TRIBUNNEWS.COM - Maestro seni ketoprak, Bondan Nusantara meninggal dunia, Rabu (20/4/2022) di Bantul, DI Yogyakarta.
Kabar duka itu disampaikan di antaranya oleh akun resmi Yogyakarta, @YogyakartaCity, Rabu malam.
"Selamat Jalan, RIP, Bondan Nusantara. Maestro Kethoprak Jogja," tulis @YogyakartaCity.
Kabar duka meninggalnya Bondan Nusantara juga disampaikan Rapper asal Yogyakarta, Marzuki Mohammad.
"Swargi langgeng (surga selamanya,-Red) Bondan Nusantara," tulisnya di akun @killthedj.
Baca juga: Moeldoko Sosialiasikan Pentingnya Vaksin Covid-19 Lewat Main Drama Ketoprak
Dari informasi yang dihimpun, Bondan Nusantara meninggal dalam usia 69 tahun.
Tribunnews.com belum mendapat informasi lebih lanjut perihal penyebab meninggalnya Bondan Nusantara.
Sekilas profil Bondan Nusantara
Dikutip dari laman resmi Kementerian dan Kebudayaan, Bondan Nusantara lahir di Yogyakarta, 6 Oktober 1952.
Sejak lulus dari SMP pada 1970, Bondan Nusantara langsung bergabung dengan ketoprak keliling Dahono Mataram.
Bakatnya menurun dari ibunya yang sejak remaja sudah dikenal sebagai pemain ketoprak di Yogyakarta dan kota-kota di Jawa Tengah serta di Sumatra.
Nama Bondan Nusantara sudah tak bisa dipisahkan dari kesenian ketoprak. Bahkan sudah dianggap urat nadi kesenian ketoprak khususnya di Yogyakarta dan sekitarnya.
Bahkan sejak 1980, Bondan menulis naskah ketoprak yang ia pelajari dari Handung Kussudyarsana (alm), tokoh ketoprak di Yogyakarta, adik seniman tari Bagong Kussudiardja (alm).
Karya Bondan banyak dimainkan di panggung dan disiarkan di radio-radio dan televisi, terutama TVRI Yogyakarta.
Ia juga menggelar pertunjukan ketoprak di kampus-kampus dan acara-acara besar lainnya.
Bondan juga merevitalisasi seni ketoprak, untuk setiap waktu punya darah baru.
Menurut sutradara dan penulis naskah untuk Komunitas Seni Dagelan Mataram Baru ini, ketoprak tidak mungkin bisa hidup bila tetap mempertahankan pakem.
Baca juga: Obati Kerinduan, Ketoprak Balekambang Gelar Pentas Virtual, Akses Link Live Streaming di Sini
Menurutnya, jika ada lembaga seni yang memberi dana ke kelompok ketoprak agar bermain sesuai pakem, sama halnya membunuh ketoprak itu sendiri.
Atas dasar pandangan semacam itu, ia berani membuat konsep pementasan “ketoprak plesetan” Sapta Mandala Kodam VII Diponegoro (1991).
Selain menekuni dunia ketoprak, Bondan – sebagaimana Handung, sang guru – juga pernah menjadi wartawan di harian Kedaulatan Rakyat (1980-1990) dan di harian Berita Nasional (1991-1998).
(Tribunnews.com/Daryono)