TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG-Kombes Pol DR dr Sumy Hastry, Kabiddokkes Polda Jateng, merupakan satu-satunya Polwan di Asia yang menyandang gelar DR Forensik.
Dokter Hastry menyebut selain sidik jari, gigi dan DNA masih ada lagi ilmu forensik untuk mengungkap berbagai tabir atau identitas seseorang.
Sudah banyak keberhasilan dr Hastry mengungkap berbagai kasus besar di Indonesia berkat keahliannya di bidang forensik.
Kali ini dr Hastry menjadi narasumber pada Tribun Topic yang dipandu host Iswidodo News Manager Tribun Jateng. Berikut petikan wawancaranya:
Saat ini Bu Hastry jadi Kabiddokes, apa cita-cita Anda?
Saya ingin jadi Jenderal. Saya sudah sekolah dan sudah lengkap. Tergantung rejeki.
Bisa cerita singkat perjalanan karier Anda?
Setelah saya selesai dari Fakultas Kedokteran Undip, menjadi dokter umum, mendaftar Polisi, kemudian diterima dokter Polisi.
Saya pertama jadi Polisi diajak ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) senang. Kemudian mengambil sekolah spesialis forensik, dan saat itu saya Polwan pertama yang menjadi spesialis forensik.
Kemudian saya lanjut hingga sekolah S3. Jadi teman-teman media yang bilang saya dokter forensik Polwan se Asia. Aslinya setiap institusi ada dokter forensik. Tapi karena yang Polwan saya sendiri.
Masih sering ke TKP?
Saya senang ke TKP tapi tidak sesering dulu. Sekarang jadi Kabiddokkes sehingga tupoksi utama sekarang adalah akselerasi vaksin se wilayah Jawa Tengah.
Tugas sebagai ahli forensik masih aktif?
Iya. Saya sering dimintai autopsi seperti kasus pembunuhan di Rembang, mahasiswa di Solo. Tapi kok saya dimintai tolong ke Jawa Barat di Subang. Saat itu saya dimintai tolong sama Netizen. Saya dimintai tolong di Nusa Tenggara Timur (NTT) pengungkapan kasus pembunuhan ibu dan anak. Ya nggak papa memang passion saya di situ.