Kemegahan Candi Plaosan menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Melirik potensi tersebut, pihak desa mulai merintis wisata berbasis kearifan lokal dengan nama Kampung Budaya Candi Plaosan.
Alhasil, pada 2016, Desa Bugisan ditetapkan sebagai desa wisata.
"Pengembangan desa wisata di Bugisan juga sejalan dengan visi misi kepala desa yang ingin memajukan dan menyejahterakan masyarakat," ungkap Ketua Pokdarwis Desa Bugisan, Rudi Riono.
Mulai saat itu, pemerintah desa bersama warga bergotong royong menggali potensi yang ada di Desa Bugisan.
Bahkan setiap dukuh memiliki dan menampilkan potensi yang berbeda-beda. Mulai dari potensi seni seperti karawitan, jathilan atau kuda lumping, gejog lesung, hingga tarian.
"Juga ada pembuatan bakpia, kain ecoprint, kuliner tradisional, hingga topeng," kata Rudi.
Bersamaan dengan pengembangan tersebut, Desa Bugisan juga membangun sejumlah obyek wisata unggulan.
Di antaranya taman lampion dan Paseban Candi Kembar yang berada di timur Candi Plaosan.
Paseban Candi Kembar adalah tempat wisata yang menggabungkan kafe berkonsep semi modern dan saung.
Selain menjadi tempat wisata kuliner, Paseban Candi Kembar kerap dipakai untuk sejumlah acara.
Masih di area Paseban, berdiri sebuah joglo yang dibangun dari bantuan keuangan (bankeu) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar).
"Tahun 2019, kami mendapat bantuan dari Pemprov Jateng sebesar Rp 100 juta yang digunakan untuk membangun joglo dan perbaikan sarana prasarana di Paseban."
"Bangunan ini kami fungsikan untuk menyambut tamu, latihan menari, atau pertemuan Pokdarwis," ungkap Rudi.