Elly meneruskan, Hayam Wuruk memberikan wilayah Timur Majapahit kepada Gajah Mada.
"Perlakuan Hayam Wuruk ini terlihat seperti ingin menyingkirkan Gajah Mada secara halus dari Keraton Majapahit," katanya.
Selanjutnya, Elly mengaitkan kepergian Gajah Mada dengan tulisan Gus Dur di sebuah koran pada 2007 lalu.
"Dalam tulisan Gus Dur di koran Tempo tahun 2007, tertulis bahwa Gajah Mada sempat singgah di Krui bersama para pengawalnya untuk menghindari kemarahan Hayam Wuruk akibat krisis politik dalam negeri di Majapahit," jelas dia.
"Namun, akhirnya ia dipanggil pulang oleh Hayam Wuruk," terusnya.
Dalam tulisan itu disebutkan, sebelum menghadap sang Raja, Gajah Mada singgah di Jombang, Jawa Timur.
Musabab sakit, Gajah Mada meninggal dunia pada tahun 1364 M sebelum sempat menghadap Hayam Wuruk.
Dari tulisan Gus Dur ini, Elly mengatakan, ada benang merah yang bisa dihubungkan dengan Krui, Pesisir Barat.
"Ada rentetan peristiwa politik masa sebelum Majapahit, yakni Kerajaan Singosari yang mengadakan Ekspedisi Pamalayu," ungkap dia.
Ekspedisi Pamalayu adalah semacam operasi militer kewibawaan Singosari di tanah Sumatera.
Hal itu pun diteruskan Majapahit pada masa kepemimpinan Raden Wijaya yang satu di antara istrinya adalah putri dari Kerajaan Pagaruyung bernama Dara Petak.
"Terkait Krui, bisa jadi banyak koleganya Gajah Mada di tanah Sumatera, mungkin dia mau konsultasi mengenai masalahnya di Kerajaan Majapahit," kata Elly.
"Ketika dia singgah di Krui, sangat mungkin dia menikah di sana, tapi kalau untuk kuburannya nanti dulu," lanjutnya.
Soal klaim mengenai terdapatnya Makam Mahapatih Gajah Mada di sejumlah daerah, Elly memiliki beralasan, hal itu masih menjadi simpang siur akan kebenarannya.