News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jawa Tengah Kaya Bahan Baku Obat Modern Asli Indonesia, 35 Dinkes Dukung Penggunaannya di Faskes

Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

“Pencanangan Jamu Fitofarmaka dan Sumber Pangan Lokal” di RSUD Bung Karno, Surakarta, Kamis, 9 Juni 2022.

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Sebanyak 35 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI).

Dinas Kesehatan ini mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk belanja kesehatan produk Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Hal ini dilakukan selain sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) No 2 Tahun 2022 juga karena obat-obatan herbal baik yang masih diolah secara tradisional maupun tersaintifikasi semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Komitmen dan dukungan dari 35 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di acara “Pencanangan Jamu Fitofarmaka dan Sumber Pangan Lokal” di RSUD Bung Karno, Surakarta, Kamis, 9 Juni 2022.

Dalam acara tersebut turut hadir Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, Corporate Affairs Director Dexa Group Krestijanto Pandji, Komisaris PT Ferron Par Pharmaceuticals Roy Ibrahim, dan Head of Corporate Communications Dexa Group, Sonny Himawan.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno menyampaikan bahwa obat dari bahan alam merupakan warisan budaya Indonesia.

Ia ingin penggunaan obat dari bahan alam semakin dikenal oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan.

"Obat-obat itu bagaimana kita bisa berdikari, berdikari dengan sumber daya di Indonesia sendiri. Apabila obat-obat masuk ke fitofarmaka dan bisa diresepkan di rumah sakit atau puskesmas ini bisa mensubstitusi yang selama ini banyak diimpor," kata  Ganjar seperti dituturkan Bapak Sumarno.

Sementara itu menurut Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Rizka Andalucia, Kementerian Kesehatan sangat mendorong pemanfaatan obat-obatan tradisional.

Diketahui, beberapa waktu lalu diluncurkan Formularium Fitofarmaka yang bertujuan agar penggunaan obat Fitofarmaka dan Obat Herbal Terstandar (OHT) yang lebih terarah dan memiliki rambu-rambu.

“Dengan berbagai kerja sama dan upaya upaya yang kita lakukan kita akan mendorong penggunaan obat asli Indonesia baik dari regulasi, penerbitan standar, pedoman dan juga pengawalan agar khasiatnya sesuai dengan yang diharapkan,” ungkap Rizka.

Dukungan pemerintah melalui Kemenkes untuk mendorong penggunaan Fitofarmaka adalah dengan meluncurkan Formularium Fitofarmaka pada akhir Mei 2022.

Dengan adanya formularium ini, fasilitas kesehatan dapat menggunakan Fitofarmaka untuk diresepkan kepada pasien.

“Pencanangan Jamu Fitofarmaka dan Sumber Pangan Lokal” di RSUD Bung Karno, Surakarta, Kamis, 9 Juni 2022. (ist)

Pada kesempatan yang sama, Corporate Affairs Director Dexa Group,  Krestijanto Pandji menyampaikan bahwa Dexa Group sangat berkomitmen mendukung kemandirian farmasi melalui penelitian dan pengembangan obat berbahan alam asli Indonesia menjadi produk OMAI.

Produk OMAI merupakan produk berbahan alam yang diperoleh dari Indonesia dan diteliti secara saintifik.

OMAI sendiri terdiri dari obat-obatan herbal berstatus Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka atau obat herbal yang telah teruji klinis (pengujian kepada manusia).

“Saat ini Dexa Group berkontribusi dengan memiliki 4 OMAI fitofarmaka dari 6 terapeutik area. Empat obat-obatan fitofarmaka Dexa Group tersebut Stimuno (imunomodulator), Inlacin (antidiabetes), Redacid (mengatasi tukak lambung), dan Disolf (pelancar sirkulasi darah). Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, OMAI produksi Dexa Group juga telah diekspor ke beberapa negara di ASEAN, Afrika, dan Amerika,” kata Krestijanto.

Melalui dukungan belanja kesehatan produk OMAI oleh pemerintah daerah di Jawa Tengah, menurut Bapak Krestijanto, tidak hanya memberikan dorongan terhadap inovasi obat-obatan khususnya fitofarmaka, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.

Apabila ini terus didukung, maka kemandirian farmasi Indonesia dapat terwujud.

Sebagai informasi, beberapa bahan baku OMAI fitofarmaka diperoleh dari beberapa daerah di Provinsi Jawa Tengah.

Seperti tanaman meniran untuk bahan baku STIMUNO diperoleh di daerah Klaten, Sragen, dan Blora.

Selain itu daun bungur yang digunakan sebagai bahan baku Inlacin diperoleh dari petani di daerah Sragen, Karanganyar, Kendal, Temanggung, dan Wonogiri.

Penggunaan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) juga telah dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan formal di wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr Mochamad Abdul Hakam, Puskesmas di wilayahnya sudah menggunakan obat berbahan alam untuk diresepkan ke pasien.

"Kami sangat mendukung penggunaan obat herbal baik fitofarmaka, Obat Herbal Terstandar dan jamu untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas," ungkap dr Hakam dalam Simposium Fitofarmaka beberapa waktu lalu.

Ia juga menyampaikan bahwa kota Semarang telah mengalokasikan 11,98 % dana dari DAK dan APBD untuk pengadaan obat herbal.

Untuk mendorong penggunaan obat-obatan herbal dalam negeri, pihaknya memiliki tim perencanaan obat terpadu di tingkat puskesmas, yang bertugas menggolongkan penggunaan fitofarmaka, OHT, dan jamu dengan izin edar yang masih berlaku. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini