Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Ahmad Faisol
TRIBUNNEWS.COM, BANGKALAN – Seorang santri berinisial BT (16) meninggal dunia di puskesmas dengan luka lebam di tangan, punggung, dan dada, Selasa (7/3/2023) malam.
Warga Desa Buluk Agung, Kecamatan Klampis menjadi korban pengeroyokan di mess kamar sebuah pondok pesantren di Desa Campor, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan, Madura.
Sampai saat ini pemeriksaan terhadap sejumlah santri yang diduga berada di lokasi kejadian saat peristiwa pengeroyokan terhadap korban BT dan diperkirakan jumlah saksi akan bertambah.
“Iya nanti kami akan periksa sebanyak (18 santri) itu. (Korban) dipanggil karena dituduh mencuri tetapi saat dilakukan introgasi yang bersangkutan tidak mengaku,” ungkap Kasatreskrim Polres Bangkalan, AKP Bangkit Dananjaya.
Baca juga: 2 Guru Pesantren di Padang Lawas Sumut Ditangkap Polisi Karena Cabuli 24 Santri
Seperti diberitakan sebelumnya, Bangkit menjelaskan, korban BT awalnya dipanggil untuk mengklarifikasi atas peristiwa hilangnya uang senilai Rp 400 ribu milik salah seorang santri.
BT awalnya, lanjut Bangkit, mengakui perbuatannya.
“Namun ketika kakak kelas yang merupakan pengurus pondok ingin mengklarifikasi di hadapan pimpinan pondok, korban tidak mengakui sehingga dari pelaku merasa emosi dan dongkol sehingga mereka melakukan pemukulan,” jelas Bangkit.
Polres Bangkalan belum menetapkan tersangka atas peristiwa tewasnya seorang santri di tangan para senior tersebut.
“Pemeriksaan dilakukan pukul 09.00 WIB, setiap anggota memintai keterangan satu orang saksi,” pungkas Bangkit.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Madura Geger, Santri di Bangkalan Kehilangan Nyawa, Ulah Para Senior Jadi Sebab, Modus Licik