“Setiap hari buat, meski sedikit-sedikit, paling sehari 5 Kg. Dititipkan ke toko kelontong, ada juga yang beli,” ungkap perempuan asal Solo ini.
“Biasanya titip ke warung 8 bungkus,” tambahnya.
Baca juga: Pertamina: COP27 Dorong Masyarakat Global Tingkatkan Kontribusi terhadap Penanganan Perubahan Iklim
Lebih jauh, Hermien menceritakan, ada sejumlah kendala yang dihadapinya.
Apalagi pada masa pandemi Covid-19 ini, ditambah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Hermien mengatakan, penjualan produknya lebih sulit, sebab harus menekan harga penjualannya.
“Kalau dari pembeli, kurang. Jadi jujur kendalanya dari awal di saat Corona sampai sekarang masih harus bekerja keras untuk bertahan gimana caranya tetap jalan,” tutur Hermien.
Meski begitu, Hermien tetap berusaha agar pengolahan produk makanan ringan itu dapat berjalan.
Hingga akhirnya, tetap bisa menggerakan roda perekonomian keluarganya, serta berharap bisa berdampak ke kelompok Masyitoh dan warga sekitar.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS)