TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Tak pikir panjang, Taufik Anugrah langsung berangkat dari Bandung bersama rekannya menggunakan sepeda motor menuju Cianjur, Jawa Barat, sesaat setelah gempa magnitudo 5,6 mengguncang wilayah Cugenang dan sekitarnya pada Senin (21/11/2022) sore.
Ia langsung membawa perlengkapan yang selalu siap di tasnya setelah memiliki firasat akan ada dampak besar dari gempa Cianjur yang terjadi di darat.
Relawan yang tergabung dalam Pramuka Peduli Kwarda Jawa Barat yang memiliki kemampuan pencarian orang hilang atau SAR ini langsung menuju Kwarcab Cianjur bergabung dengan relawan Pramuka lainnya pada Senin malam.
Ia bercerita dirinya mengetahui kabar gempa Cianjur dari orangtuanya karena handphone yang biasa digunakannya rusak sehari sebelum bencana terjadi.
Baca juga: Tim SAR Gabungan Terus Cari 14 Korban Hilang yang Tersisa di Gempa Cianjur
Untuk memastikan, ia pun langsung menonton televisi mengikuti kabar tersebut.
Mengetahui hal yang terjadi, ia pun memutuskan membeli handphone baru.
Sehingga, handphone yang digunakannya saat ini disebut handphone bencana karena langsung digunakan saat dirinya bertugas di lokasi bencana.
Ia lantas menghubungi teman-temannya dan sudah banyak pesan masuk ke handphonenya soal kabar gempa Cianjur.
Selasa pagi, dia pun bergegas ke Pendopo Cianjur untuk melakukan pencarian orang hilang yang tertimbun reruntuhan di wilayah terdampak bergabung bersama tim SAR yang lain.
Hari pertama ia kebagian melakukan evakuasi di wilayah Desa Gasol, Cugenang.
Setibanya di Gasol dengan menggunakan sepeda motor, Taufik mendapat laporan ada warga yang tertimbun reruntuhan.
Namun, ia belum bisa berbuat banyak karena alat-alat untuk melakukan pencarian di puing-puing bangunan masih sangat minim.
Akhirnya ia pun bergeser ke daerah Benjot pada siang harinya.
Baca juga: 5 Jenazah Ditemukan di Cugenang, Cuaca dan Tanah Licin karena Hujan Jadi Tantangan Proses Evakuasi
Di lokasi itu, ia pun mendapat informasi ada warga yang tertimbun reruntuhan.
"Siang geser ke Benjot di sana ada info seorang korban diduga tertimbun reruntuhan rumah," ujarnya saat berbincang dengan Tribunnews.com, Sabtu (27/11/2022) malam.
Kemudian ia bersama tim bergeser ke daerah Bulakan.
Di sana timnya dibagi dua kelompok, ada yang melakukan pencarian korban dan ada yang membersihkan puing rumah yang menutupi jalan, termasuk membuka akses jalan untuk ambulans yang tertutup bronjong ambruk.
"Ada juga benteng rumah ambruk ke jalan dan menghambat laju kendaraan, jadi kita bersihkan hingga akhirnya saya pulang magrib," kata pria yang sedang menjalani studi di Universitas Pasundan ini.
Esoknya ia dan tim Pramuka Peduli dan unsur lainnya berangkat ke Wilayah Warungkondang.
Di sana ia membantu proses evakuasi korban yang tertimbun reruntuhan rumah tiga lantai.
"Dari tujuh orang yang dikabarkan tertimbun, satu orang hilang. Sampai sore tim pramuka berhasil menemukan barang korban berupa helm yang mengindikasikan viktim (korban) sudah dekat, dan ternyata benar, ada orang tertimbun," katanya.
Hari ketiga, ia dan tim relawan Pramuka Peduli bergerak melakukan pencarian orang hilang di lokasi longsor di Cijedil, Cugenang.
Di sana ada beberapa rumah terbawa dan tertimbun tanah longsor.
Baca juga: Kehujanan, Tim SAR Gabungan Lanjutkan Pencarian Korban Gempa Cianjur yang Masih Tertimbun Longsor
Proses pencarian harus hati-hati selain tanahnya labil, gempa susulan juga masih kerap dirasakan.
"Dan diduga korban juga tertimbun cukup dalam sekiran 5 meter," katanya.
Pada hari Jumat, ia dan tim kembali ke Cijedil melakukan evakuasi dengan bantuan alat berat. Namun, karena cuaca hujan akhirnya proses pencarian tidak dilanjutkan.
Baru hari Sabtu, ia melakukan pencarian di lokasi longsor dekat Sate Sinta.
Karena sudah beberapa hari, proses pencarian memaanfaatkan bau karena biasanya jenazah sudah mulai terjadi pembusukan.
Proses evakuasi pun harus dilakukan ekstra hati-hati, selain tanah labil, kondisi jenazah pun bisa membahayakan orang yang melakukan evakuasi.
Taufik pun bersama rekan-rekannya akhirnya bisa mengangkat satu jenazah dari dekat sungai.
"Saya mencium aroma busuk, lalu digali bersama teman-teman. Tentu harus hati-hati selain tanah labil, jangan salah pacul karena korban akan rusak," katanya.
Setelah jasad selesai dievakuasi dan dimasukkan ke dalam kantung jenazah, lantas tim serta kantung jenazah disemprot disinfektan untuk menghindarkan relawan dari kuman berbahaya.
Rencananya, ia dan rekan-rekannya akan terus melakukan pencarian korban gempa Cianjur hingga waktu operasi pencarian dinyatakan selesai.
Sebagai informasi Gerakan Pramuka Kwarcab Cianjur mendirikan pos tanggap darurat menyikapi bencana alam gempa bumi yang menyebabkan 318 orang meninggal dunia per Sabtu (27/11/2022).
Saat ini relawan yang tergabung dalam Pramuka Peduli berjumlah 239 yang berasal dari 13 kabupaten/ kota se-Jawa Barat dan Kwartir Daerah Jawa Tengah.
Dalam masa tanggap darurat gempa Cianjur ini, Pramuka Peduli mendirikan dapur umum, membantu proses pencarian orang hilang atau SAR, membantu menyalurkan logistik, trauma healing, hingga bantuan komunikasi.
Selain itu, Pramuka pun mengumpulkan donasi dari anggotanya untuk membantu masyarakat terdampak gempa.
Tak hanya itu, ada juga bantuan logistik berupa pakaian baru, terpal, sembako, kasur, popok bayi, oba-obatan hingga susu bayi yang berasal dari anggota dan dermawan.