TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Jenni Simorangkir membeberkan sejumlah kejanggalan suaminya Bripka Arfan Saragih dituduh melakukan bunuh diri.
Dia menduga suaminya yang seorang polisi itu adalah korban pembunuhan, bukan bunuh diri.
Bahkan Jenni Simorangkir mengaku suaminya sempat mendapatkan ancaman dari atasannya sebelum dikabarkan meninggal dunia karena diduga meminum racun sianida.
Menurut Jeni orang yang mengancam suaminya adalah Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman.
"Sekitar tanggal 3 Februari almarhum datang ke saya, katanya akan ada yang menyengsarakan saya dan istri. Katanya Pak Kapolres Samosir. Almarhum mengatakan bapak Kapolres. 3 Februari itulah hari terakhir suami saya berangkat dari rumah," ujar Jenni seperti dikutip dari Tribun Medan, Sabtu (25/3/2023).
Baca juga: Keluarga Tidak Yakin Polda Sumut Mampu Bongkar Kematian Bripka Arfan Saragih, Ini Alasannya
Bripka Arfan Saragih dituding menilap uang pajak senilai Rp 2,5 miliar.
Bripka Arfan tak pernah kembali sampai akhirnya ditemukan tewas di tebing curam curam Dusun Simullop, Desa Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir oleh sesama rekan polisinya pada (6/2).
Kepolisian menyebut, Bripka Arfan meninggal dunia karena bunuh diri buntut menggelapkan uang pajak kendaraan milik warga senilai Rp 2,5 miliar.
Atas meninggalnya Arfan Saragih, Jenni berharap kasus ini dibuka secara transparan.
Seperti apa kasus ini, berikut adalah wawancara eksklusif Tribun Medan dengan Jenni Simorangkir:
Bagaimana tanggapannya mengenai kasus ini, setelah Polres Samosir menyatakan almarhum bunuh diri?
Saya meminta keadilan karena di tanggal 3 Februari suami saya masih berangkat bekerja.
Saya hari Minggu berusaha datang ke Polres untuk mencari suami saya dan membuat laporan.
Tetapi karena belum 3 x 24 jam saya belum bisa membuat laporan.