TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga korban gempa di RT 4 RW 2 Panumbangan, Cibulakan, Cugenang, Kabupaten Cianjur, kini amat membutuhkan selimut selain juga bahan pangan.
Seperti dialami Dedi (56), bersama istri dan 4 cucunya mereka mengungsi dan tidur di area makam pasca gempa 5,6 magnitudo yang mengguncang Cianjur.
Tenda pengungsian yang menjadi tempat tinggal Dedi dan keluarganya itu dibuat dari terpal seadanya.
Hanya beralaskan karpet masjid, Dedi dan keluarganya tinggal di atas tanah TPU Panumbangan sejak Senin (21/11/2022).
Pria yang sudah tinggal di Cianjur sejak tahun 2004 itu menjelaskan bahwa TPU tersebut dulunya merupakan sawah.
Lahan sawah dihibahkan untuk dijadikan TPU. Sudah ada lebih dari 20 makam yang dikuburkan di TPU tersebut.
Sebagian tanah di TPU masih kosong belum diisi makam. Tanah kosong tersebutlah yang dijadikan Dedi dan 73 Kepala Keluarga (KK) lain untuk mengungsi pasca gempa.
Rumah Dedi hancur 50 persen. Namun, keluarganya memutuskan meninggalkan rumah tersebut lantaran gempa susulan masih kerap terasa.
"Dari pada kenapa-kenapa, rumah juga sudah roboh sebagian temboknya jadi kita kosongkan. Bawa semua anak-anak mengungsi di sini," bebernya.
Baca juga: Pengungsi Gempa Cianjur Sangat Membutuhkan Selimut dan Bahan Pangan
Bukannya tidak seram tidur di atas pemakaman. Apalagi, pada malam hari tidak ada penerangan lampu sama sekali karena listrik masih padam.
Namun, Dedi dan keluarganya tidak punya pilihan. Bersama empat cucunya ia lebih memilih tinggal di atas makam ketimbang tertimpa bangunan roboh karena gempa susulan.
Ketua RT4 RW2 Deden mengatakan bahwa tenda pengungsian seadanya yang berdiri di atas TPU Panumbangan sudah dibuat sejak dua hari beberapa saat setelah gempa mengguncang Cianjur pada Senin (21/11/2022) pukul 13.21 WIB.
Baca juga: Warga Dirikan Tenda Darurat Sendiri di Kebun dan Berdesakan
Ada dua terpal tenda yang didirikan seadanya di atas TPU tersebut. Ada juga dapur umur dan kakus yang dibuat terpisah dari tenda.
Dua tenda yang masing-masing seluas 3x8 meter itu dihuni 73 KK atau 100 orang lebih termasuk anak-anak dan Lansia yang menghuni atap terpal tersebut.