan potensi yang ada di desa 'dilirik' oleh PT Astra International Tbk.

Astra, kata Galuh, melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dari Dusun Kemuning yang sayangnya belum digarap secara optimal.

Puncaknya pada 2016, Astra memilih Dusun Kemuning menjadi satu di antara Kampung Berseri Astra (KBA) setelah melalui beberapa proses.

Sejak saat itu, banyak pembangunan dan inovasi baru yang muncul demi pengembangan serta kemajuan Dusun Kemuning.

4 Pilar CSR Astra

Telaga Kemuning di Dusun Kemuning, Kelurahan Bunder, Kapanewon Patuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (TRIBUNNEWS.COM/SRI JULIATI)

Adapun implementasi dari pengembangan Dusun Kemuning sejalan dengan empat pilar utama yang diusung CSR Astra, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, dan Kewirausahaan.

Di bidang Kesehatan, KBA Kemuning mendapatkan bantuan pembinaan kesehatan dari Astra untuk kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu) dan ditunjang dengan bantuan alat kesehatan.

Astra memfasilitasi dengan menghadirkan sejumlah dokter muda dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII).

Setiap bulan, mereka didatangkan untuk membantu mengontrol kesehatan warga Dusun Kemuning, terutama untuk balita dan lansia.

"Astra juga melakukan pembinaan kader posyandu melalui pelatihan kader Avicenna sehingga mereka bisa menjadi kader kesehatan yang mandiri," ujar bungsu dari dua bersaudara tersebut.

Kabar gembiranya, berkat kegiatan rutin setiap bulan tersebut, Dusun Kemuning dinobatkan sebagai desa bebas stunting.

Selain kegiatan posyandu, di Dusun Kemuning juga memiliki kegiatan pos binaan terpadu (posbindu) dengan sasaran warga berusia 15-50 tahun.

Kegiatan posbindu digelar pada tiga bulan sekali.

"Kami juga memiliki kegiatan posyandu hewan. Jadi hewan ternak di sini diperiksa tiga bulan sekali," ucap Galuh.

Sementara di bidang Lingkungan, Dusun Kemuning memiliki konsep 'Sampahku, Amalku' yang diwujudkan dalam program Bank Sampah Maju Sejahtera.

Dalam kegiatan ini, warga diminta untuk mengumpulkan sampah non-organik berupa plastik, botol minuman, sedotan, tas plastik, dan lainnya.

Setelah dikumpulkan di bank sampah, sampah tersebut 'dikreasikan' menjadi sejumlah barang kerajinan yang kemudian dijual.

Hasil dari penjualannya dikembalikan ke desa dan dijadikan sebagai dana untuk kegiatan posyandu dalam wujud Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak dan lansia.

"Jadi istilahnya, dari masyarakat kembali ke masyarakat," kata Galuh.

Terkait kegiatan bank sampah, ayahanda Galuh sekaligus Kepala Dusun Kemuning, Suhardi memiliki cerita tersendiri.

Semula, tak semua warga mendukung gagasan tersebut. Hanya segelintir saja yang mau.

"Setelah sering diadakan sosialisasi dari puskesmas dan masyarakat melihat sendiri manfaat dengan adanya bank sampah, maka banyak yang tergerak," ujar Suhardi.

Hasil kreasi sampah non-organik dari Bank Sampah Maju Sejahtera KBA Kemuning, Gunung Kidul. (TRIBUNNEWS.COM/SRI JULIATI)

Hingga akhirnya, mereka pun mendukung penuh kegiatan bank sampah.

Mereka pun lebih peka dan aktif memperhatikan kondisi lingkungan.

Tak jarang, warga merasa risih apabila melihat sampah tergeletak di jalanan.

Mereka akan memungut lantas mengumpulkannya ke bank sampah.

"Yang dulu cuek dengan sampah, sekarang begitu lihat sampah di jalanan, langsung diambil," ujar Suhardi.

Untuk pilar Pendidikan, para pelajar Dusun Kemuning menerima beasiswa dari Astra dengan besaran yang berbeda-beda pada setiap jenjangnya.

Untuk siswa SD menerima beasiswa sebesar Rp 450 ribu, siswa SMP Rp 650 ribu, dan siswa SMA sebesar Rp 850 ribu.

Sementara bagi mahasiswa, nominal beasiswa yang didapat mencapai Rp 1,2 juta.

Kini, ada 38 pelajar Dusun Kemuning yang mendapat beasiswa.

"Kalau dulu, seleksi penerima beasiswa melalui nilai rapor, sekarang semua siswa di kampung ini mendapat bantuan," kata Suhardi.

Galuh ikut menambahkan, kegiatan lain di pilar Pendidikan adalah adanya taman baca serta peningkatan budaya pada anak sejak dini.

Anak-anak di Dusun Kemuning, lanjut Galuh, diajarkan untuk mengenal dan memainkan gamelan. Mereka juga diajari menari.

"Yang mengajar juga dari masyarakat. Harapannya dengan kegiatan ini, agar anak-anak bisa lebih mengenal budaya sendiri, di samping juga melatih keberanian pada mereka," kata Galuh.

Hasilnya, anak-anak Dusun Kemuning kerap diminta tampil di hadapan para wisatawan yang datang ke kampung mereka.

Terakhir, di bidang Kewirausahaan, Astra membantu pengembangan Dusun Kemuning menjadi kampung produktif.

Salah satunya mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berupa produk kuliner yang terbuat dari hasil bumi setempat.

Galuh mengatakan, Dusun Kemuning memiliki hasil bumi yang cukup melimpah, mulai dari singkong hingga kayu secang.

"Sebelum ada pendampingan dari Astra, singkong hanya dijual begitu saja dengan harga yang sangat murah. Kalaupun diolah, hasil olahannya pun masih sederhana," ucap Galuh.

Inovasi pun bermunculan demi menjadikan produk UMKM khas Dusun Kemuning naik kelas.

Oleh ibu-ibu PKK, singkong diolah menjadi keripik dengan berbagai rasa yang dinamai Balung Kethek dan Lempeng Telo.

Sementara kayu secang dicampur dengan sejumlah rempah lain seperti cengkeh, serai, hingga kapulaga menjadi produk minuman Secang Kemuning.

Secang Kemuning diklaim memiliki rasa yang berbeda dibanding minuman wedang secang kebanyakan.

Uniknya, pengemasan minuman Secang Kemuning tidak menggunakan plastik, melainkan dikemas seperti teh celup.

Sehingga, siapapun yang ingin menikmati Secang Kemuning, hanya perlu menyeduhnya selayaknya minum teh.

Kemasan produk Secang Kemuning yang dibungkus seperti teh celup. Secang Kemuning adalah produk UMKM dari KBA Kemuning, Gunung Kidul. (ISTIMEWA/KBA KEMUNING)

Yang lebih istimewa, sejumlah produk pangan dari Dusun Kemuning telah mendapatkan Sertifikat Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) dan kini tengah berusaha mendapatkan label halal.

Galuh menjelaskan, produk UMKM Dusun Kemuning juga telah menjadi oleh-oleh khas dan banyak dititipkan ke sejumlah pusat oleh-oleh.

Bahkan kini pemasarannya telah merambah ke tingkat nasional melalui penjualan via marketplace.

Selain menjual produk UMKM, program kewirausahaan di Dusun Kemuning juga menitik beratkan pada pengembangan obyek wisata yang tak lain Telaga Kemuning.

Adapun inovasi yang muncul adalah mengembangkan sejumlah paket wisata, misalnya paket wisata sejarah Kemuning, wisata outbond, wisata edukasi, wisata kuliner, serta wisata olahraga.

Dalam pengembangannya, sambung Galuh, pihaknya ikut serta melibatkan masyarakat. Tujuannya agar bisa mengintegrasikan serta berkolaborasi bersama warga.

"Misalnya meminta mereka untuk menjadi pemandu dalam paket wisata edukasi seperti memandikan sapi atau aktivitas masyarakat lainnya," ujar Galuh.

