Perlahan-lahan, Harmani bisa kembali bangkit dan ikut ketiban berkah pengembangan wisata di Desa Bugisan.
Selain Harmani, adapula Eni Marjini. Sebelum menekuni usaha kain ecoprint, Eni sibuk mengurus keluarga kecilnya dan aktif sebagai kader Posyandu.
Hingga akhirnya, ia mengikuti pelatihan pembuatan kain ecoprint yang digelar pihak desa.
Eni mengaku sempat ada keraguan di dalam benaknya terhadap usaha kain ecoprint.
"Selain butuh waktu yang lama dan kemauan keras dalam proses pembuatan, juga mau dijual ke mana produk ini?" katanya.
Keraguan itu pun perlahan sirna seiring situasi pandemi yang mulai membaik.
Wisatawan kembali datang ke Desa Bugisan dan memborong kreasi kain ecoprint sebagai buah tangan.
"Setelah itu mulai ikut pameran, bazar, terus saat ada tamu atau wisatawan yang datang, kami gelar lapak sebagai bagian promosi dan penjualan, jadi ya sangat terbantu," tutur Eni.
Kepercayaan diri Eni, Harmani, dan pelaku usaha kain ecoprint lainnya di Desa Bugisan semakin meningkat setelah mendapat pesanan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno.
Saat itu, Sandiaga Uno memesan 50 outer berbahan kain ecoprint untuk dipajang di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Bahkan saat mengikuti pameran di Kemenparekraf, sejumlah produk ecoprint buatan warga Desa Bugisan, ludes diborong pengunjung.
Jadi Desa Wisata
Laris manisnya produk ecoprint Desa Bugisan tak terlepas dari pengembangan wisata di desa tersebut.
Di desa inilah, bersemayam banyak peninggalan purbakala, satu di antaranya Candi Plaosan.