"Makanya bu, kata saya kita berbagi," ujar Risma.
Selain Tri, sejumlah staf lain turut mendesak Risma agar memenuhi janjinya menghibahkan lahan sekolah milik Kementerian Sosial tersebut.
Namun Risma tetap tidak bisa memenuhi keinginan para guru tersebut hingga akhirnya mantan Wali Kota Surabaya itu pun bersimpuh dan sujud, di kaki salah satu guru tunanetra.
Baca juga: Realisasi Anggaran Kemensos Capai 98,58 Persen, Komisi VIII Beri Apresiasi dan Penguatan Dukungan
"Saya sujud," ujar Risma sambil membungkuk sujud, ke kaki pengajar itu.
Staf Kementerian Sosial langsung menghampiri dan membangunkan Risma.
Sementara itu, pengajar perempuan tunanetra itu masih terus berbicara.
"Jangan begitu ibu. Bukan seperti ini maksudnya," ujar Tri, sambil menangis.
Risma meminta agar tidak ada orang yang berbisik-bisik terkait dengan kondisi di Wyata Guna.
Menurutnya, Kemensos bakal membantu masyarakat membutuhkan termasuk dalam hal pendidikan hingga kemandiriannya.
Balai Wyata Guna ini, kata dia, harus digunakan untuk seluruh penyandang disabilitas, bukan hanya penyandang tunanetra saja.
Ketika dihibahkan dan hanya dipakai untuk penyandang disabilitas netra, Risma khawatir ada anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya yang justru tidak terakomodir di Wyata Guna.
Risma pun menegaskan kembali bahwa orang-orang dengan kebutuhan khusus seperti penyandang disabilitas sebenarnya bisa mandiri.
Tidak sedikit dari mereka yang kemudian mampu menghasilkan uang justru lebih banyak dibandingkan orang tidak difabel.
Potensi ini yang coba dibangun oleh Kemensos di setiap balai seperti Wyata Guna.