Oase Gunung Sewu Kemuning

Lempeng Telo dan Secang Kemuning, dua produk andalan UMKM KBA Kemuning. Produk kuliner ini menggunakan bahan baku yang merupakan hasil bumi desa setempat. (TRIBUNNEWS.COM/SRI JULIATI)

Sebagai bagian dari usaha promosi sekaligus agar semakin dikenal, Dusun Kemuning memiliki brand tersendiri yaitu 'Oase Gunung Sewu Kemuning.'

Galuh berkisah, pemilihan brand 'Oase Gunung Sewu Kemuning' bukan tanpa alasan.

Selama ini, Gunung Kidul dikenal sebagai wilayah yang kering dan tandus.

Namun siapa sangka, di tengah tandusnya Gunung Kidul terdapat sebuah telaga yang airnya tak pernah kering bahkan saat musim kemarau sekali pun.

Ya, telaga itu adalah Telaga Kemuning. "Sehingga Telaga Kemuning diibaratkan seperti oase yang berada di tengah kawasan yang tandus dan kering," ujar Galuh.

Sementara Gunung Sewu merujuk pada julukan Kabupaten Gunung Kidul lantaran daerahnya terbentuk dari bebatuan purba.

Selain itu, agar lebih membangun brand 'Oase Gunung Sewu Kemuning', tagline Produk Lokal Itu Keren selalu disematkan.

Setidaknya melalui sejumlah produk lokal hasil UMKM Dusun Kemuning.

Prestasi KBA Dusun Kemuning

Berkat sejumlah inovasi serta gebrakan yang dijalankan, dusun berpenduduk 358 jiwa itu kini telah meraih sejumlah prestasi, mulai dari tingkat daerah hingga nasional.

Di antaranya juara lomba Kelurahan Sehat tingkat Kabupaten Gunung Kidul, juara 1 lomba Pokdarwis tingkat Kabupaten Gunung Kidul, juara 2 lomba Posyandu tingkat nasional, hingga juara KBA Innovation 2020.

Terkait KBA Innovation, Galuh berkisah, butuh tiga kali percobaan mengikuti lomba sebelum akhirnya Dusun Kemuning keluar sebagai pemenang.

"Pada 2018, kami ikut dan masuk 10 besar, tahun 2019 ikut lagi. Pada 2020, kami kembali ikut dan barulah bisa menang," ujar Galuh.

Tak hanya menuai sejumlah prestasi, beragam manfaat juga dipetik baik oleh Dusun Kemuning maupun warganya melalui pengembangan 4 pilar tersebut.

Menurut Suhardi, ada banyak perubahan yang sangat terasa di dusun yang dipimpinnya sejak 2010.

"Dari segi sumber daya masyarakat sudah sangat jauh berbeda dibanding dulu, begitu juga dari segi ekonomi," kata Suhardi.

Senada dengan Suhardi, Galuh menambahkan, pembangunan di Dusun Kemuning kian tertata setelah dinobatkan menjadi KBA.

Pasalnya, Astra tak hanya memberikan pendampingan secara materi dan SDM, melainkan ikut terlibat dalam pembangunan fisik berupa infrastruktur, bangunan, hingga fasilitas umum.

"Misalnya pembangungan pendopo Astra di Telaga Kemuning serta revitalisasi bangunan untuk PAUD," kata Galuh.

Manfaat lain yang didapat, lanjut Galuh, terkait nilai pandang terhadap Dusun Kemuning.

Dusun yang sempat dicap sebagai dusun terpelosok dan tak bisa berkembang, kini telah berubah menjadi dusun yang maju.

Tak jarang Dusun Kemuning menjadi unggulan dan kerap mewakili Kecamatan Patuk dalam berbagai event.

"Dari yang dulunya desa yang hanya bisa berharap dana bantuan, sekarang sudah enggak, malah kini menjadi desa yang mandiri."

"Bahkan saat diminta mewakili kecamatan, banyak yang bilang, 'kok Kemuning lagi yang jadi unggulan,'" terang Galuh.

Beragam dampak baik setelah Dusun Kemuning menjadi KBA juga diurai Rumiyati (45).

Warga Dusun Kemuning itu mengatakan, perkembangan yang terjadi di desanya sangatlah cepat.

Di bidang kesehatan, misalnya. Sebelum menjadi KBA, cakupan kegiatan posyandu di desa kurang dari 50 persen.

Namun setelah sejumlah kader mendapatkan pelatihan ditambah adanya bantuan peralatan, kini semakin banyak masyarakat yang bersemangat dan aktif datang ke posyandu.

Perkembangan yang sangat cepat juga sangat dirasakan di bidang kewirausahaan.

Rumiyati tak menampik, dengan adanya bantuan pelatihan serta peralatan yang diberikan Astra, sejumlah produk UMKM di Dusun Kemuning kini mulai naik kelas.

"Yang awalnya saya hanya berani menitipkan produk ke warung tetangga, kini sudah merambah ke pusat oleh-oleh atau di tempat wisata," kata dia.

Bahkan para petani yang merupakan profesi utama di dusun ini ikut ketiban berkahnya.

Pasalnya, nilai jual hasil pertanian mereka terkerek naik yang sebelumnya hanya dijual murah kepada tengkulak.

"Bahkan kayu secang yang dulu tidak ada harganya, kini malah menjadi oleh-oleh khas Dusun Kemuning," kata ibu tiga anak ini.

Di bidang pendidikan, sekarang para orang tua di Dusun Kemuning tak lagi menempuh perjalanan jauh hanya untuk menyekolahkan anak di PAUD.

"Dulu, sekitar tahun 2007-2009, hanya enam murid yang bersekolah di PAUD Kemuning karena fasilitasnya tidak lengkap dan lokasinya masih menumpang di rumah warga," jelasnya.

Sekarang, hal ini tidak terjadi lagi.

Sebab, berkat bantuan dari Astra, Dusun Kemuning kini telah memiliki gedung tersendiri agar bisa menggelar pendidikan untuk anak usia dini.

Begitu juga di bidang lingkungan. Sampah-sampah yang sebelumnya tidak dikelola dengan baik, kini sudah dimanfaatkan oleh warga menjadi produk daur ulang.

Bahkan satu unit kendaraan operasional yang merupakan bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kini terparkir di bank sampah.

Kendaraan itu dipakai untuk mengangkut sampah non-organik sebanyak dua minggu sekali.

Pemberian bantuan ini tak lepas dari usaha dan kerja keras masyarakat Dusun Kemuning dalam pengelolaan sampah.

Senyum KBA Kemuning

Terlepas dari manfaat yang kini dituai, Rumiyati mengaku bangga bisa terlibat dalam setiap pengembangan di Dusun Kemuning.

Apalagi desanya kini menjadi lebih berkembang, maju, dan dikenal banyak kalangan.

Tidak ada lagi yang memandang remeh dan mengenal Dusun Kemuning sebagai desa yang terpelosok dan terisolir walaupun lokasinya di tengah hutan.

"Ya, harapannya semoga masyarakat di Dusun Kemuning semakin sejahtera. Semua kegiatan pengembangan desa bisa berjalan dengan lancar," ucapnya.

Harapan serupa juga disampaikan Suhardi, sang kepala dusun.

Suhardi berharap, desa yang dipimpinnya semakin lebih mandiri.

Sektor pariwisata yang kini tengah dikembangkan semakin meningkat dan membawa efek domino bagi perekonomian masyarakat.

"Masyarakat yang berada di perantauan pun bisa pulang dan ikut memberdayakan potensi yang ada di desa," kata dia.

Sementara itu, Galuh berharap, agar program empat pilar yang dicanangkan Astra terus berjalan dan berkelanjutan.

Apalagi masyarakat Dusun Kemuning telah menerima banyak manfaat dari program tersebut.

"Tak hanya ke Dusun Kemuning, tapi juga bisa memberikan dampak yang besar ke sejumlah wilayah Indonesia," ujarnya.

Galuh juga tak menampik, jalan panjang yang dilakukan desanya ditambah dengan bantuan dari Astra mampu menghadirkan senyum pada masyarakat Dusun Kemuning.

"Sejak awal pendampingan, baik dari segi SDM maupun pembangunan fisik dan lainnya mampu membuat perubahan serta menghadirkan impact yang cukup besar di masyarakat," tutupnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini