Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, Heri Purnomo mengatakan pasang surut air yang terjadi di Jayapura merupakan hal wajar dan bukan pertanda tsunami.
"Berkaitan dengan data pasang surut air laut di Kota Jayapura, sesuai dengan data memang dalam 24 jam normalnya mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut," jelasnya dikutip dari TribunPapua.com.
Ia berharap warga tidak panik karena tsunami terjadi tidak begitu saja, namun ada banyak indikatornya.
"Kalau berkaitan dengan gempa atau tsunami yang banyak menjadi pertanyaan, memang dapat diinformasikan tsunami itu tidak terjadi begitu saja atau secara tiba-tiba," terangnya.
Baca juga: Gempa M 5,2 Guncang Jayapura, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami
Beberapa indikator tersebut yakni, gempa berkekuatan minimal 6,9 magnitudo dan pusat gempa berada di kedalaman laut.
"Kemudian pusat gempa harus terjadi di laut dan kedalaman kurang lebih 10 km, dengan energi besar tersebut baru kemudian berpotensi mengangkat gelombang ke daratan," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BMKG Wilayah V Jayapura, Yustus Rumaikek menyatakan informasi akan terjadi tsunami di Jayapura merupakan informasi yang tidak benar.
Ia menjelaskan belum ada peralatan yang mendeteksi lokasi gempa secara akurat.
“Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, hasil pengamanan wilayah perairan utara Kota Jayapura pada tanggal 1-2 Januari 2023 terpantau normal,” bebernya pada Selasa (3/1/2023).
Baca juga: Gempa Magnitudo 4,9 di Kota Jayapura, Rumah Sakit, Hotel Hingga Bioskop Alami Kerusakan
Yustus Rumaikek juga menegaskan pasang surut air laut setelah terjadi gempa terpantau normal dan tidak ada perubahan.
Ia berharap masyarakat Jayapura tidak panik dan tidak percaya berita akan adanya tsunami karena berita tersebut tidak ada faktanya.
“Kami imbau kepada warga masyarakat di Kota Jayapura untuk tidak mudah percaya terhadap berita bohong atau informasi yang tidak benar, tetapi selalu memantau informasi resmi dari BMKG Wilayah V Jayapura,” tegasnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunPapua.com/Raymond Latumahina/Roy Ratumakin) (Kompas.com/Roberthus Yewen)