Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM - Gempa bumi yang berpusat Cianjur pada Senin (21/11/2022) menewaskan ratusan warga Cianjur dan sekitarnya.
Peristiwa tersebut tentunya mengetuk hati seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia.
Semua pun terus memfokuskan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkannya.
Baca juga: Ketua Umum PKB Gus Muhaimin Kirim Tim Khusus Tanggap Bencana Gempa Cianjur
Bukan hanya yang meninggal, saat ini ribuan rumah porak poranda akibat bencana tersebut, artinya ribuan orang pun bakalan menderita menjadi pengungsi.
Dari sejumlah komunitas relawan yang turut membantu adalah sekumpulan wartawan yang menamakan diri sebagai Jurnalis Mancing Indonesia (JMI).
Komunitas wartawan ini terketuk hatinya saat melihat kenyataan bencana tersebut memakan banyak korban.
Tugas yang biasanya dilakukan untuk mereportase peristiwa tersebut pun kini berubah turun langsung menolong para korban, sambil tetap meliput tentunya.
Misi dari Relawan JMI adalah memberikan bantuan pertama pada para korban gempa dengan menyalurkan kebutuhan mendasar seperti makanan dan mendirikan tenda bagi para pengungsi.
Amstone, anggota JMI mengatakan, saat mendengar terjadinya gempa, JMI langsung mengirimkan 12 orang relawan ke Cianjur sebanyak 12 orang pada Senin petang.
Baca juga: Mendagri Imbau Semua Kepala Daerah Bantu Pemkab Cianjur, Bisa Pakai Dana BTT
"Kami berangkat dari Jakarta pukul 18.00, sampai Cianjur pukul 22.00. Pagi harinya kami langsung ke Cugenang, lokasi yang paling terdampak," kata Amstone kepada Tribunnews.com, Selasa (22/11/2022) malam.
Mereka menemukan di sebuah lokasi yang agak terisolasi yaitu kampung Sarempet, Cugenang, menjadi lokasi yang mengalami dampak cukup parah dan belum tertangani oleh aparat dan relawan lainnya.
Anggota JMI lainnya, Arham mengatakan, Kampung Sarempet masih terisolir karena untuk menempuhnya saja harus berjalan kaki sekitar dua jam lebih.
"Jaraknya sekitar satu kilometer dari pemberhentian angkutan kita mesti jalan naik ke atas lewat tegalan, daerahnya terisolir karena berada di tengah sawah," ujarnya.
Di lokasi tersebut menurutnya terdapat belasan rumah yang ambruk dan lima orang yang meninggal korban gempa.
Baca juga: Warga Cianjur Khawatir Gempa Susulan hingga Trauma Tak Bisa Tidur Semalaman
Arham yang jurnalis dari Warta JMI melanjutkan, di hari kedua pascabencana yang sangat dibutuhkan di kampung Sarempet adalah tenda yang memadai.
Tenda yang dipakai untuk mengungsi hanyalah terpal, spanduk dan plastik lebar yang bakalan bocor bila terjadi hujan.
Demikian juga dengan alas tidurnya yang berasal dari alas yang bisa diselamatkan dari rumah.
Ia mengatakan, saat ini perlengkapan mengungsi tersebut merupakan yang terpenting, namun hingga saat ini belum ada bantuan dari luar.
"Padahal saat ini sudah musim hujan, jadi hujan bisa saja terjadi kapan saja. Jangan sampai korbannya bertambah gara-gara tendanya tidak layak," ujar Arham.
Di lokasi tersebut, relawan JMI menangani enam kelompok pengungsi yang jumlahnya puluhan orang.
JMI sendiri, menurut Amstone, akan memberi bantuan genset untuk membantu penerangan bagi warga.
Baca juga: Gempa di Cianjur, Pemimpin Dunia Ungkapkan Duka Cita
Namun hal itu terkendala dengan sulitnya transportasi masuk ke daerah tersebut. Jangankan ke Kampung Sarempet, beberapa lokasi yang biasanya bisa dilalui mobil pun tak bisa dijangkau, karena terputus oleh bencana.
Amstone yang wartawan Tempo ini mengatakan, para relawan akan terus mengawal Kampung Sarempet hingga ada pihak berwenang sudah memberikan perhatian dan menyalurkan bantuan yang dibutuhkan.
"Setelah ada perhatian dari pemerintah baru kita akan lepas ke mereka. Kita sendiri mungkin akan mencari lokasi-lokasi lain yang masih belum tertangani," ujar Amstone.