News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kecelakaan Maut di Bantul

Cerita Keluarga Korban Kecelakaan di Bantul, Kehilangan 7 Sanak Saudara hingga Masih Menunggu Kabar

Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi rumah duka korban kecelakaan maut Imogiri, Bantul di Desa Mranggen, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

TRIBUNNEWS.COM - Duka mendalam dirasakan para keluarga korban kecelakaan bus di Bukit Bego, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Bantul, Yogyakarta pada Minggu (6/2/2022).

Dari total 47 penumpang, 13 di antaranya meninggal dunia dalam peristiwa kecelakaan tersebut.

Sementara, 34 orang lainnya mengalami luka-luka.

Sebagian sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit.

Sisanya sebanyak 15 orang masih menjalani perawatan intensif di RS PKU Muhammadiyah Bantul dan RS Panembahan Senopati.

Baca juga: Tanggapan Polisi Mengenai Kecepatan Bus Pariwisata Maut Saat Kecelakaan di Bantul

Berikut cerita dua keluarga korban kecelakaan maut di Bantul yang kehilangan 7 anggota keluarga hingga masih menunggu kabar:

Mulyadi Kehilangan 7 Anggota Keluarga

Satu di antara keluarga korban yang mengalami duka mendalam yakni Mulyadi (49).

Warga Kedungrejo, Sukoharjo ini kehilangan tujuh anggota keluarganya dalam peristiwa nahas itu.

Mulyadi sendiri berada dalam bus yang berbeda saat kejadian.

Sementara tujuh keluarganya berada di bus yang mengalami kecelakaan.

"Beda kendaraan. Itu bus nomor 2. Kita ada dua bus dan 3 mobil. Itu perjalanan dari Breksi ke Becici dan langsung ke Parangtritis," ujarnya saat ditemui di RS Panembahan Senopati (RSPS), dikutip dari Tribun Jogja.

Mulyadi menyatakan, sebenarnya rombongan piknik dari konveksi tersebut ingin putar balik saat mau menuju ke Parangtritis.

Mulyadi saat diwawancarai di RS Panembahan Senopati, Minggu (6/2/2022) malam. (TribunJogja/Santo Ari)

Namun, sopir memilih jalur yang cepat sehingga melintasi rute yang banyak tanjakan dan turunan.

"Semua itu kehendak Allah. Yang meninggal ibu saya, kakak saya dan istrinya, cucu kakak saya, yang lain adik istri saya dan suaminya, yang satu pamannya," terangnya.

Mulyadi sendiri tidak mengetahui bus yang membawa anggota keluarganya mengalami kecelakaan.

Pasalnya jarak antar busnya terpaut cukup jauh.

Baca juga: 4 Korban Luka-luka Kecelakaan Bus di Bantul Positif Covid-19, Kini Sedang Karantina di RS

Mulyadi menuturkan bahwa kegiatan hari itu adalah piknik bersama karyawan konveksi yang dijalankan keluarga besarnya.

Setidaknya ada 100 orang lebih yang turut dalam kegiatan hari itu, yang terdiri dari karyawan dan keluarga dari karyawan.

"Ini kan mau dolan bareng. Karena Pandemi Covid-19 ini sudah 2 tahun tidak ada liburan. Yang punya konveksi adik saya, saya yang menjalankan. Ini dalam rangka liburan dengan mengajak keluarga," jelasnya.

Adapun ke-13 korban meninggal telah diberangkatkan ke Sukoharjo pada Minggu malam sekitar pukul 23.15 WIB.

Rombongan ambulans berangkat dari RSPS dan dilepas oleh Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih.

Baca juga: Jenazah Para Korban Kecelakaan di Imogiri Bantul akan Disalatkan di Masjid Nurul Falah Sukoharjo

Sugiyanto Masih Tunggu Kabar Keluarga

Selain Mulyadi, rasa khawatir juga dialami Sugiyanto, warga Desa Mranggen, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo.

Sugiyanto kini menanti kabar anggota keluarganya.

Sebanyak 9 orang anggota keluarganya ikut dalam rombongan bus pariwisata GA Trans, yang terlibat kecelakaan maut di kawasan Bukit Bego ini.

Menurut Sugiyanto, yang ikut dalam rombongan wisata perusahaan konveksi PT Adiva ada istri, anak, dan cucunya.

"Yang kerja di perusahaan istri saya. Sebenarnya saya diajak, tapi saya tidak mau," katanya, Senin (7/2/2022), dilansir Tribun Solo.

Rombongan wisata perusahaan konveksi PT Adiva berangkat dari Desa Mranggen untuk berpariwisata ke Yogyakarta pada Minggu (6/2/2022).

Sugiyanto, warga Desa Mranggen, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo. (TribunSolo.com/Agil Tri)

Menurut Sugiyanto, rombongan membawa dua bus. Namun anggota keluarganya ikut dalam rombongan bus yang mengalami kecelakaan tunggal.

Sebelum berangkat, Sugiyanto mengaku sudah memiliki firasat tak enak.

"Saat bus mau berangkat saya baru sarapan, firasat saya sudah tidak enak," ujarnya.

"Usai sarapan saya pergi ke titik keberangkatan bus untuk menarik istri saya, supaya tidak ikut. Tapi bus sudah berangkat," ucapnya.

Sugiyanto pun langsung tidak nyaman, dia sempat mengejar bus namun tidak kekajar.

Diapun hanya bisa mondar-mandir, untuk menenangakan hatinya.

Baca juga: Tanggapan Polisi Mengenai Kecepatan Bus Pariwisata Maut Saat Kecelakaan di Bantul

Benar saja, pada sore harinya, dia mendapati kabar jika bus yang membawa anggota keluarganya terlibat kecelakaan.

"Ada beberapa yang dirawat di rumah sakit, seperti istri, anak, dan cucu saya. Tapi saya tidak tau keadaannya," ucapnya.

"Saya cuma tau kondisi cucu saya yang nomor 2, hidungnya patah katanya mau dioperasi. Keadaan istri saya, saya tidak tau," ujarnya.

Sugiyanto ingin mendatangi rumah sakit tempat istrinya dan keluarganya dirawat.

"Katanya belum bisa dijenguk. Ini saya masih menunggu perkembangannya," kata dia.

Ia menuturkan, PT Adiva memang sering mengadakan piknik karyawan setiap tahunnya.

Namun agenda tersebut sempat berhenti selama 2 tahun karena pandemi covid-19.

Seiring dengan kelonggaran PPKM, PT Adiva kembali mengadakan piknik.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Firasat Sugiyanto Tak Nyaman saat Bus GA Trans Berangkat ke Jogja, Kini Menanti Kabar Keluarganya dan TribunJogja.com dengan judul Mulyadi Kehilangan 7 Anggota Keluarga dalam Kecelakaan Bus di Imogiri : Semua Kehendak Allah

(Tribunnews.com/Maliana, TribunJogja.com/Santo Ari, TribunSolo.com/Agil Trisetiawan)

Berita lain terkait Kecelakaan Maut di Bantul

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini