Laporan Wartawan TribunPapuaBarat.com, Kresensia Kurniawati Mala Pasa
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Patung miniatur penari kawasaran milik Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara (Sulut), tampak mencolok di deretan stan usaha mikro kecil menengah (UMKM) Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI.
Lantaran, AMAN Sulut menjadi satu-satunya yang memamerkan kerajinan patung saat sidang pleno KMAN VI di Stadion Barnabas Youwe, Jayapura, Papua pada Kamis (27/10/2022).
Baca juga: Zadrak Wamebu Terpilih Jadi Ketua Pimpinan Sidang Tetap KMAN VI
Perajin miniatur patung kawasaran, Dani Wakulu (47) mengatakan, anggota AMAN Sulut sepakat memboyong tiruan penari kawasaran dari Minahasa, khusus pameran KMAN VI.
"Pertama, karena kita mau lebih memperkenalkan budaya khas kita yaitu tari kawasaran," terang Dani Wakulu kepada TribunPapuaBarat.com.
Dia menjelaskan, miniatur patung kawasaran hanya dapat ditemukan di daerah Minahasa.
Pasalnya, semua bahan berasal dari sisa-sisa pembuatan baju dan perlengkapan tari kawasaran.
Mulai dari kulit kayu Tayapu, bulu ayam, kain merah dan kain tenun Minahasa, serta potongan kayu membuat pedang dan perisai.
Kendati ukurannya hanya sekitar 20 Cm, ungkap Dani, namun pengerjaan satu patung miniatur kawasaran memakan waktu dua sampai tiga hari. Karena ingin dibuat semirip mungkin dengan aslinya.
Baca juga: Manfaatkan Pleno KMAN VI, Masyarakat Adat Nabire Jejal Noken di Stadion Barnabas Youwe
Bahkan, sambungnya, untuk menambah detail pada perisai mini patung kawasaran diukir tulisan 'i yayat u santi', yang berarti ayo angkat pedangmu.
Dia menjelaskan, hal tersebut mencerminkan tari Kawasaran memang pada mulanya adalah tari perang para ksatria Minahasa.
Seiring majunya peradaban, Kawasaran beralih menjadi tari penyambutan tamu penting, atau mengantar pengantin.
Baca juga: Saat Peserta KMAN VI Papua Saling Menyanyikan Lagu Adat saat Istirahat Sidang Pleno
Satu patung miniatur kawasaran tersebut dibanderol harga Rp 300 ribu.
Melengkapi stan pameran AMAN Sulut, ungkap dia, maka dipamerkan juga cinderamata khas lainnya, seperti kalung tanduk rusa seharga Rp 200 ribu.
Dani Wakulu (47) mengatakan, demi menjaga keutuhan patung miniatur kawasaran dan perlengkapan aslinya, perwakilan AMAN Sulut rela menempuh perjalanan menggunakan kapal selama empat hari tiga malam ke Jayapura.
Baca juga: Momentum KMAN VI harus Dimanfaatkan sebagai Ajang Promosi Budaya dan Adat Papua
"Sebenarnya masih banyak kerajinan tangan kita. Tapi karena keterbatasan untuk mendatangkannya, makanya kita bawa yang kawasaran, karena kita kan juga menari," tutur Dani Wakulu. (*)