TRIBUNNEWS.COM - Video aksi membuang tomat sebanyak 1,5 ton terjadi di Kabupaten Lampung Barat.
Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, video tersebut tersebar luas di media sosial Facebook.
Tampak dari rekaman tampak buah tomat berwarna merah tertumpuk di pinggir sebuah jalan.
Seorang perekam menginformasikan tomat-tomat tersebut dibuang oleh pemiliknya.
Ia juga meminta masyarakat untuk datang ke lokasi.
Baca juga: Viral Hajatan ala Sultan di Demak, Tamu Undangan Dapat Beras 25 Kilogram dan Uang Saku
"Mari merapat, itu yang membuang itu," katanya sambil mengarahkan sorot kamera ke seseorang di seberang jalan.
Dalam video terlihat sejumlah warga, baik laki-laki dan perempuan berusaha mengambil tomat.
Mereka tampak memilah kemudian memasukkannya ke dalam karung yang mereka bawa.
Hingga Senin (28/3/2022), video ini pun viral dan menjadi bahan perbicangan warganet.
Belakangan diketahui video di rekam pada Sabtu (26/03/2022) sore.
Lokasinya di Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, Lampung.
Pengepul beri klarifikasi
Pengepul sekaligus pria yang membuang tomat bernama Marwan (32) memberikan klarifikasinya.
Ia tidak pernah bermaksud untuk membuang tomat-tomat tersebut.
"Sebenarnya saya udah bilang ke ibu-ibu untuk mengambil tomatnya saat masih di dalam kotak," kata Marwan, dikutip dari TribunLampung.com, Senin (28/3/2022).
"Tapi mungkin karena malu atau gak enak, jadinya gak ada yang mau ngambil," sambungnya.
Baca juga: VIRAL Video 29 Detik Sejoli yang Diduga Berbuat Mesum di Anjungan Pantai Manakarra Mamuju
Ia pun menumpahkan kotak berisi tomat tersebut di tepi jalan depan kiosnya di Pemangku Umbul Liokh, Pekon Sebarus, Balik Bukit, Lampung Barat.
"Dari situ, ibu-ibu ramai-ramai banyak yang ngambilin," terangnya.
Marwan menambahkan, tomat yang ada di dalam video sebanyak 30 peti atau sekira 1,5 ton.
Untuk setiap kilogramnya, ia membeli dari petani seharga Rp 500 ditambah ongkos ojek Rp 200.
Akibatnya, ia harus menelan kerugian yang ditaksir lebih dari Rp 1 juta.
Tak mau salahkan pemerintah
Berkenaan dengan harga tomat yang anjlok, dirinya tak mau menyalahkan pemerintah.
"Harusnya kita ini menyadari, kalau harga sayuran itu gak bisa diatur sama pemerintah. Itu semua tergantung dari perbandingan antara stok barang dengan permintaan," tambah Marwan.
Soal harga, menurutnya ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran.
"Kalau untuk pemerintah, mungkin bisa memberlakukan kebijakan pascapanen," katanya.
"Sementara ini kan hanya buat ke pasar, gak ada yang ke pabrik gitu," imbuh dia.
Baca juga: Viral Video Pria Naik Motor Tanpa Busana, Ternyata Seorang Polisi, Sudah 2 Kali Dirawat di RSJ
Inilah yang menurutnya masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Lampung Barat.
"Di Lampung Barat kan belum ada perusahaan pengolahan tomat," ungkap Marwan.
Setidaknya Marwan mengharapkan Pemkab Lampung Barat dapat menjadi jembatan bagi para pengepul maupun petani tomat untuk bisa bekerja sama dengan suatu perusahaan yang memproduksi hasil pengolahan tomat.
"Kalau kayak kita pengusaha di sini kan sulit untuk menembus itu. Semoga itu bisa direalisasikan," harap Marwan.
Tanggapan Bupati Lampung Barat
Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus turut mengomentari aksi petani membuang 30 peti tomat yang sempat viral.
Menurut dia, harga tomat tidak terlalu anjlok.
"Sebenarnya harga tomat ini bukan turun. Beberapa minggu yang lalu harga tomat cukup baik, yakni Rp 4.000 per kilogram," kata Parosil, dikutip dari TribunLampung.com.
Parosil mengaku mendengar informasi jika tomat tersebut dibuang bukan karena anjloknya harga tomat.
"Akan tetapi karena memang pihak pembeli itu untuk membeli tomat tidak mau yang terlalu merah (matang)," ungkapnya.
"Sementara tomat yang dibuang tersebut sudah terlalu merah," imbuh dia.
Baca juga: Viral Video Asusila Oknum Satpol PP di Bone dengan Rekan Seprofesi, Kasatpol PP: Sudah Dikeluarkan
Ia pun menyayangkan tindakan Marwan yang membuang tomat tersebut.
Semestinya, kata dia, tomat-tomat tersebut tidak dibuang di pinggir jalan.
"Ditawarkan sajalah dengan keluarga atau tetangga atau mungkin dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) kita yang mengolah tomat menjadi panganan di Kecamatan Sukau," tutur Parosil.
"Atau mungkin dengan pengusaha-pengusaha lain yang berkaitan dengan pengolahan saus tomat," tambahnya.
Ia berharap tidak ada lagi petani yang melakukan tindakan serupa.
"Jadi sebetulnya tinggal kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Harapan saya, ke depan jangan lagi melakukan tindak yang kurang bijak semacam itu," harap Parosil.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Kisah di Balik Aksi Viral Petani di Lampung Barat Buang 1,5 Ton Tomat dan Viral 1,5 Ton Tomat Dibuang, Begini Kata Bupati Lampung Barat
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunLampung.co.id/Nanda Yustizar Ramdani)