TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Kesedihan masih melanda pengungsi korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Seminggu setelah gempa, kisah pilu di pengungsian pun terdengar seperti yang ditemukan di Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur, Jawa Barat.
Sejumlah ibu rumah tangga terlihat sedang membersihkan wortel busuk untuk dijadikan bahan makanan, Sabtu (26/11/2022).
Baca juga: Cerita Warga Desa Gasol Tinggal di Pengungsian: Obat-obatan Alhamdulillah Cukup, Logistik Banyak
"Ini yang ada saja dimanfaatkan, kan masih panjang waktunya," kata Heni, seorang warga.
Meski telah mendapatkan bantuan logistik, tapi bantuan tersebut masih terbatas karena jumlah pengungsi mencapai 200 orang.
"Proses pengajuan bantuan juga dinilai terlalu lama. "Lapor ke RT, ke desa, terus ke kecamatan, prosesnya lama. Sudah dikasih, cuma sedikit," sahut Sinta, pengungsi lain.
Selain berharap mendapatkan bantuan logistik makanan, warga di pengungsian juga berharap mendapatkan obat-obatan, selimut, dan tenda.
Baca juga: Distribusi Logistik Korban Gempa Tak Merata, Bupati Cianjur: Ada Warga yang Menyetok
"Pengungsi sudah mulai mengeluhkan sakit, terlebih anak-anak, batuk-batuk, demam," ujar Heni menimpali.
Beredar Kabar Pengungsi Meninggal karena Kelaparan RW Pastikan Hoaks
Sementara itu seorang pengungsi posko tenda darurat, Halimah (115), meninggal dunia karena sakit komplikasi yang dideritanya, Jumat (25/11/2022) sekitar pukul 12.00 WIB.
Sempat beredar di media sosial jika Halimah warga Kampung Ciremis Wetan RT 02/04, Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat meninggal karena kelaparan.
Namun hal tersebut dibantah pihak keluarga dan ketua RW. Keluarga menyebut bahwa Halimah sudah sakit selama empat tahun sebelumnya.
Baca juga: Cerita Apih Saksikan Detik-detik Fondasi Rumah Tetangganya Terangkat Akibat Gempa Cianjur
Ditemui di tenda posko darurat, Iis Khodijah (30), mengatakan bahwa ibu neneknya tersebut sebelumnya sudah disuapin makan.
"Banyak saksinya di sini, nenek saya yang suapin makannya juga, jadi berita soal kelaparan itu tidak benar," ujar Iis.
Iis mengatakan, sebelumnya ibu dari neneknya tersebut menderita penyakit gula atau diabetes. Empat tahun lalu terjatuh dan kakinya patah.